Biaya Tinggi Perbankan Dorong Devisa Hasil Ekspor Kabur

M Ilham Ramadhan Avisena
24/1/2023 19:50
Biaya Tinggi Perbankan Dorong Devisa Hasil Ekspor Kabur
Ilustrasi.(AFP/Asif Hassan.)

MASALAH pembiayaan, terutama bagi industri manufaktur, merupakan isu lama yang urung ditemui solusinya hingga saat ini. Hal itu menjadi salah satu sebab devisa hasil ekspor (DHE) dari industri seolah enggan dipupuk di dalam negeri.

Periset dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai tingginya biaya perbankan di Indonesia memicu seretnya aliran DHE masuk ke dalam negeri. "Kita tahu bahwa suku bunga di Indonesia, terutama kredit, merupakan salah satu suku bunga tertinggi jika dibandingkan dengan negara peers countries," tuturnya kepada Media Indonesia, Selasa (24/1).

Itu kemudian mendorong pelaku usaha mau tak mau mencari sumber pembiayaan yang lebih murah. Pinjaman dari bank luar negeri menjadi salah satu jawaban untuk menjalankan usaha karena biayanya jauh lebih murah dibandingkan bank di dalam negeri.

Karena pembiayaan itu berasal dari bank luar negeri, kata Yusuf, mau tak mau pebisnis yang menerima pembiayaan itu harus meletakkan DHE di bank tersebut. Pembiayaan yang didapat dari luar negeri juga dipastikan menggunakan valas, sehingga penempatan dana lebih aman ditempatkan di bank terkait.

"Di saat yang bersamaan, beberapa industri memerlukan bahan baku impor dan untuk membeli bahan baku impor dibutuhkan mata uang valas. Ini yang kemudian menjadi alasan para pelaku usaha industri meletakkan dananya dalam valas di luar negeri. Karena kebutuhan untuk membiayai usaha dalam hal ini dalam konteks pemilihan untuk bahan baku industri," jelas Yusuf.

Selain itu, sektor keuangan di Indonesia juga dinilai belum cukup menarik. Sebab produk yang dimiliki industri keuangan dalam negeri memiliki keberagaman yang terbatas ketimbang industri keuangan luar negeri.

Dengan hal-hal tersebut, upaya menarik DHE parkir di Indonesia dinilai penting. Rencana pemerintah mengubah aturan terkait DHE turut didukung dan diapresiasi. Hanya, pengambil kebijakan juga dirasa perlu mendorong agar pembiayaan dari dalam negeri menjadi lebih kompetitif.

"Salah satu tantangannya adalah bagaimana mendorong suku bunga kredit bisa turun ke level yang rendah. Ini bisa mendorong pelaku usaha industri memilih untuk membiayai usahanya dari pinjaman di dalam negeri," kata Yusuf. "Di luar itu, memperdalam industri keuangan dengan beragam produk keuangan juga menjadi langkah lain yang diperlukan oleh otoritas terkait terutama untuk menstimulasi pelaku usaha industri untuk menempatkan dananya di dalam negeri," pungkasnya. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya