Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Kementan Masifkan Penggunaan Pupuk Organik untuk Naikkan Produktivitas

Mediaindonesia.com
27/10/2022 15:11
Kementan Masifkan Penggunaan Pupuk Organik untuk Naikkan Produktivitas
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kiri).(DOK Kementan.)

KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) terus mendorong para petani untuk meningkatkan produktivitas. Caranya yaitu menggunakan varietas unggul, memperluas penggunaan pupuk organik, dan melakukan pemupukan secara berimbang. Langkah ini penting dilakukan untuk menghasilkan padi berkualitas.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan bahwa pertanian ialah sektor kunci yang bisa memperkuat ekonomi. Karena itu, diperlukan pendekatan baru dalam meningkatkan produktivitas. Caranya berupa memperkuat networking dan mengembangkan pupuk organik sebagai penyubur tanaman.

"Untuk mengantisipasi dan beradaptasi kita perlu tiga hal. Pertama, memperkuat pendidikan, teori, dan pertemuan seperti ini untuk membangun networking. Kedua, kita bangun agenda dan manajemen sistem sebagai ilmu yang akan kita terapkan. Ketiga, mengubah mindset dari para pelaku pertanian untuk berubah dengan kondisi yang ada. Salah satunya mengembangkan pupuk organik," ujar SYL dalam acara Training of Trainer (TOT) yang digelar secara virtual, Rabu (26/10).

Menurut SYL, sektor pertanian sudah sejak lama menjadi bantalan ekonomi nasional. Pertanian juga terbukti menjadi sektor pembuka lapangan kerja hingga berjuta-juta. Karena itu, generasi yang ada saat ini harus memperkuatnya dengan bekerja lebih keras lagi.

"Pertanian itu harus kita jaga bersama. Kita yang menjadi pejabat jangan sampai salah maintenance. Yang paling penting, kita jangan menjadi orang yang menghilangkan nilai-nilai kebangsaan," katanya.

Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa salah satu yang harus dilakukan bersama ialah melakukan pemupukan berimbang. Sistem tersebut sangat penting untuk mendukung tumbuh kembangnya sebuah tanaman. Namun, kata dia, pemupukan juga tidak boleh berlebih karena bisa mengakibatkan erosi dan gagal tanam.

"Kalau pupuk urea berlebih dia memasamkan tanah dan berbahaya. Akibatnya, gampang tererosi dan cepat jenuh airnya. Di situlah bisa mengakibatkan gagal tanam," ujarnya.

Menurut Dedi, pemupukan ialah komponen utama pada sebuah tanaman. Karena itu diperlukan keberimbangan, baik urea maupun dengan proses perawatan. Salah satunya mengatur aliran air. Air sangat diperlukan pada sawah yang baru proses tanam. Namun pengairan tidak boleh berlebih karena dapat merusak akar tanaman.

"Air adalah infiltrasi. Air harus kita jadikan anugrah. Dengan kita belokkan airnya ke lahan pertanian untuk irigasi, dengan sendirinya ia akan menghasilkan karbohidrat dalam bentuk beras. Di situlah pentingnya kita membuat sumur resapan sebanyak-banyaknya. Yang pasti, pemupukan harus benar dan diimbangi dengan pupuk organik. Kalau di lahan miring, imbangi dengan guludan agar erosi tidak banyak," katanya.

Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menyediakan pupuk subsidi dengan kapasitas 9 juta ton. Para petani bisa mendapatakan pupuk tersebut melalui sistem e-RDKK. Sistem itulah yang akan mendata para petani yang berhak menerima pupuk. "Basis dari pengajuan subsidi pupuk adalah RDKK. Jadi manakala ada lahan yang diluar domisili kecamatan, dia tidak mendapatkan pupuk. Solusinya kompromi saja. Tidak boleh ada lahan yang tidak kebagian pupuk kalau sudah berhak dan sesuai SOP yang dikeluarkan oleh Kementan," katanya.

Di samping itu, pemerintah juga mendorong para petani untuk membuat pupuk organik yang bisa dilakukan menggunakan bahan alami seperti jerami dan kotoran hewan ternak. Petani bahkan bisa membuat sertifikasi untuk pembuatan pupuk organik berbasis bisnis. "Bagaimana caranya mendapatkan sertifikasi? Kalau untuk komersial itu harus uji mutu dan efektivitas bersama sama dengan Kementan. Jadi dalam sertifikasi organik yang paling penting ialah prosesnya, bukan hanya produknya," jelasnya.

Sebagai informasi, kegiatan TOT ini dihadiri 7.680 peserta yang terdiri dari widyaiswara, dosen, guru, dan penyuluh pertanian seluruh Indonesia. Namun demikian, realisasi registrasi peserta secara online mencapai 12.228 pendaftar atau 159,22%. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya