PERTUMBUHAN ekonomi Indonesia di atas 5% pada 5 kuartal berturut-turut menunjukkan sebuah pola pemulihan yang resilien dan meyakinkan, dibandingkan negara lain. Demikian kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Rabu (22/2), dalam konferensi pers Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dari sisi pendapatan pengeluaran dan permintaan, konsumsi rumah tangga menyumbangkan 4,9%, konsumsi pemerintah justru terkontraksi karena di satu sisi melakukan konsolidasi fiskal, dan di sisi lain karena motor penggerak perekonomian yang berasal dari non pemerintah sudah mulai bangkit dan bisa mendukung pemulihan.
Baca juga: Jokowi: Semua Komponen Mobil Listrik Ada di Indonesia
Ekspor tercatat 16,3% pertumbuhannya dan impor di 14,7%. Ini yang membuat PMI manufaktur Indonesia masih dalam kondisi ekspansif akseleratif.
"Permintaan yang berasal dari non pemerintah sekarang sudah mengambil alih. Ini suatu tanda perkembangan yang sangat positif," kata Menkeu.
Sebab pemerintah selama 3 tahun terakhir bergerak menggunakan fiskal untuk menangani Covid-19 dan memulihkan ekonomi.
Oleh karena itu pemerintah mulai melakukan konsolidasi APBN, sementara mesin pertumbuhan yang lain itu konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor menjadi mesin yang bisa mendorong perekonomian dan pemulihan.
Dari sisi produksi atau sektoral, terlihat adanya suatu pola pemulihan yang sifatnya broad-based, menyeluruh di hampir seluruh sektor termasuk yang mengalami pukulan sangat dalam akibat pandemi Covid-19.
Sektor manufaktur tetap tumbuh secara baik, dari tahun 2021 sudah mulai pulih di 3,4%, lalu di tahun 2022, manufaktur yang merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian Indonesia tumbuh 4,9%.
Lalu sektor perdagangan juga yang sudah pulih tahun 2021 di 4,6%, tahun 2022 tumbuh lebih tinggi di 5,5%. Sektor pertanian tetap terjaga dengan tumbuh di 2,3%, pertambangan juga memberikan kontribusi 4,4% karena tahun 2021 sudah tumbuh di 4,0%.
Sektor konstruksi yang selama ini terpukul, tahun 2021 mulai pulih 2,8%, tahun 2022 tumbuh melambat 2,0%, lalu sektor transportasi yang pada saat pandemi tahun 2020 terpukul sangat dalam yaitu -15,1%, tahun 2021 mulai pulih dengan tumbuh 3,2%, dan tahun 2022 tumbuh 19,9%.
"Ini adalah kebangkitan dari sekarang scarring effect atau efek pukulan yang sangat dalam dari pandemi," kata Menkeu.
Sektor Infokom yang selama pandemi meningkat sangat tinggi karena semua beralih ke digital, masih bertahan pada tahun 2022 dengan tumbuh 7,7%. Sektor real estate tumbuh 1,7% dan akomodasi makanan dan minuman yang sama seperti transportasi terpukul sangat dalam akibat pandemi pada tahun 2020, yaitu kontraksi 10,3%, pulih di 2021 dengan tumbuh 3,9%, dan di 2022 tumbuh di 12%.
"Transportasi dan akomodasi makan minuman kini rebound pada tahun 2022. Diharapkan masih akan berlanjut di tahun 2023. Ini yang menggambarkan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia bersifat seluruh sektor," kata Menkeu.
Secara regional, kebangkitan terjadi cukup merata, dengan Pulau Jawa yang berkontribusi 56,5% dari total PDB nasional, tumbuh 5,3%. Angka ini lebih tinggi dari tahun 2021, yang tumbuh 3,7%, dan kontraksi -2,5% di tahun 2020.
Pulau Sumatera yang terkontrakso -1,2% di tahun 2020, tumbuh 3,2% di 2021, dan 4,7% di tahun 2022. Kalimantan juga sudah mulai pulih dengan tumbuh 4,9% pada tahun 2022 lebih baik dari tahun 2021 di 3,2%.
Untuk Sulawesi mengalami pemulihan itu karena disokong komoditas yang menyumbangkan cukup tinggi. Kontribusi Sulawesi terhadap perekonomian nasional adalah 7%. Pertumbuhan Sulawesi tahun 2021 sebesar 5,7% dan 7,2% di tahun 2022.
Untuk Bali, yang mengalami pukulan sangat dalam akibat pandemi yaitu dengan kontraksi 5,0% pada tahun 2020, pemulihan masih sangat lemah di 2021, hanya tumbuh hampir 0,1%, dan tumbuh 5,1% di 2022.
Untuk Maluku dan Papua pertumbuhannya sangat tinggi 8,7% di 2022, sesudah tunggu 10,2% pada 2021.
"Antar antar wilayah pemulihan sudah mulai merata, termasuk daerah Bali yang selama ini juga mengalami pukulan sangat dalam," kata Menkeu. (OL-6)