Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KENAIKAN suku bunga yang terlalu agresif oleh Federal Reserve (Bank Sentral) AS menciptakan stagflasi di seluruh dunia dan tidak serta merta akan mengatasi akar penyebab inflasi domestik, kata seorang ekonom terkenal di Amerika Serikat.
"Bank sentral di Amerika Serikat sudah terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga padahal sebenarnya tidak perlu," kata Jayati Ghosh, profesor di Departemen Ekonomi di bawah University of Massachusetts Amherst.
Dalam wawancara daring baru-baru ini dengan Xinhua, Ghosh memperingatkan bahwa jika Fed AS terus menaikkan suku bunga, seluruh dunia akan mengalami stagflasi.
Stagflasi di luar Amerika Serikat akan sangat serius karena pelarian modal ke tempat yang aman menyebabkan krisis utang dan valuta asing yang parah di banyak bagian dunia dan negara-negara berkembang menghadapi inflasi impor akibat dolar AS yang kuat, kata Ghosh.
Ghosh mencatat bahwa ketika Fed AS memperketat pasokan uangnya, ia menarik kembali modal dari negara-negara emerging markets dan berkembang, yang telah menyebabkan gagal bayar di setidaknya di tiga negara berkembang, dengan lima atau enam lainnya di ambang gagal bayar.
"Kami sudah menghadapi inflasi karena harga pangan dan bahan bakar yang tinggi. Dan depresiasi mata uang memperburuk keadaan. Sehingga menambah kecenderungan inflasi," kata Ghosh, yang bekerja sebagai profesor di Pusat Studi Ekonomi dan Perencanaan Jawaharlal Nehru Universitas, India, dari 1998 hingga 2020.
“Ketika negara berkembang belum benar-benar pulih dari pandemi dan ketika banyak dari mereka belum mampu melakukan respons fiskal seperti yang dilakukan negara maju, kita sudah mengalami perlambatan ekonomi dan kecenderungan resesi. Dan sekarang kita mengalami inflasi. Jadi itu adalah situasi stagnasi klasik untuk seluruh dunia," kata pakar ekonomi tersebut.
Inflasi saat ini tidak diciptakan oleh peningkatan permintaan tetapi oleh pencatutan dan spekulasi, yang perlu ditangani, katanya.
"Anda harus mengatasi kelebihan keuntungan yang dibuat oleh perusahaan dan spekulasi keuangan di pasar komoditas. Tanpa membahasnya, hanya menaikkan suku bunga, itu seperti menggunakan palu untuk sesuatu yang tidak ada pakunya," kata Ghosh.
"Anda mungkin akhirnya menghancurkan pemulihan ekonomi atau menciptakan stagflasi di negara lain. Tapi Anda tidak serta merta mengatasi masalah yang menciptakan inflasi," katanya.
Lamanya stagflasi "sangat tergantung pada bagaimana situasinya dan itu sangat tergantung pada kebijakan moneter G7 (Grup 7) dan apakah Dana Moneter Internasional (IMF) dapat turun tangan dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan," kata Ghosh.
Selama sekitar 60 tahun, Amerika Serikat telah mengambil keuntungan dari hak istimewanya yang luar biasa selangit, seperti yang kita sebut, memegang mata uang cadangan global karena dapat mencetak dolar sesuka hati dan akan diterima secara global, kata ekonom itu.
Tindakan AS baru-baru ini membekukan cadangan bank sentral Venezuela, Afghanistan, Rusia, dan Iran "tidak hanya ilegal secara internasional, tetapi juga menciptakan ketidakpercayaan yang meningkat di Amerika Serikat sebagai tempat yang dapat diandalkan untuk menyimpan aset Anda," Ghosh mengatakan.
Hegemoni dolar AS, yang sangat penting dalam ekspansi ekonomi Amerika Serikat sendiri, akan menjadi jauh lebih rapuh di masa depan, kata ekonom itu.
Tidak diragukan lagi bahwa semakin banyak negara dan bank sentral "akan memikirkan cara alternatif untuk menjaga cadangan mereka dan jelas itu hal yang logis untuk dilakukan," tambahnya. (Ant/OL-13)
Baca Juga: Rupiah Melemah Dipicu Rencana Banyak Penaikan Bunga The Fed
Baca Juga: AS Alami Resesi, Ekonom: bukan Momentum BI untuk Naikkan ...
Prediksi dalam dua bulan ke depan jika tidak ada campur tangan pemerintah. Seperti, upaya pengetatan protokol kesehatan di tengah masyarakat.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) didorong untuk mengambil langkah-langkah tegas untuk menahan laju penularan omikron di Tanah Air yang bertambah 33 ribu per hari ini (5/2).
AREA publik di alun-alun dan Taman Pancasila kita tutup dengan 13 portal mulai pukul 18.00-00.00 WIB selama satu bulan
Asep memandang bahwa kebijakan efisiensi PDLN secara tidak langsung mengonfirmasi terdapat perjalanan dinas yang tidak efektif sebelumnya.
Pada perdagangan Selasa (29/6) ini, nilai tukar rupiah ditutup terkoreksi 40 poin, atau 0,28% ke level Rp14.485 per dolar AS.
Bank sentral Singapura pada Jumat (14/10) memperketat kebijakan moneter untuk keempat kalinya tahun ini guna mengendalikan inflasi.
Suku bunga deposito lebih cepat dalam merespons penurunan suku bunga kebijakan.
Bank Indonesia juga terus memantau arah kebijakan moneter The Fed. Termasuk, rencana melakukan tapering off atau pengetatan likuiditas.
Di lain sisi, pelambatan terjadi pada mayoritas komponen M1 dan uang kuasi. Adapun M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan giro rupiah.
Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan stabilitas sistem keuangan, karena ketidakpastian pasar keuangan global.
Bank Sentral Tiongkok mengatakan akan membuat kebijakan moneter yang memiliki jangkauan jauh ke depan dan memiliki target yang harus dicapai.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved