Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Resesi dan Dinamika Geopolitik Pengaruhi Harga Minyak Dunia

M. Ilham Ramadhan Avisena
07/9/2022 15:26
Resesi dan Dinamika Geopolitik Pengaruhi Harga Minyak Dunia
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menjadi pembicara dalam forum G20 di Bali.(Antara)

MENTERI Keuangan Sri Mulyani menyoroti dua faktor yang dianggap dapat memengaruhi pergerakan harga minyak dunia. Pertama, situasi perekonomian global, lalu kedua terkait dinamika geopolitik dunia.

Hal itu disampaikan Ani, sapaan akrabnya, dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia pada Rabu (7/9) ini. Menurutnya, laju perekonomian dunia, yang sebagian besar didominasi negara maju, seperti Amerika Serikat dan Eropa, amat menentukan pergerakan harga minyak.

"Kita akan lihat, kalau seandainya outlook negara-negara maju itu masuk resesi, pasti permintaan terhadap minyak menjadi turun. Pressure terhadap kenaikan harga diperkirakan atau diharapkan turun dan tidak lagi mencapai di atas US$100 per barel," paparnya.

Baca juga: Jokowi: Penguatan Industri Hilir Perkukuh Ekonomi Nasional

Namun, sejumlah lembaga internasional telah mengeluarkan proyeksi kondisi perekonomian dunia pada tahun depan. Diperkirakan, ekonomi global pada 2023 lebih buruk dibandingkan tahun ini. Bahkan, disebut berada dalam situasi yang gelap.

Lebih lanjut, Ani menekankan bahwa pemerintah memberikan perhatian secara khusus terhadap prakiraan tersebut. Sebab, hal itu akan berdampak pada harga BBM domestik, yang juga memengaruhi besaran dana subsidi maupun kompensasi.

Baca juga: Konflik dengan Ukraina, Rusia Raup US$97 Miliar dari Penjualan Migas

Sementara itu, dinamika geopolitik dunia juga akan mempengaruhi harga minyak dunia. Mengingat saat ini, komoditas minyak menjadi salah satu instrumen perang yang digunakan oleh sejumlah negara, seperti konflik Rusia-Ukraina.

"Kita sudah tahu bahwa oil jadi instrumen perang, masing-masing menggunakannya. Putin menggunakan gas supply-nya ke Eropa, diberhentikan. Lalu, pihak G7 dan NATO embargo minyak dari Rusia. Jadi, ini ketidakpastian yang masih ada," jelas Bendahara Negara.

Sebagai pengelola keuangan negara, pihaknya berupaya memastikan kebijakan penganggaran dilakukan secara efektif. Apalagi pada tahun depan, pemerintah dimandatkan untuk mengembalikan defisit anggaran maksimal 3% terhadap Produk Domestik Bruto.(OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya