Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Metode Pengumpulan Data Sensus Pertanian 2023

Media Indonesia
21/6/2023 14:38
Metode Pengumpulan Data Sensus Pertanian 2023
Dua petani menanam padi di persawahan Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Jumat (9/6/2023).(Antara/Abriawan Abhe.)

SENSUS Pertanian 2023 (ST2023) dimulai sejak 1 Juni 2023 hingga 31 Juli 2023 untuk memberikan gambaran terkait kondisi sektor pertanian Indonesia terkini secara komprehensif. ST2023 menjadi sensus pertanian ketujuh yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sejak dimulai pada 1963 berdasarkan pada amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. 

Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto berharap data hasil ST2023 dapat menjadi rujukan dalam penyusunan kebijakan strategis di sektor pertanian yang lebih tepat sasaran. Responden yang disasar ST2023 terdiri dari Usaha Pertanian Perorangan (UTP)--seperti petani perorangan, nelayan, pembudi daya ikan, dan pembudi daya tanaman kehutanan--kemudian Usaha Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (UPB) dan Usaha Pertanian Lainnya (UTL) seperti kelompok tani dan kegiatan pertanian yang dilakukan pondok pesantren.

Direktur Statistik Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan BPS Kadarmanto mengatakan bahwa cakupan responden ST2023 lebih luas dibandingkan cakupan responden Sensus Pertanian pada 2013 yang hanya menyensus rumah tangga petani atau UTP. Pada ST2013 pengumpulan data dilakukan hanya dengan menggunakan metode Paper Assisted Personal Interviewing (PAPI). 

Baca juga: Sensus Pertanian 2023 Dimulai, Sukseskan demi Kedaulatan Pangan

Pada ST2023, pengumpulan data dilakukan dengan tiga metode, yang terdiri dari PAPI, Computed Assisted Personal Interviewing (CAPI), dan Computer Assisted Web Interviewing (CAWI). "ST2023 sekarang memiliki inovasi berupa penggunaan tiga metode pengumpulan data, yakni PAPI, CAPI, dan CAWI, karena cakupan respondennya lebih lengkap, tidak hanya rumah tangga pertanian, tetapi juga usaha pertanian," kata Kadarmanto, Rabu (21/6). 

Dengan metode PAPI, petugas menggunakan kuesioner kertas saat mewawancarai responden. Pada metode CAPI, petugas menggunakan kuesioner elektronik yang tersedia dalam gawai atau ponsel mereka saat mewawancarai responden. 
Metode CAWI memungkinkan responden menjawab kuesioner secara mandiri melalui aplikasi web. Perbedaan metode sensus untuk setiap jenis responden. Petugas ST2023 akan menggunakan metode PAPI dan CAPI untuk menyensus Unit Pertanian Perorangan (UTP) dengan dua pendekatan berbeda antara daerah konsentrasi UTP dan nonkonsentrasi UTP. Untuk menyensus UTP di daerah konsentrasi UTP, baik di perdesaan maupun perkotaan, petugas akan mendatangi petani dari rumah ke rumah atau door to door guna melakukan sensus dengan metode PAPI atau CAPI.

Baca juga: Sensus Pertanian 2023 Dimulai 1 Juni, Gunakan Tiga Metode

Di daerah nonkonsentrasi UTP, petugas akan melakukan pendekatan snow ball, yakni mendatangi ketua Rukun Tetangga (RT) setempat untuk bertanya mengenai siapa saja UTP yang tinggal di wilayah RT tersebut. Setelah menyensus UTP yang bersangkutan, petugas ST2023 akan menanyakan UTP tersebut mengenal tetangga mereka yang juga petani tetapi belum disurvei oleh BPS. "Jadi responden UTP di daerah nonkonsentrasi bisa bertambah banyak seperti bola salju (snow ball) yang semakin lama semakin besar. Dengan ini, sensus yang dilakukan di daerah nonkonsentrasi UTP seperti Jakarta, akan lebih efektif," terang Kadarmanto. 

Petugas sensus akan mendatangi pelaku usaha pertanian dengan menggunakan atribut resmi yang mudah dikenali, yakni topi berlogo ST2023, tanda pengenal, dan dilengkapi surat tugas dari BPS kabupaten atau kota setempat. Untuk UPB biasanya lebih terorganisasi, BPS mengutamakan pelaksanaan sensus dengan metode CAWI. Setiap UPB akan dikirim Whatsapp blast berisi tautan atau link kuesioner online yang perlu diisi. Untuk UTL diutamakan memakai CAPI. "Jadi kita tawarkan kepada UPB untuk melakukan pengisian kuesioner secara mandiri. Kalau tidak ada respons atau mereka merespons dengan meminta petugas mendatangi mereka, kami akan minta petugas datang dan melakukan sensus dengan metode CAPI. Sedangkan UTL yang awalnya memakai CAPI jika tidak bisa, dimitigasi untuk menggunakan CAWI," katanya. 

Pertanyaan kuesioner

Kadarmanto mengatakan kuesioner ST2023 berisi pertanyaan yang berkaitan dengan tujuh subsektor pertanian, yakni sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan, dan jasa pertanian. Pertanyaan dalam kuesioner yang akan ditanyakan oleh petugas kepada responden pun bergantung pada jenis subsektor pertanian yang dijalani setiap responden. "Jadi tidak semua pertanyaan dalam kuesioner akan ditanyakan, tetapi bergantung kepada komoditas yang sedang diusahakan petani yang bersangkutan," katanya.

Ia mencontohkan, apabila petugas ST2023 sedang melakukan sensus terhadap petani padi, petugas akan menanyakan jadwal petani menanam padi, melakukan panen, dan berat padi yang dapat diproduksi setiap panen. Melalui ST2023, pemerintah berharap dapat mengumpulkan informasi terkait jenis tanaman pertanian, luas lahan, status kepemilikan tanah, teknik budidaya, dan profil petani berbasis nama dan alamat. Di samping itu, informasi terkait model irigasi, struktur demografi petani untuk mengetahui jumlah petani milenial, serta jumlah UMKM dan pelaku usaha di bidang pertanian diharapkan dapat dikumpulkan.

Mulai awal Juni ini, sebanyak 196 ribu petugas ST2023 di seluruh Indonesia dikerahkan BPS untuk menyensus para pelaku usaha pertanian. Para pelaku usaha pertanian diharapkan tidak ragu untuk memberikan jawaban sebenar-benarnya dalam ST2023 guna mewujudkan ketersediaan data pertanian yang akurat. Kerahasiaan data dan jawaban responden juga akan dilindungi oleh BPS sesuai dengan UU Statistik Nomor 16 Tahun 1997. Karenanya, terima kedatangan petugas sensus serta memberikan jawaban yang benar dan jujur demi menuju kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani. (Ant/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya