Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Prediksi IEA, Emisi Global Mencapai Puncaknya pada 2025

Ferdian Ananda Majni
27/10/2022 17:10
Prediksi IEA, Emisi Global Mencapai Puncaknya pada 2025
Potret pembangkit listrik di kawasan industri Lebanon yang menghasilkan polusi udara.(AFP)

BADAN Energi Internasional (IEA) menyatakan bahwa emisi global akan mencapai puncaknya pada 2025. Hal itu disebabkan melonjaknya harga energi di tengah invasi Rusia ke Ukraina, sehingga mendorong investasi dalam energi baru terbarukan.

Padahal tahun lalu, IEA menyebut tidak ada puncak yang jelas dalam emisi energi. Namun, investasi baru yang lebih tinggi dalam sektor angin dan matahari menyiapkan permintaan untuk semua bahan bakar fosil ke puncak atau dataran tinggi, yang mengarah pada penurunan emisi.

"Krisis energi global yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan perubahan mendalam dan tahan lama, yang berpotensi mempercepat transisi ke sistem energi yang lebih berkelanjutan," bunyi laporan IEA yang tertuang dalam World Energy Outlook.

Berdasarkan sejumlah langkah dan kebijakan terbaru yang diumumkan oleh pemerintah dalam menghadapi melonjaknya harga energi, IEA memperkirakan investasi energi bersih global akan meningkat lebih dari 50% dari level saat ini, menjadi $2 triliun per tahun pada 2030.

Baca juga: Serangan Udara Rusia Picu Listrik Padam di Wilayah Ukraina

Emisi CO2 global kemudian akan turun kembali secara perlahan dari titik tertinggi 37 miliar ton per tahun menjadi 32 miliar ton pada 2050. Organisasi yang berbasis di Paris menekankan bahwa perkiraannya melihat permintaan untuk semua jenis bahan bakar fosil memuncak atau mencapai level tertinggi.

Adapun penggunaan batu bara, yang telah mengalami lonjakan sementara yang lebih tinggi, akan turun kembali dalam beberapa tahun ke depan, karena lebih banyak pemanfaatan energi terbarukan. Gas alam mencapai level tertinggi di akhir dekade, bukannya mengalamii kenaikan yang stabil.

Tingkat permintaan minyak turun pada pertengahan 2030-an dan kemudian secara bertahap menurun menuju pertengahan abad karena penggunaan kendaraan listrik, bukannya perkiraan sebelumnya tentang peningkatan yang stabil.

Baca juga: Arab Saudi-AS Silang Pendapat Soal Pemangkasan Produksi Minyak OPEC+

Secara keseluruhan, pangsa bahan bakar fosil dalam bauran energi global dalam skenario kebijakan yang dinyatakan IEA turun dari sekitar 80 persen menjadi hanya di atas 60 persen pada tahun 2050.

"Pasar energi dan kebijakan telah berubah sebagai akibat dari invasi Rusia ke Ukraina, tidak hanya untuk saat ini, tetapi selama beberapa dekade yang akan datang," ujar Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol dalam pernyataannya.

Namun, hal itu masih akan membuat dunia berada di jalur kenaikan suhu global sekitar 2,5 derajat Celcius pada akhir abad ini. Kondisi tersebut kemungkinan akan memicu dampak perubahan iklim yang parah.

IEA juga memiliki skenario untuk mencapai nol emisi bersih pada 2050, yang dipandang perlu untuk mencapai target pemanasan 1,5 Celcius yang diabadikan dalam pakta iklim Paris.(AFP/OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik