Pelaku UMKM Waswas Imbas Penaikan Suku Bunga BI

M Ilham Ramadhan Avisena
20/10/2022 21:47
Pelaku UMKM Waswas Imbas Penaikan Suku Bunga BI
Ilustrasi(Antara)

PELAKU Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mengaku waswas dengan biaya produksi pascapenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Sebab, kebijakan bank sentral itu akan diikuti oleh penaikan suku bunga kredit perbankan.

Hal itu dikemukakan oleh Ketua Umum Asosiasi Industri UMKM Indonesia (Akumandiri) Hermawati Setyorinny saat ditanyakan pendapat perihal kenaikan suku bunga acuan BI menjadi 4,75% melalui saluran telepon, Kamis (20/10).

Dia mengatakan, masih banyak UMKM yang belum menikmati fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tergolong kebal dari kebijakan BI. Hal ini menurutnya akan memberatkan dan mempengaruhi keberlangsungan usaha pelaku UMKM.

Belum lagi, banyak pula unit UMKM yang juga berbisnis dengan unit usaha skala besar. Penaikan suku bunga BI yang akan memicu peningkatan suku bunga kredit, kata Hermawati, pasti akan mempengaruhi ongkos produksi UMKM.

"Kalau pengusaha-pengusaha besar dia (memiliki produk) berkaitan dengan bahan yang dbutuhkan dengan UMKM, pasti dampaknya juga ada. Kenaikan biaya produksi berpengaruh, lalu juga berpangruh ke transportasi juga," kata dia.

Kekhawatiran lain yang timbul dari kebijakan BI itu ialah kecenderungan masyarakat untuk membatasi konsumsi. Pasalnya, barang yang dibeli dari UMKM berpotensi akan mengalami kenaikan harga.

Alhasil, selain beban biaya produksi atau usaha yang meningkat, pendapatan UMKM juga diperkirakan bakal berkurang. "Dengan daya beli yang turun, otomatis market dari produk UMKM berkurang dan itu akan berpengaruh pada pendapatan UMKM," jelas Hermawati.

Namun dia mengaku, tak banyak yang bisa dilakukan dalam menghadapi keputusan otoritas moneter itu. Sebagai tulang punggung perekonomian negara, kata Hermawati, pelaku UMKM tetap harus bisa beradaptasi dan kreatif menyikapi perkembangan yang ada.

UMKM yang adaptif, kreatif, dan inovatif juga dinilai menjadi penting oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Edy Misero yang dihubungi secara terpisah. Tak ada cara lain, menurutnya, untuk menghadapi dinamika kebijakan yang dilakukan pemerintah dan otoritas terkait selain ketiga hal itu.

Menurut Edy, apa yang diputuskan oleh BI maupun pemerintah saat ini juga tak serta merta dilakukan karena hanya memiliki kewenangan itu, melainkan karena tuntutan untuk menyelamatkan perekonomian dari krisis global yang saat ini terjadi.

"Kita harus berangkat dari hulunya. Apakah kita ingin mengikuti arus perlemahan, atau kita ambil langkah preventif agar kondisi global itu tidak terlalu masuk merembes ke ekonomi nasional? Jadi kenaikan suku bunga BI itu adalah bagian dari upaya menjaga inflasi dalam negeri," jelasnya.

Dia juga menyatakan, penaikan suku bunga kredit perbankan juga tak dapat dihindari akibat kebijakan suku bunga bank sentral. Namun hal itu dinilai tak akan menyurutkan pelaku UMKM untuk tetap menjalankan bisnisnya.

"Kami di Akumindo menyatakan harus siap menanggung apa pun, termasuk kenaikan bunga kredit ke depan, kita harus mampu, karena kita harus tetap memutar roda perekonomian," tuturnya.

Namun dia juga meminta pemerintah turut membantu pengorbanan yang telah dilakukan UMKM. Pemberian kredit modal kerja dengan biaya murah menurut Edy menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan pengambil kebijakan.

Dengan begitu, kata dia, beban perekonomian dapat benar-benar ditanggung bersama oleh semua pihak. "Kami mungkin bisa memangkas profit, kami mau berkorban. Tapi kami harap agar pemangku kepentingan tetap mendukung keberlangsungan usaha kami. Itu tetap mesti ada. Ada rencana, ada program, tapi realisasi terhadap program itu yang kurang," jelas Edy. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya