Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Permintaan Minyak Global Capai Puncak sebelum Akhir Dekade Ini

Wisnu Arto Subari
14/6/2023 20:44
Permintaan Minyak Global Capai Puncak sebelum Akhir Dekade Ini
Seekor kerbau merumput di ladang depan ladang minyak dan fasilitas Nahr Bin Omar dekat kota pelabuhan Basra, Irak selatan.(AFP/Husein Faleh.)

PERMINTAAN minyak global dapat mencapai puncaknya sebelum akhir dekade ini karena krisis energi mempercepat transisi ke teknologi yang lebih bersih. Ini dikatakan Badan Energi Internasional (IEA), Rabu (14/6).

Badan berbasis di Paris itu, yang memberi nasihat kepada negara-negara maju, memperkirakan dalam laporan pasar jangka menengah minyak pada 2023 bahwa pertumbuhan permintaan tahunan akan melambat tajam selama lima tahun ke depan. 

"Pergeseran ke ekonomi energi bersih semakin cepat dengan puncak permintaan minyak global terlihat sebelum akhir dekade ini karena kendaraan listrik, efisiensi energi, dan kemajuan teknologi lain," kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol dalam sebuah pernyataan. "Produsen minyak perlu memperhatikan dengan cermat kecepatan perubahan dan mengalibrasi keputusan investasi mereka untuk memastikan transisi yang teratur," kata Birol.

Baca juga: Inflasi Amerika Serikat Turun selama 11 Bulan Terakhir

Harga energi melonjak tahun lalu setelah Rusia, pengekspor utama bahan bakar fosil, menginvasi Ukraina, dan menghentikan pengiriman gas alam ke Eropa. Kekuatan Barat memberlakukan larangan dan pembatasan harga pada ekspor minyak Rusia dalam upaya menguras sumber utama uang tunai untuk upaya perang Moskow.

Harga minyak dan gas telah jatuh dalam beberapa bulan terakhir. Permintaan minyak dunia akan meningkat 6% antara 2022 dan 2028 hingga mencapai 105,7 juta barel per hari karena kebutuhan sektor petrokimia dan penerbangan.

Baca juga: UBS Tuntaskan Pengambilalihan Credit Suisse

Namun pertumbuhan tahunan akan melambat secara signifikan, dari 2,4 juta barel per hari tahun ini menjadi hanya 400.000 barel per hari pada 2028. "Pertumbuhan permintaan minyak dunia akan melambat hampir berhenti di tahun-tahun mendatang," kata IEA.

Permintaan Tiongkok melambat 

Dalam Prospek Energi Dunia 2022, IEA memperkirakan permintaan dunia memuncak dan stabil setelah 2035. Namun krisis energi mempercepat peralihan menuju teknologi energi yang lebih bersih.

Baca juga: Inflasi AS Turun Lebih Cepat dari Proyeksi Analis

Penggunaan minyak untuk sektor transportasi akan menurun setelah 2026 karena semakin banyak kendaraan listrik beroperasi. Kebutuhan minyak akan menurun mulai 2024 di 38 negara yang tergabung dalam Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) yang anggotanya berkisar dari Australia hingga negara-negara Eropa, Jepang, Meksiko, dan Amerika Serikat.

"Namun demikian, permintaan petrokimia yang berkembang dan pertumbuhan konsumsi yang kuat di negara berkembang akan mengimbangi kontraksi di negara maju," kata IEA. Pertumbuhan permintaan di Tiongkok, ekonomi terbesar kedua di dunia, akan melambat secara nyata mulai 2024 dan seterusnya setelah rebound pascacovid-19 tahun ini.

Investasi minyak meningkat 

"Pasar minyak global masih perlahan-lahan melakukan kalibrasi ulang setelah tiga tahun yang bergejolak. Mereka pertama kali dijungkirbalikkan oleh pandemi covid-19 dan kemudian oleh invasi Rusia ke Ukraina," kata agensi itu.

Baca juga: Tekan Pemanasan Global, Investasi Efisiensi Energi Harus Naik Tiga Kali Lipat

"Pasar minyak global dapat mengetat secara signifikan dalam beberapa bulan mendatang," tambahnya. Ia mencatat pengurangan produksi oleh aliansi OPEC+ dari produsen utama yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia. "Namun, sejumlah ketegangan di pasar tampaknya akan mereda di tahun-tahun berikutnya."

Sementara permintaan akan melambat, investasi global dalam eksplorasi, ekstraksi, dan produksi minyak dan gas akan mencapai tingkat tertinggi sejak 2015 dengan kenaikan tahunan 15% menjadi US$528 miliar pada 2023. Sebelumnya, raksasa minyak Inggris Shell mengatakan akan mempertahankan produksi minyaknya tetap stabil hingga 2030. Ini membuat marah para aktivis lingkungan yang melihat pengumuman tersebut sebagai putar balik yang merusak iklim.

Perusahaan minyak besar Inggris lain, BP, mengumumkan pada Februari bahwa mereka berharap untuk meningkatkan keuntungannya antara sekarang dan 2030 dengan berinvestasi lebih banyak di energi terbarukan dan hidrokarbon, memperlambat laju transisinya. (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya