Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENURUNAN nilai cadangan devisa karena adanya pembayaran utang luar negeri maupun bunganya merupakan hal wajar. Sebab itu merupakan salah satu manfaat dari keberadaan cadangan devisa negara. Untuk itu, tak ada yang perlu dikhawatirkan dari penurunan cadangan devisa yang terjadi saat ini. Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Segara Institute Research Piter Abdullah saat dihubungi, Sabtu (8/7).
"Cadangan devisa memang ada waktunya digunakan, terutama untuk membayar cicilan pokok dan bunga utang. Kenapa harus dikhawatirkan cadangan devisa mengalami dinamika ada kenaikan dan ada penurunan?" ujarnya.
Sama halnya seperti tabungan, posisi cadangan devisa akan cenderung dinamis, alih-alih statis. Ketika diperlukan, cadangan devisa dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Demikian sebaliknya, kata Piter.
Baca juga : Pengamat: Turunnya Cadev untuk Rupiah yang Lebih Stabil
Pembayaran utang luar negeri tak serta merta menghabiskan cadangan devisa yang dimiliki negara. Apalagi, kata Piter, cadangan devisa yang berkurang itu juga akan ditambal dengan ditambal dengan masuknya cadangan devisa baru.
"Kalau turunnya benar-benar menghabiskan hampir seluruh tabungan mungkin kita perlu khawatir. Tapi kalau turun sedikit dan kita juga tahu masih akan ada yg masuk lagi, kita tidak perlu khawatir," jelasnya.
Piter menambahkan, cadangan devisa Indonesia dalam beberapa tahun terakhir juga menunjukkan posisi yang terbilang aman. Pada 2021, cadangan devisa berkisar US$135 miliar dan naik di 2022 di kisaran US$144 miliar.
Baca juga : Cadangan Devisa Turun, Sektor Eksternal Indonesia Siap Bertahan
Dia meyakini cadangan devisa Indonesia akan berkisar US$135 miliar hingga US$140 miliar di 2023 ini. Karenanya, tak perlu ada yang dikhawatirkan dari posisi cadangan devisa Indonesia saat ini.
Piter juga menilai posisi cadangan devisa tidak langsung mempengaruhi nilai tukar rupiah. Pasalnya, nilai tukar rupiah lebih banyak dipengaruhi langsung oleh permintaan dan penawaran valas, serta sentimen pasar.
Adapun dari laporan Bank Indonesia, pada Juni 2023 posisi cadangan devisa Indonesia tercatat US$137,5 miliar, turun dari posisi sebelumnya US$139,3 miliar. Penurunan tersebut utamanya terjadi karena pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Baca juga : Dipakai Bayar Utang, Cadangan Devisa Indonesia Tergerus 1,8 Miliar Dolar AS
Bank sentral juga melaporkan nilai cadangan devisa itu setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI turut menilai bahwa cadangan devisa tersebut tetap mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. (Mir/Z-7)
Baca juga : Cadangan Devisa Indonesia Maret 2023 Naik US$4,9 Miliar, Aman Sampai 6 Bulan
Mengingat, sektor pariwisata terdampak pandemi covid-19 cukup dalam. Bahkan, ada prediksi kunjungan wisatawan internasional belum pulih hingga 2024.
Kelapa sawit merupakan komoditas yang memberikan devisa bagi negara dan memberikan dorongan besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Pelayanan kesehatan Indonesia masih membutuhkan Panduan Praktik Klinis (PPK) karena itu merupakan panduan prosedur standar dalam pelayanan dan perawatan kepada pasien
Indonesia kehilangan devisa hingga Rp170 triliun per tahun karena banyaknya masyarakat yang berobat ke luar negeri. Industri kesehatan dalam negeri semakin dituntut untuk berinovasi.
JAWA Timur memiliki 102 Desa Devisa dan menjadi yang terbanyak di Indonesia, menurut keterangan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Realisasi penggunaan produk dalam negeri pada pengadaan barang dan jasa di lingkungan Pemprov Jabar pada 2022 mencapai 49,73%.
Seluruh pemimpin yang menghadiri KTT tersebut menyalahkan sistem pinjaman utang luar negeri yang dibangun negara-negara Barat
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni meminta BNPT agar tidak meminjam dana luar negeri pada pembiayaan program dan kegiatan.
Bank Indonesia mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan IV-2023 tetap terkendali. Posisi ULN Indonesia pada akhir triwulan IV-2023 tercatat USD 407,1 miliar,
Kementerian Keuangan mengatakan penarikan Utang Luar Negeri pemerintah, yang tumbuh 5,4% pada triwulan IV-2023 tidak serta merta diarahkan untuk pembagian bansos.
Kuartal pertama akan dihadapkan kondisi politik yang cukup hangat antara laindari penyesuaian PPN 12 persen.
Secara tahunan, pertumbuhan ULN triwulan II 2021 juga melambat dari 7,2% (yoy) pada triwulan I 2021 menjadi 1,9% (yoy).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved