Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
KEMENTERIAN Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan terus berupaya meningkatkan produktivitas sekaligus memaksimalkan potensi pengembangan lahan tebu. Hal ini untuk mendukung program percepatan swasembada gula nasional sehingga kedaulatan pangan dapat terwujud dan kesejahteraan petani kian meningkat.
Data Direktorat Jenderal Perkebunan tercatat produksi Gula Kristal Putih (GKP) tahun 2022 sebanyak 2.405.907 ton yang diperoleh dari luas areal 488.982 ha. Produksi ini naik sekitar 2,34% dibandingkan dengan produksi GKP tahun 2021. Ini disebabkan peningkatan luas areal dan produktivitas jika dibandingkan dengan tahun 2021 jumlah tebu digiling meningkat 9,29% dan produktifitas meningkat 3,08%.
“Berdasarkan estimasi yang sudah disusun bersama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Pusat Data Informasi Kementerian Pertanian, disepakati dalam Rakortas Gula tahun 2022 untuk Neraca Komoditi Gula Tahun 2023 diperkirakan angka produksi tahun 2023 adalah sebesar 2,6 juta ton," ujar Muhammad Rizal Direktur Tanaman Semusim dan Tahunan dalam Pertemuan Taksasi Produksi Awal Giling (28/04).
Baca Juga: Presiden Minta Ada Subsidi Pupuk Organik 500 Ribu Ton
Rizal menambahkan, pada saat taksasi awal giling ini diharapkan sudah dapat ditetapkan angka Taksasi Produksi Awal Giling tahun 2023 yang sudah disepakati oleh seluruh Pabrik Gula (PG).
Lebih lanjut Rizal menjelaskan, sebanyak 59 Pabrik Gula (PG) akan melakukan pengilingan dengan rata-rata musim giling tahun 2023 pada bulan Mei hingga Juni 2023. Namun beberapa PG ada yang sudah melakukan giling sebelum mulai bulan Mei.
Baca Juga: Ini Risiko pada Tubuh bila Konsumsi Gula Berlebihan
Andi Nur Alam Syah Direktur Jenderal Perkebunan menuturkan, tujuan Kegiatan Taksasi Produksi Gula Awal Giling dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap, akurat dan menyeluruh. Yaitu terkait produksi Gula Kristal Putih dari PG yang ada diseluruh Indonesia.
“Selanjutnya untuk memperoleh data produksi GKP mulai dari taksasi awal, tengah dan evaluasi produksi akhir giling dari masing-masing Perusahaan Gula BUMN maupun swasta, sebagai bahan penyusunan Neraca Komoditas Gula dan sebagai bahan pimpinan dalam pengambilan kebijakan tentang pergulaan nasional tahun 2023," tambah Andi Nur.
Berdasarkan perkiraan iklim dari BMKG, terlihat bahwa pada 2023 akan masih ada sisa dampak La Nina. Gangguan iklim global akan netral (tidak ada El Nino maupun La Nina) diprediksi musim kemarau akan netral atau sama dengan normalnya.
Lebih lanjut Andi Nur menyampaikan, demi menghadapi tantangan tersebut, dapat dilakukan beberapa pencegahan melalui <i>early warning. Seperti langkah mitigasi dalam pengelolaan dan pengembangan Tebu Nasional, adaptasi pada penangan POPT dan Hama Penyakit Tanaman yang akan berpotensi muncul karena kondisi iklim yang relatif basah pada 3 tahun terakhir.
Andi Nur berharap kegiatan Taksasi Produksi Awal Giling Tahun 2023 ini dapat berjalan dengan lancar dan semua data terkait dengan produksi tebu dan gula dari masing-masing perusahaan dapat disampaikan kepada Ditjenbun untuk dapat dikompilasikan sehingga tersedia data yang jelas, menyeluruh dan akurat.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Heru Tri Widarto juga menginginkan agar perkiraan peningkatan angka produksi gula nasional tahun 2023 benar terjadi. "Dengan adanya arahan Dirjen Perkebunan untuk membentuk gugus tugas investasi gula, menjadi bukti keseriusan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan angka produksi gula sehingga bisa terjadi swasembada gula," ujar Heru. (RO/S-1)
Benarkah hukum masih dijadikan alat pemukul dan sarana penindas? Betulkah ada yang meng-order Kejagung untuk menerungku Tom?
Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Niar Umar menyayangkan masih adanya produk susu anak dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) menggunakan gula tambahan.
Disarankan mengganti lemak jenuh dengan lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda dapat bermanfaat untuk menurunkan resiko penyakit jantung koroner.
Dalam upaya menurunkan berat badan, pilihan makanan tidak selalu menjadi fokus utama. Minuman yang dikonsumsi juga dapat berperan penting.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menyebut 96% orang Indonesia sering mengomsumsi produk manis karena rasanya enak; 91% mudah didapat;dan 79,3% beralasan murah.
Kebiasaan ibu dalam mengonsumsi gula dapat sangat memengaruhi pola makan anak, terutama dalam hal preferensi terhadap baik makanan maupun minuman manis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved