Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PEMERINTAH Republik Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) sedang berupaya untuk mengoptimalkan tata kelola pupuk bersubsidi. Karena itu mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.10 Tahun 2022 Tentang Tata Cata Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian.
Ada beberapa poin Permentan tersebut yang menjadi sorotan publik, diantaranya pembatasan pupuk subsidi hanya untuk sembilan komoditas utama yakni padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu, kopi dan kakao. Selain itu,jenis pupuk subsidi pun hanya difokuskan menjadi
hanya dua jenis pupuk, yakni NPK dan Urea.
Menanggapi hal tersebut, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Mirza Antoni, mengatakan, ada yang berubah dalam subsidi pupuk, dari 70 komoditi menjadi 9 komoditi, kaitannya dengan harga pupuk melambung.
"Bagus, tapi pangan memang komoditi yang diberi subsidi, seperti padi, jagung, berkontribusi terhadap inflasi. Tapi kurang setuju untuk kopi dan kakao, sepertinya tidak banyak kontribusi, kakao dan kopi tidak terlalu prioritas, tidak pernah kopi itu menimbulkan inflasi yang besar," jelasnya, kemarin.
Ia menerangkan berkemungkinan memang harusnya banyak ke sektor tanaman pangan. Seperti sawit, karena sekarang petani sawit, khususnya yang dikelola mandiri oleh rakyat sedang kesulitan.
"Saya mendengar dari teman-teman petani sawit, yang banyak punya rakyat. Harusnya 9 komoditi itu memberikan inflasi, yang bisa naik dan mengganggu ekonomi makro. Padahal harusnya di Sumatra, sudah banyak sawit swadaya, tidak masuk ke kebijakan ini," paparnya.
Mirza juga menjelaskan, selain kedua pupuk prioritas NPK dan Urea, sebaiknya pupuk organik pun menjadi sebuah prioritas karena berikan banyak manfaat untuk tanaman dan lingkungan.
Menurutnya, saat ini, jangan sampai Indonesia memiliki orientasi ke pupuk anorganik, karena terdapat pupuk organik yang bahan pembuatannya sudah pasti tersedia di dalam negeri, sehingga tidak perlu untuk impor
"Petani kita pemikirannya, jika tidak Urea, tidak mupuk. Jadi ketergantungan pupuk kimia tinggi. Kalau secara lingkungan, apalagi Green Economy ke depan, harusnya pupuk organik digalakkan," jelasnya.
Sebenarnya, sambung Mirza, pupuk organik yang paling bagus, karena pupuk anorganik cenderung bermasalah untuk lingkungan. Menurutnya, petani di Indonesia harus menghilangkan ketergantungannya terhadap pupuk anorganik.
"Ada teman saya, penggerak petani di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) Sumsel, yang mengedukasi kelompok petani termasuk petani padi, untuk membuat pupuk organik. Jadi tidak tergantung pupuk anorganik. Walau diakuinya, banyak juga petani tidak tertarik. Sehingga harus ada penyuluhan, bahwa pupuk organik, bisa menjadi pengganti walau tidak sampai 100 persen. Bisa disubstitusikan," paparnya.
Mirza melanjutkan, banyak opsi agar tidak mengurangi pupuk, ditambahkan pupuk organik, dengan memberikan pengetahuan ke petani bahwa bagus untuk tanah dan pertanian berkelanjutan. Petani di Sumatera Selatan juga masih kurang menggunakan pupuk organik. Pupuk organik juga harus digalakkan oleh pemerintah.
"Ada lahan di Indralaya Kabupaten Ogan Ilir Sumsel, saya mengelola kebun sawit milik Universitas Sriwijaya (Unsri) Indralaya. Saya tidak memakai pupuk anorganik, saya coba pakai pupuk organik. Terlebih karena struktur tanahnya. Hasilnya, tanahnya bagus, karena banyak makhluk hidup seperti cacing yang hidup dan membuat tanah menjadi bagus dan gembur. Sedangkan
jika pakai pupuk anorganik, tanah akan keras dan tidak ada mahkluk hidup yang bertahan di lahan perkebunan," jelasnya.
Kendati begitu, Mirza sepakat prioritas pemerintah pada pupuk Urea dan NPK, apalagi fokus pada tanaman komuditi, namun yang menjadi harapannya adalah pemerintah memerhatikan biaya distribusi di bawah.
Selain itu juga, Mirza memberikan apresiasi dalam bentuk mekanisme pengusulan alokasi pupuk bersubsidi yang telah dilakukan dengan menggunakan data spasial dan data luas lahan dalam sistem informasi managemen berbasis digital dan teknologi.
"Bagus itu, karena tidak bisa ditipu. Bisa melihat data secara digital, foto dari satelit, bisa melihat lahan-lahan seberapa besar tapi juga harus diverifikasi di lapangan. Jangan percaya 100 persen dengan data," terangnya.
Ia pun mengingatkan pemerintah mengenai persolan waktu distribusi pupuk, jangan sampai terjadi keterlambatan pupuk subsidi dari jadwal pemupukan petani.
"Jadi harus tepat harga dan tepat waktu sesuai dengan kebutuhan petani. Para petani sendiri sudah membuat RDKK, sudah disampaikan petani ke pengecer, tapi saat petani butuh pupuk, mungkin di distribusi jadi masalah," tutupnya. (OL-13)
Baca Juga: Pupuk NPK dan Urea Turut Tingkatkan Produktivitas Tanaman
Pada komoditas telur ayam misalnya, saat ini harganya kisaran Rp27.600 dari sebelumnya Rp27.800 per kg.
Harga beras sudah cukup stabil. Tapi dengan memasukinya musim panen padi yang diperkirakan bulan ini, kami harapkan harganya bisa kembali normal.
KELOMPOK Tani Kopi Wanoja Jawa Barat mengekspor tujuh ton kopi Arabika secara langsung ke Arab Saudi, Kamis (22/2).
Bersamaan naiknya harga sejumlah cabai dan bawang, terdapat juga komoditas yang harganya turun. Di antaranya tomat kecil dari Rp8 ribu menjadi Rp6 ribu per kg dan tomat besar dari Rp10 ribu
Harga beberapa barang komoditas pangan yang perlahan bergerak naik menjelang bulan puasa.
Berbagai skenario yang diupayakan Kementrian Perdagangan agar harga bahan pangan tetap stabil menjelang ramadan.
Ada empat spesies tumbuhan yang dipilih, yaitu Phalaenopsis equestris (sejenis anggrek asli Taiwan), tanaman tradisional Chenopodium formosanum Koidz, paprika, dan bunga matahari.
Salah satu penyerbuk, tobacco hawkmoth (Manduca sexta), dapat dengan cepat mengetahui bahwa bau yang diubah polusi berasal dari bunga tembakau melati (Nicotianaalata) yang disukai serangga.
Rehat dulu dari aktivitas pekerjaan kantor dan domestik pada periode #dirumahsaja, lakukan aktivitas yang bisa meredakan ketegangan namun tetap produktif.
Rencana pengadaan tanaman itu terungkap di laman Sirup.lkpp.go.id, yaitu Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (SIRUP) yang dikelola Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang
“DKP3 punya pola yang bagus dalam menjaga ketahanan pangan di Tangsel. Tinggal bagaimana sosialisasi pemahaman bagaimana ketahanan pangan bisa tumbuh dari lingkungan kecil di rumah.
RELAWAN Mak Ganjar membagikan 1.000 pot pohon cabai di Pedongkelan Belakang, Cengkareng, Jakarta Barat. Dalam kegiatan ini warga juga diberikan pelatihan cara menanam cabai.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved