PRESIDEN Joko Widodo meresmikan pabrik NPK PT Pupuk Iskandar Muda, di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, Jumat (10/2). NPK adalah pupuk yang memilik kandungan tiga unsur hara makro, yaitu Nitrogen (N) Fosfor (P) dan Kalium (K). Pabrik tersebut, ujar presiden, sudah lama berhenti beroperasi antara lain terkendala pasokan gas. Selain PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM), Jokowi mengatakan pabrik lainnya yang berhenti beroperasi adalah Aceh Asean Fertilizer (AFF).
"Ini sudah sejak 2005 pak. Problemnya gas. Apakah kita kalau enggak cukup gas kita dari dalam negeri, apakah enggak bisa kita impor agar pabriknya ini jalan. Saya enggak tau, berpuluh tahun kita diamkan aja aset sebesar ini," tutur presiden saat menyampaikan sambutan dalam acara peresmian tersebut.
Baca juga: Pengamat Berharap Utamakan Proses Dialog untuk Papua
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ditugaskan untuk memastikan kedua pabrik itu dapat beroperasi kembali. Kehadiran pabrik pupuk, menurut presiden sangat dibutuhkan di tengah tingginya harga pangan dunia dan kebutuhan pupuk dalam negeri belum tercukupi.
"Kebutuhan pupuk di Indonesia ini 13,5 juta ton. Terpenuhi 3,5 juta ton. Dan itu saya rasakan akhir-akhir ini setiap saya ke desa, setiap saya masuk ke sawah ketemu petani selalu yg disampaikan adalah ‘pak pupuk ga ada, pak pupuk harga tinggi’," papar presiden.
Di samping itu, presiden juga menjelaskan bahwa harga pangan di banyak negara melonjak akibat perubahan iklim serta dipengaruhi konflik Rusia dan Ukraina. Ukraina dan Rusia dikenal sebagai negara produsen pupuk terbesar. Oleh karena itu, hampir semua negara kesulitan.
"Itu mengguncangkan sisi pertanian hampir semua negara. Produksi produksivitas menjadi turun akhirnya outputnya berkurang, harga (pangan) menjadi naik," tutur presiden.
Presiden menginginkan agar PT. PIM lebih dahulu beroperasi. Pasalnya sudah ada investasi yang dikucurkan sebesar Rp 1,7 triliun untuk industri NPK tersebut serta sarana pendukung seperti pelabuhan di sekitarnya.
"Jalan dulu, satu enggak apa-apa. PIM 1 PIM 2 jalanin, kebutuhan gas dicarikan," tutur presiden.
Ia menargetkan PT. PIM 1 dan 2 dapat memproduksi sekitar 1,14 juta ton pupuk sehingga keluhan para petani mengenai kelangkaan pupuk dapat teratasi. Selebihnya hasil produksi menurut presiden bisa dialihkan untuk ekspor.
"Kalau harga gas sekarang masih mahal, ya karena memang semua harga energi sekarang ini mahal. Tapi suatu saat begitu harga turun mestinya urusan gas ini bisa kita selesaikan dengan baik," tuturnya. (OL-6)