Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SALAH satu corporate venture builder di Asia Tenggara, Wright Partners, dan startup teknologi iklim pertama dan terbesar di Indonesia, Fairatmos, menjalin kerja sama yang berfokus dalam merintis 10 sustainable ventures selama tiga tahun ke depan. Ini untuk menjawab permasalahan perubahan iklim yang dihadapi Asia Tenggara.
Kerja sama itu menggabungkan dua organisasi dengan keahlian dan keahlian yang saling melengkapi. Wright Partners memiliki rekam jejak sukses dalam membangun usaha di bidang agritech, edutech, logistik, dan fintech dengan berbagai korporasi. Fairatmos memiliki keahlian serta pengalaman di bidang pengurangan emisi karbon dan inovasi usaha berkelanjutan seperti plastik dan daur ulang.
"Kami sangat antusias menjalin kerja sama dengan Fairatmos dalam mengatasi tantangan perubahan iklim yang dihadapi Indonesia dan Asia Tenggara. Bersama-sama kami berharap dapat mendukung korporasi dan lembaga lain untuk lebih memahami emisi karbon mereka dan menghadirkan inovasi sustainable ventures yang tidak hanya akan mengurangi emisi karbon mereka sendiri, tetapi juga membantu bisnis lain dalam menciptakan nilai tambah dengan menjadi bisnis lebih sustainable," kata Ziv Ragowsky, Founding Partner dari Wright Partners. "Dengan menggabungkan keahlian dan sumber daya yang kami miliki, kami yakin dapat menghadirkan usaha-usaha baru inovatif yang akan membuat perbedaan nyata dalam perjuangan melawan perubahan iklim."
Baca juga: Gereja Inggris akan Tarik Investasi di Perusahaan Minyak dan Gas
Indonesia ialah salah satu penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia dengan sebagian besar berasal dari deforestasi dan perubahan penggunaan lahan lain. Akan tetapi, Indonesia mengambil langkah dalam mengatasi hal ini baik dari sektor publik maupun swasta. Indonesia memiliki target kontribusi yang ditetapkan secara nasional (Nationally Determined Contribution/NDC) untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 32%-43% pada 2030. Dari sektor AFOLU (pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan lain) saja, terdapat target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 510-740 juta ton CO2e.
Selain itu, banyak perusahaan Indonesia dari berbagai sektor menunjukkan ketertarikan tinggi atas usaha berkelanjutan. Namun, karena sebagian besar difokuskan pada pengurangan emisi gas rumah kaca Scope 1, 2, dan 3, banyak yang justru menilai berkelanjutan sebagai tambahan biaya dan bukan sebagai peluang sumber pendapatan baru. Akan tetapi, Wright Partners dan Fairatmos berharap dapat mengubah pandangan tersebut.
Baca juga: Penjualan Rumah Amerika Serikat Naik Tipis pada Mei
Definisi baru yang digunakan untuk menggambarkan perspektif berikut ialah Scope 4, yaitu pengurangan yang terjadi dalam penggunaan suatu produk di luar rantai nilai utama dari produk tersebut. Dengan kata lain, menghindari emisi melalui produk (barang dan jasa) yang lebih efisien sebagai alternatif dari produk yang kurang efisien. Terdapat banyak peluang Scope 4 bagi perusahaan di berbagai sektor, mulai dari perusahaan telekomunikasi yang mendukung teknologi internet of things (IoT) dalam melakukan pengukuran yang lebih baik hingga perbankan dalam menyediakan pembiayaan untuk investasi modal berkelanjutan.
Fokus awal dari Wright Partners dan Fairatmos dimulai dari usaha-usaha terkait pengurangan karbon di Indonesia. Fokus ini diharapkan dapat membangun momentum dalam menghadirkan perencanaan dan penciptaan usaha inovatif dan menjadikan Indonesia sebagai pelopor revolusi hijau. Wright Partners dan Fairatmos menjalankan langkah awal dalam menyertakan Fairatmos ke dalam usaha-usaha Wright Partners, di antaranya dalam melakukan verifikasi dan perdagangan karbon serta kredit hijau lain. Salah satu contoh ialah layanan AtmosCheck yang disediakan FairAtmos untuk menghadirkan teknologi remote sensing.
Wright Partners dan Fairatmos saat ini bekerja sama dalam mengembangkan metodologi untuk mengidentifikasi pengurangan emisi karbon dan dekarbonisasi logistik untuk Titip, startup yang baru saja diluncurkan oleh Wright Partners. Inovasi ini dihadirkan Titip--startup logistik komoditas--sehingga pemain logistik dapat dengan mudah menghitung, melaporkan, dan menyeimbangkan karbon yang dihasilkan dalam setiap transaksi. Melalui usaha-usaha lain, Wright Partners dan Fairatmos sedang bekerja untuk mengidentifikasi berbagai cara untuk mendukung berkelanjutan di berbagai sektor dan elemen penyebab polusi.
Fairatmos sedang berusaha mengurangi jejak karbon sektor pertanian dengan memperkenalkan sistem irigasi tetes. Startup lain dari Wright Partner, Labamu, berupaya memberikan pembiayaan kepada pengumpul plastik, beberapa di antaranya sering disebut sebagai anggota masyarakat paling lemah di Indonesia di sektor yang krusial. Selain itu, melalui salah satu startup Farming as a Service, Wright Partners sedang menyusun metode untuk memberikan lebih banyak nilai tambah kepada petani padi rendah emisi. Banyak pilihan yang ada saat ini cenderung tidak mendukung komunitas pertanian. Wright Partners dan Fairatmos bertujuan mendukung pemerintah Indonesia dalam mencapai target NDC melalui beberapa inisiatif sejenis melalui kerja sama mereka.
Inisiatif-inisiatif ini lahir sebagai hasil dari kerja sama antara Wright Partners dan Fairatmos. Indonesia masih memiliki banyak masalah yang perlu diselesaikan yang di sisi lain menghadirkan peluang besar untuk membangun usaha di bidang ini, mulai dari pemanfaatan hutan untuk mengatasi emisi karbon, penghijauan kawasan yang terdegradasi, hingga pencegahan polusi plastik. Semua menawarkan peluang bagi kita untuk bersama-sama mengatasi melalui keahlian Fairatmos dan kemampuan membangun usaha Wright Partners. "Kami percaya melalui kerja sama ini, kami dapat membuat ekonomi karbon menjadi kenyataan," kata Natalia Rialucky, CEO Fairatmos. "Seperti mesin uap yang memicu revolusi industri, AtmosTech menandai dimulainya era karbon netral. Melalui kerja sama kami dengan Wright Partners, perusahaan akan dapat melakukan pengurangan karbon dengan jauh lebih mudah."
Kerja sama ini juga akan menjalin hubungan dengan organisasi dan pemangku kepentingan lokal untuk memastikan bahwa inisiatif keberlanjutan yang mereka lakukan memiliki dampak dan keberlanjutan yang signifikan. "Wright Partners bekerja secara luas dengan organisasi lokal dalam semua startup kami untuk memastikan kami menciptakan solusi jangka panjang yang berkelanjutan. Sebagai contoh, kami bekerja dengan kepala desa setempat di salah satu startup pertanian kami dan kepala masyarakat melalui startup lain. Fairatmos selalu ada untuk memastikan kami dapat memberikan dampak positif kepada organisasi-organisasi lokal dan menyelesaikan masalah lingkungan yang tepat," sebut Ziv Founding Partner di Wright Partners. "Di Fairatmos, kami berusaha selalu memberikan kontribusi kepada komunitas. Melalui teknologi, kita dapat mendorong perkembangan kenyataan yang netral dalam hal karbon yang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga masyarakat lokal," tambah Ria dari Fairatmos.
Selain Fairatmos, Wright Partners bekerja sama dengan Microsoft untuk menggunakan teknologi Microsoft dalam mendorong usaha keberlanjutan pada startup yang dibangun Wright Partners. Salah satu bentuk kerja sama antara Wright Partners dan Microsoft melalui implementasi sustainability cloud solution. Kedua belah pihak memiliki komitmen kuat atas usaha keberlanjutan dan terus mencari solusi-solusi lainnya dalam menghadirkan usaha keberlanjutan. (RO/Z-2)
Melalui Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Blok 3 Muara Karang, Jakarta, PLN NP telah aktif berpartisipasi dalam perdagangan karbon di Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) sejak 2022.
Indonesia memperkuat posisi Indonesia di pasar karbon global dengan mendorong Mutual Recognition Arrangement (MRA) bersama standar karbon internasional seperti Verra, Gold Standard,
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengungkapkan pasar karbon dunia berpotensi menghasilkan pendapatan Rp8.000 triliun bagi Indonesia.
Carbon exchange atau bursa karbon adalah sistem atau platform tempat pembelian, penjualan, dan perdagangan kredit karbon atau izin emisi karbon.
PRESIDEN terpilih Prabowo Subianto akan membentuk lembaga baru yang memiliki wewenang superbesar (superbody) untuk menangani perdagangan karbon yang tak bisa disentuh BPK dan KPK.
Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam hal penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture Storage/CCS).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved