Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
PEMERINTAH dinilai terlalu optimistis menatap perekonomian di tahun depan. Padahal sejumlah tantangan glonal diprediksi masih akan menghantui dan tidak diketahui pasti kapan berakhirnya.
Kepercayaan diri yang tinggi dari pengambil kebijakan itu dapat dilihat dari penyusunan asumsi makro untuk tahun 2024 yang disampaikan oleh pemerintah dalam rapat terbatas di Istana Presiden pada Senin (20/2).
"Itu sangat, sangat optimis, terlalu optimis," ujar Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri saat dimintai pendapat oleh Media Indonesia.
Pemerintah diketahui menetapkan asumsi makro untuk 2024 yakni, dengan rincian, pertumbuhan ekonomi 5,3%-5,7%; inflasi 1,5%-3,5%; nilai tukar rupiah Rp14.800-Rp15.400 per dolar AS; suku bunga SBN 10 tahun 6,5%-7,4%; Indonesia Crude Price (ICP) US$75-US$85 dolar per barel; produksi minyak 592.000 - 691.000 barel per hari; dan roduksi gas 1,007 juta - 1,058 juta juta barel setara minyak per hari.
Yose menyoroti tingginya angka pertumbuhan ekonomi yang diletakkan pemerintah dalam asumsi dasar makro 2024. Menurutnya, itu akan sulit dicapai, bahkan di titik terendahnya yang 5,3%.
"Kelihatannya masih agak sulit untuk kita capai di atas 5,3%, itu masih agak sulit, karena ke depan ini masih terlihat bahwa masih penuh tantangan di tingkat global. Kita juga masih bisa melihat bahwa kondisi geopolitik belum tentu akan stabil," terangnya.
Baca juga: Airlangga Klaim Perppu Cipta Kerja Sudah Disahkan
Sementara untuk angka asumsi inflasi, Indonesia diperkirakan masih akan mampu menjaga tingkat inflasi di kisaran 3%. Asalkan, kata Yose, perekonomian yang banyak ditopang oleh konsumsi dalam negeri juga diimbangi oleh sisi penawaran atau produksi.
Sebab, sisi penawaran atau produksi tak mampu mengimbangi permintaan bakal menimbulkan overheating pada perekomian. Itu akan memicu peningkatan inflasi, alih-alih terjaga di level yang ditargetkan.
"Kalau itu (permintaan) tidak dibarengi dengan suplai atau produksi yang cukup, termasuk impor, maka yang terjadi adalah kenaikan harga dan mendorong inflasi lebih tinggi," jelas Yose.
Sementara itu, periset dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, target defisit anggaran negara yang dipatok di kisaran 2,16% hingga 2,64% di tahun depan berpeluang untuk dicapai. Itu menurutnya dapat dilakukan bila melihat rekam jejak pengendalian defisit anggaran dalam dua tahun terakhir yang berada di bawah target.
Kebijakan yang dianggap akan mampu menekan defisit anggaran salah satunya ialah integrasi Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Dengan cara ini, data basis pajak akan lebih luas dan berpotensi menambah penerimaan pajak orang pribadi yang telah menjadi wajib pajak.
Selain itu, adanya wacana pemerintah bakal memberlakukan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% di 2024 juga berpeluang mendorong pendapatan negara. "Ini juga akan ikut membantu dari sisi penerimaan dan pada muaranya akan membantu pemerintah dalam mencapai target defisit yang disampaikan," pungkas Yusuf. (OL-4)
Kemampuan yang dimiliki itu dapat diasah sehingga mampu berpartisipasi dalam upaya peningkatan ekonomi di daerah, bahkan nasional.
Perekonomian NTB menjadi bergairah dengan adanya Fornas kali ini.
SEJUMLAH pasal yang mengatur berbagai aspek terkait tembakau pada PP Nomor 28 Tahun 2024 menuai kritik. Aturan ini dinilai berdampak negatif terhadap industri dan petani dalam negeri,
KOTA Batu tak hanya lekat dengan suguhan pemandangan alam, kabut, dan kesejukan udara, tetapi juga hamparan perbukitan dan perkebunan milik warga hadir memanjakan mata.
PEMERINTAH dinilai perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan Over Dimension Overloading (ODOL) serta mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
DI dunia ekonomi yang penuh kalkulasi dan proyeksi, kita sering terbuai oleh ilusi keteraturan.
capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat menjadi 5,12 persen. Itu dinilai ekonom didorong oleh investasi dan konsumsi rumah tangga
Meski konsumsi kelas atas cenderung melemah, kekuatan konsumsi secara keseluruhan banyak berasal dari sektor informal.
Sektor ritel menilai perlambatan ekonomi saat ini dipengaruhi oleh turunnya indeks kepercayaan konsumen.
UNIVERSITAS Paramadina turut mempertanyakan angka pertumbuhan ekonomi Triwulan II 2025 yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 5,12% (yoy).
Center of Economic and Law Studies (Celios) meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turut mengaudit data pertumbuhan ekonomi triwulan II 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved