Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
LEMBAGA Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) mengusulkan Bank Indonesia (BI) perlu kembali menaikkan suku bunga acuan pada Oktober 2022 ini. Upaya itu sebagai langkah preventif mengantisipasi potensi aliran modal keluar tambahan akibat kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed bulan depan.
Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan bahwa BI perlu menaikkan suku bunga setidaknya sebesar 50 bps menjadi 4,75% pada bulan ini. Sikap selangkah lebih depan ini diharapkan dapat meredam dampak ketidakpastian eksternal pada pasar keuangan dan valuta asing domestik.
"Pelebaran perbedaan suku bunga yang dihasilkan diharapkan dapat meredam dampak ketidakpastian eksternal pada pasar keuangan dan valuta asing domestik. Menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 50 bps akan membantu BI untuk memperlambat arus keluar modal dan mengurangi tingkat depresiasi, yang membantu mengurangi tekanan inflasi dari produk impor," jelas Riefky, dilansir dari keterangan resmi, Rabu (19/10).
Pada saat yang sama, dia menambahkan bahwa pemerintah Indonesia dikatakan dapat melakukan langkah-langkah untuk menjaga momentum pemulihan permintaan dan optimisme sektor riil terhadap prospek pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut Riefky, saat ini inflasi terus melambung di atas kisaran target BI pascapenyesuaian harga BBM bersubsidi pada awal September 2022. Tingkat harga sektor energi dan transportasi mencatat lonjakan tertinggi pada September 2022 di tengah masih tingginya harga energi dan pangan global.
"Kenaikan tingkat harga sedikit mengoreksi kepercayaan konsumen meski masih dalam teritori optimis," ujar Riefky.
Dari sisi eksternal, surplus perdagangan menurun akibat tren normalisasi harga komoditas global. Pada saat yang sama, risiko gejolak keuangan global masih berlanjut dengan episode arus modal keluar akibat pengetatan moneter yang agresif oleh bank sentral di seluruh dunia.
Meskipun BI telah menaikkan suku bunga sebanyak dua kali, derasnya arus modal keluar menyebabkan pelemahan Rupiah menjadi Rp15.485 pada pertengahan Oktober.
Maka dari itu, sebagai langkah preventif dalam mengantisipasi potensi aliran modal keluar akibat kenaikan suku bunga The Fed bulan depan, BI perlu menaikkan suku bunga acuan bulan ini. (OL-13)
Baca Juga: Jokowi Optimistis Tahun Depan Ekonomi Indonesia tetap Terang
Kegiatan tersebut menjadi bagian dari komitmen terutama mendorong literasi rupiah yang inklusif dan kontekstual di tingkat daerah.
Jadi, sebutnya, kegiatan ini sangat penting agar ke depan perumusan kebijakan di daerah secara umum terkait ekonomi, terutama terkait inflasi dapat dilakukan akurat.
PT Dupoin Futures Indonesia secara resmi terdaftar sebagai Pelaku Derivatif Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing (PUVA) di bawah pengawasan Bank Indonesia.
Pelaksanaan ERB 2025 secara resmi ditandai dengan pelepasan KRI Hasan Basri-382 dari Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Senin (22/7).
GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pihaknya melihat ruang untuk melanjutkan penurunan suku bunga acuan (BI Rate) guna mendorong pertumbuhan kredit.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
KESEPAKATAN antara Indonesia dan Amerika Serikat yang baru saja diumumkan berpotensi menekan penerimaan negara. Itu terjadi lantaran Indonesia akan kehilangan potensi penerimaan.
Jika pemerintah tetap berkeras menaikkan tarif PPN menjadi 12%, Indonesia akan berada di urutan puncak sebagai negara dengan pemberlakuan tarif PPN tertinggi di ASEAN bersama Filipina.
LPEM FEB UI mendesak Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate pada level 6% pada Rapat Dewan Gubernur BI November 2024.
LEMBAGA Penyelidik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2024 berada di kisaran 5,12% hingga 5,17%.
LPEM FEB UI menyatakan kondisi inflasi dan nilai tukar saat ini tidak mengharuskan BI mengubah suku bunga acuan BI Rate. Meskipun AS mengalami lonjakan inflasi yang tak terduga.
Wakil Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Jahen Fachrul Rezki mengatakan volume ekspor Indonesia yang menurun karena beberapa faktor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved