Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
BANYAK orang penasaran mengenai cara membeli saham. Meski investasi saham telah populer dan familiar di kalangan masyarakat, tidak sedikit juga yang belum tergerak untuk berinvestasi saham.
Saham adalah instrumen investasi yang menjadi bukti kepemilikan dari sebuah perusahaan atau bukti dari penyertaan modal. Saham merupakan investasi yang tergolong berisiko tinggi atau high risk.
Dalam berinvestasi saham tidak ada syarat atau ketentuan khusus. Artinya, semua orang yang sudah memiliki kartu tanda penduduk atau KTP bisa melakukannya. Bagi Anda yang merupakan investor pemula, jangan khawatir berikut ini beberapa pilihan cara membeli saham dengan mudah.
Baca juga: Nilai Penawaran Umum di Pasar Modal Capai Rp157,57 Triliun
1. Tentukan Perusahaan Sekuritas
Langkah pertama dalam beli saham bagi pemula adalah menentukan perusahaan sekuritas tempatmu mau bertransaksi saham. Perusahaan sekuritas merupakan perantara jual beli saham dan membantu proses pembukaan rekening pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebelum menentukannya, pastikan terlebih dahulu legalitas dari perusahaan tersebut.
2. Buka Rekening Dana Nasabah
Rekening dana nasabah atau RDN merupakan rekening yang dimiliki oleh para investor untuk melakukan transaksi jual-beli di pasar modal.
Tahapan-tahapan dalam membuka RDN adalah menyiapkan dokumen yang dibutuhkan seperti KTP dan NPWP bagi WNI atau Kitas dan paspor bagi WNA.
Kemudian siapkan juga fotokopi bagian depan buku tabungan yang kamu miliki disertai dua lembar materai.
Selanjutnya, pilih sekuritas tempat kamu akan membuat rekening tersebut. Kamu bisa memilih bank sekuritas yang sudah mendapatkan pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan.
Isi formulir dan seluruh informasi yang dibutuhkan sebelum menyetorkan deposito awal pada RDN tersebut. Nilai setoran awal dari bank sekuritas umumnya Rp100.000-Rp3 juta.
3. Pilih Saham yang Akan Dibeli
Meski sudah memiliki rekening RDN, membeli saham tidak bisa dilakukan sembarangan. Untuk memilihnya, gunakan aplikasi milik bank sekuritas yang sekaligus berfungsi sebagai alat pantau.
Namun, sebelum kamu memutuskan membeli saham, baca dengan teliti laporan keuangan dan kinerja perusahaan yang sahamnya ingin kamu beli. Kini kamu juga bisa membeli saham dengan aplikasi daring seperti Ajaib, Bions, atau Bibit.
4. Pantau Pergerakan Pasar
Setelah memutuskan membeli saham pertama, bukan berarti pekerjaan rumah selesai. Seorang investor tetap wajib memantau pergerakan pasar. Kamu bisa menggunakan media sosial atau situs berita yang mengulas harga saham untuk mengetahui pergerakan saham kamu.
Modal membeli saham sangat ditentukan oleh tiga faktor, yaitu harga saham perusahaan yang akan dibeli, fee transaksi sekuritas, dan jumlah saham yang akan dibeli.
Saat ini, seseorang bisa mulai membeli saham di BEI dengan modal sekitar Rp100.000 untuk pemula.
Sebagai ilustrasi, pada Januari 2020, seorang bernama A ingin membeli sebanyak 2 lot saham PT ABCD yang harganya Rp1.000 per lembar saham. Sementara perusahaan sekuritas menetapkan biaya transaksi sebesar 0,3%.
Berarti, total jumlah modal yang diperlukan adalah sebesar Rp200.600. Rinciannya yakni Rp200.000 untuk membeli saham (2 lot x 100 saham x Rp1.000). Lalu biaya sebesar Rp600 yang berasal dari fee transaksi sebesar 0,3% x Rp 200.000.
Berikutnya, setahun berselang atau pada Januari 2021, A memutuskan menjual 2 lot saham PT ABCD miliknya. Harga saham PT ABCD sudah naik menjadi Rp 1.200 per lembar saham.
Dalam transaksi jual saham, transaksi yang dilakukan A dikenakan biaya transaksi sebesar 0,3% dan pajak PPh atas transaksi jual sebesar 0,1%. Maka, total uang yang akan didapatkan A dari penjualan saham PT ABCD yakni sebesar Rp239.040.
Rinciannya, A menerima sebesar Rp240.000 dari saham PT ABCD yang dijual (2 lot x 100 saham x Rp1.200). Lalu transaksi tersebut dipotong biaya transaksi sebesar Rp720 (0,3% x Rp 240.000) dan pajak PPh sebesar Rp240 (0,1% x Rp 240.000).
Jangan ragu untuk berkonsultasi atau bertanya dengan pihak sekuritas jika investor masih pemula, seperti bagaimana cara membeli saham (cara beli saham) yang disesuaikan dengan modal yang dimiliki.
Aktiflah mencari informasi dan mempelajari saham-saham perusahaan yang memiliki prospek bagus untuk dikoleksi di portofolio investasi.
Biasanya, setiap perusahaan sekuritas sudah menyediakan berbagai analisa prospek saham secara gratis. Informasi ini bisa didapatkan di situs ataupun aplikasi pembelian dan penjualan saham yang disediakan.
Selain itu, agar sukses dalam berinvestasi saham, investor pemula disarankan untuk mempelajari berbagai analisa saham, seperti analisa teknikal dan analisa fundamental. (OL-1)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 30 Juni 2025, dibuka menguat 34,91 poin atau 0,51% ke posisi 6.932,31.
AKTIVITAS perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 23–26 Juni 2025 menunjukkan tren pelemahan di hampir seluruh indikator utama.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Kamis 26 Juni 2025, dibuka menguat 9,71 poin atau 0,14% ke posisi 6.841,85.
IHSG hari ini, Rabu 25 Juni 2025, berpeluang bergerak menguat. Sentimen utamanya tidak lain karena seiring meredanya konflik Iran vs Israel di kawasan Timur Tengah.
Konflik Iran-Israel berpotensi membawa dampak langsung ke pasar keuangan global, termasuk ke pasar saham Indonesia. Kemarin IHSG terkoreksi 1,74%
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 24 Juni 2025, dibuka menguat 91,75 poin atau 1,35% ke posisi 6.878,89.
Dukungan tersebut sejalan dengan pandangan AHY mengenai perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, terutama di kalangan pemuda.
Dia mengatakan, keputusan penting lainnya terkait transformasi yang melibatkan partisipasi publik melalui Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO).
Bank DKI resmi membagikan dividen senilai Rp249,31 miliar atau dengan dividen payout ratio 32% dari laba bersih tahun buku 2024 sebesar Rp779,10 miliar.
Salah satu BUMD yang diproyeksikan Pramono untuk menjual sahamnya ke publik adalah PT Bank DKI. Pramono menargetkan Bank DKI mulai IPO dalam satu tahun ke depan.
MDLA melepas sebanyak 3,5 miliar saham atau setara 25% dari total modal disetor dan ditempatkan pasca-IPO.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung berencana mengubah jenama (rebranding) Bank DKI. Menurutnya langkah itu perlu dilakukan demi menciptakan manajemen yang lebih solid.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved