Jumat 02 Juni 2023, 14:31 WIB

Harga Minyak Naik, Pasar Tunggu Kabar Pemotongan OPEC+

Zubaedah Hanum | Ekonomi
Harga Minyak Naik, Pasar Tunggu Kabar Pemotongan OPEC+

Antara
Ilustrasi

 

HARGA minyak naik di awal perdagangan Asia pada Jumat (2/6) pagi, karena pasar mempertimbangkan kemungkinan penurunan produksi OPEC+ yang mendukung harga selama akhir pekan di tengah sentimen positif atas kebijakan moneter Amerika Serikat dan RUU plafon utang Washington.

Minyak mentah berjangka Brent naik 13 sen atau 0,18% menjadi diperdagangkan di US$74,41 per barel pada pukul 01.15 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 15 sen atau 0,21% menjadi diperdagangkan di US$70,25 per barel, menyusul penurunan harga minyak mentah selama dua hari berturut-turut, dikutip dari Reuters.

Pasar diyakinkan oleh sinyal potensi jeda kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve serta pengesahan RUU dari Dewan Perwakilan Rakyat yang menangguhkan plafon utang pemerintah AS, kemungkinan mencegah gagal bayar negara yang membawa bencana.

Baca juga : Harga Emas Antam Rp1,065 Juta Per Gram, Cek di Sini Rinciannya

RUU plafon utang AS saat ini sedang menunggu persetujuan Senat, yang menurut Pemimpin Mayoritas Demokrat Chuck Schumer akan tetap bersidang pada Kamis (1/6) malam waktu AS hingga disahkan.

Sentimen pasar juga didukung oleh data stok minyak mentah AS pada Kamis (1/6/2023) dari Badan Informasi Energi, yang mengindikasikan bahwa impor minyak mentah telah melonjak minggu lalu.

Baca juga : Dolar Melemah karena Data Ekonomi AS

Perhatian investor sekarang tertuju pada pertemuan 4 Juni mendatang dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang secara kolektif disebut OPEC+.

Para menteri dari negara-negara penghasil minyak utama akan memutuskan apakah akan memangkas produksi lebih lanjut untuk mendukung pendapatan pemerintah.

Pengurangan lebih lanjut dalam produksi OPEC+ setelah pemotongan mengejutkan mereka sebesar 1,16 juta barel per hari pada April akan menjadi bullish untuk harga minyak mentah.

Sinyal tentang pemotongan tersebut bervariasi, dengan laporan Reuters dan analis dari bank termasuk HSBC dan Goldman Sachs menunjukkan bahwa pemotongan produksi lebih lanjut tidak mungkin terjadi dan blok tersebut akan mengadopsi pendekatan "tunggu dan lihat".

Pengamat pasar lain telah menunjuk data manufaktur yang lemah dari China dan AS sebagai pendukung kasus pemotongan OPEC+.

Di AS, Institute for Supply Management (ISM) mengatakan pada Kamis (1/6/2023) bahwa PMI manufakturnya turun menjadi 46,9 bulan lalu dari 47,1 pada April, bulan ketujuh berturut-turut PMI bertahan di bawah ambang batas 50, menunjukkan kontraksi dalam aktivitas manufaktur di konsumen minyak terbesar dunia.

Data manufaktur dari China melukiskan gambaran beragam, dengan PMI manufaktur China dari Caixin/S&P Global pada Kamis (1/6/2023) lebih baik dari perkiraan kontras dengan data resmi pemerintah hari sebelumnya yang melaporkan aktivitas pabrik pada Mei telah menyusut ke level terendah dalam lima bulan. (Ant/Z-4)

 

Baca Juga

Dokpri.

2024, Pengembang Easton Urban Kapital Masuk Timur Jakarta

👤Media Indonesia 🕔Senin 02 Oktober 2023, 11:26 WIB
Pengembang properti PT Easton Urban Kapital akan menghadirkan proyek bergengsi di kawasan Ciracas, Jakarta...
MI/USMAN ISKANDAR

OJK Giatkan Edukasi pada Bulan Inklusi Keuangan

👤Budi Ernanto 🕔Senin 02 Oktober 2023, 11:16 WIB
Hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan 2022 menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,80...
Ist

Perkuat Posisi, Fintech Yokke Kerja Sama dengam SB Payment Service Corp

👤Deri Dahuri 🕔Senin 02 Oktober 2023, 10:33 WIB
Kemitraan dua perusahaan ini akan memberikan nilai tambah bagi solusi pembayaran Yokke yang komprehensif di...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

MI TV

Selengkapnya

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya