Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KENAIKAN suku bunga yang terlalu agresif oleh Federal Reserve (Bank Sentral) AS menciptakan stagflasi di seluruh dunia dan tidak serta merta akan mengatasi akar penyebab inflasi domestik, kata seorang ekonom terkenal di Amerika Serikat.
"Bank sentral di Amerika Serikat sudah terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga padahal sebenarnya tidak perlu," kata Jayati Ghosh, profesor di Departemen Ekonomi di bawah University of Massachusetts Amherst.
Dalam wawancara daring baru-baru ini dengan Xinhua, Ghosh memperingatkan bahwa jika Fed AS terus menaikkan suku bunga, seluruh dunia akan mengalami stagflasi.
Stagflasi di luar Amerika Serikat akan sangat serius karena pelarian modal ke tempat yang aman menyebabkan krisis utang dan valuta asing yang parah di banyak bagian dunia dan negara-negara berkembang menghadapi inflasi impor akibat dolar AS yang kuat, kata Ghosh.
Ghosh mencatat bahwa ketika Fed AS memperketat pasokan uangnya, ia menarik kembali modal dari negara-negara emerging markets dan berkembang, yang telah menyebabkan gagal bayar di setidaknya di tiga negara berkembang, dengan lima atau enam lainnya di ambang gagal bayar.
"Kami sudah menghadapi inflasi karena harga pangan dan bahan bakar yang tinggi. Dan depresiasi mata uang memperburuk keadaan. Sehingga menambah kecenderungan inflasi," kata Ghosh, yang bekerja sebagai profesor di Pusat Studi Ekonomi dan Perencanaan Jawaharlal Nehru Universitas, India, dari 1998 hingga 2020.
“Ketika negara berkembang belum benar-benar pulih dari pandemi dan ketika banyak dari mereka belum mampu melakukan respons fiskal seperti yang dilakukan negara maju, kita sudah mengalami perlambatan ekonomi dan kecenderungan resesi. Dan sekarang kita mengalami inflasi. Jadi itu adalah situasi stagnasi klasik untuk seluruh dunia," kata pakar ekonomi tersebut.
Inflasi saat ini tidak diciptakan oleh peningkatan permintaan tetapi oleh pencatutan dan spekulasi, yang perlu ditangani, katanya.
"Anda harus mengatasi kelebihan keuntungan yang dibuat oleh perusahaan dan spekulasi keuangan di pasar komoditas. Tanpa membahasnya, hanya menaikkan suku bunga, itu seperti menggunakan palu untuk sesuatu yang tidak ada pakunya," kata Ghosh.
"Anda mungkin akhirnya menghancurkan pemulihan ekonomi atau menciptakan stagflasi di negara lain. Tapi Anda tidak serta merta mengatasi masalah yang menciptakan inflasi," katanya.
Lamanya stagflasi "sangat tergantung pada bagaimana situasinya dan itu sangat tergantung pada kebijakan moneter G7 (Grup 7) dan apakah Dana Moneter Internasional (IMF) dapat turun tangan dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan," kata Ghosh.
Selama sekitar 60 tahun, Amerika Serikat telah mengambil keuntungan dari hak istimewanya yang luar biasa selangit, seperti yang kita sebut, memegang mata uang cadangan global karena dapat mencetak dolar sesuka hati dan akan diterima secara global, kata ekonom itu.
Tindakan AS baru-baru ini membekukan cadangan bank sentral Venezuela, Afghanistan, Rusia, dan Iran "tidak hanya ilegal secara internasional, tetapi juga menciptakan ketidakpercayaan yang meningkat di Amerika Serikat sebagai tempat yang dapat diandalkan untuk menyimpan aset Anda," Ghosh mengatakan.
Hegemoni dolar AS, yang sangat penting dalam ekspansi ekonomi Amerika Serikat sendiri, akan menjadi jauh lebih rapuh di masa depan, kata ekonom itu.
Tidak diragukan lagi bahwa semakin banyak negara dan bank sentral "akan memikirkan cara alternatif untuk menjaga cadangan mereka dan jelas itu hal yang logis untuk dilakukan," tambahnya. (Ant/OL-13)
Baca Juga: Rupiah Melemah Dipicu Rencana Banyak Penaikan Bunga The Fed
Baca Juga: AS Alami Resesi, Ekonom: bukan Momentum BI untuk Naikkan ...
Asep memandang bahwa kebijakan efisiensi PDLN secara tidak langsung mengonfirmasi terdapat perjalanan dinas yang tidak efektif sebelumnya.
Electronic Arts mengumumkan pemotongan sekitar 5 persen dari total karyawan sebagai bagian dari pengetatan pengeluaran dalam industri permainan video dan teknologi.
BURSA Amerika Serikat, Wall Street kehilangan lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), dengan indeks Nasdaq memimpin penurunan
AREA publik di alun-alun dan Taman Pancasila kita tutup dengan 13 portal mulai pukul 18.00-00.00 WIB selama satu bulan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) didorong untuk mengambil langkah-langkah tegas untuk menahan laju penularan omikron di Tanah Air yang bertambah 33 ribu per hari ini (5/2).
ASEAN mulai menghidupkan kembali wacana pembentukan dana moneter regional demi memperkuat keamanan keuangan kawasan.
BANK Indonesia (BI) memastikan akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah untuk mendukung ketahanan ekonomi dalam negeri.
PELONGGARAN kebijakan moneter global, pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat, dan Bank Indonesia telah menciptakan optimisme di tengah kelesuan perekonomian global.
Pemerintah selaku otoritas fiskal mesti mengeluarkan kebijakan yang mendukung pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia agar perekonomian bisa bergerak secara optimal.
MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini banyak dipengaruhi oleh tekanan eksternal.
RAPAT Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 6,25% pada Juni 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved