Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
NILAI Tukar Petani (NTP) pada Juli 2022 mengalami penurunan 1,61% dari bulan sebelumnya menjadi 104,25. Penurunan disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,04% dan ada kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,58%.
Dengan demikian, pada Juli 2022 indeks harga yang diterima petani berada di level 118,37 dan indeks harga yang dibayar petani berada di level 113,55.
"Indeks harga yang diterima petani turun diantaranya karena menurunnya harga kelapa sawit, jagaung, karet, dan kelapa," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono dalam konferensi pers secara daring, Senin (1/8).
Adapun komoditas yang mendorong kenaikan indeks harga yang dibayarkan petani ialah bawang merah, cabai merah, cabai rawit, dan rokok kretek filter.
Pada Juli 2022, kata Margo, terdapat dua subsektor NTP yang mengalami penurunan, yakni NTP tanaman pangan dan NTP tanaman perkebunan rakyat. Keduanya masing-masing mengalami penurunan 0,62% dan 6,63% menjadi 95,28 dan 114,03.
Penurunan NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat terjadi lantaran indeks harga yang diterima petani megalami penurunan hingga 6,06%. Sedangkan indeks harga yang dibayarkan petani mengalami kenaikan 0,61%.
"Komoditas utama yang menyebabkan penurunan NTP tanaman perkebunan rakyat ialah kelapa sawit, karet, dan kelapa," kata Margo.
Sementara itu, BPS mencatat terjadi kenaikan yang signifikan pada NTP hortikultura, yakni sebesar 4,91% dari bulan sebelumnya menjadi 123,91. Kenaikan terjadi karena indeks harga yang diterima petani meningkat sebesar 5,48%, lebih besar dari kenaikan harga yang harus dibayar petani yang naik sebesar 0,55%.
"Komoditas yang dominan berpengaruh pada indeks harga yang diterima petani berasal dari komoditas bawang merah, cabai merah, dan wortel," jelas Margo.
Sejalan dengan NTP, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) juga mengalami penurunan sebesar 1,34% dari bulan sebelumnya menjadi 105,47. Ini disebabkan karena indeks harga yang dierima petani turun sebsar 1,04%, sementara indeks biaya produksi dan penambahan barang modal naik sebesar 0,30%.
Baca juga: Inflasi Juli 2022 Sebesar 4,94%, BPS: Tertinggi Sejak 2015
Berdasarkan subsektor, penurunan tertinggi terjadi di NTUP tanaman perkebunan rakyat sebesar 6,39%. Ini disebabkan karena indeks yang diterima petani juga mengalami penurunan sebesar 6,06%. Sedangkan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami kenaikan sebesar 0,36%.
"Komoditas yang dominan yang mempengaruhi kenaikan biaya produksi dan penambahan barang modal diantaranya adalah NPK, urea, dan ongkos angkut. Ini sejalan dengan harga urea yang di tingkat global naik, berdampak kepada biaya input untuk produksi mengalami peningkatan," jelas Margo.
Sementara itu, NTUP yang mengalami peningkatan terjadi pada subsektor hortikultura, di mana meningkat 4,98%. Ini terjadi karena indeks yang diterima petani naik sebesar 5,48%, lebih besar dari kenaikan indeks yang harus dibayar petani, khususnya biaya produksi dan penambahan barang modal yang meningkat hanya 0,48%.
"Komoditas yang dominan berpengaruh pada indeks harga yang diterima petani, diatanranya berasal dari bawang merah, cabai merah, dan wortel, dan juga terdapat beberapa komoditas yang dominan menghambat kenaikan biaya produksi dan penambahan barang modal, diantaranya adalah bibit jahe," pungkas Margo.
Adapun hal yang membedakan NTP dan NTUP yakni penghitungan yang dilakukan oleh BPS. Pada NTP, BPS menghitung indeks yang diterima petani dengan indeks yang dibayarkan petani, mencakup seluruh pengeluaran petani seperti pengeluaran rumah tangga, biaya produksi, sekolah, berobat, kebutuhan sandang, papan, sehingga tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi riil pengeluaran usaha petani.
Sementara pada NTUP, BPS mengeluarkan konsumsi rumah tangga, alias hanya menghitung pengeluaran terkait kegiatan produksi usaha petani. NTP dan NTUP di atas 100 menunjukkan kondisi petani mengalami surplus dan di bawah 100 menggambarkan petani merugi. (OL-4)
Setiap hari membawa peluang dan tantangan baru bagi setiap zodiak. Hari ini, 14 Juli 2024, beberapa zodiak akan menemukan diri mereka dipenuhi dengan energi positif dan semangat tinggi
Soekarno juga berhak mendapat perhatian. Kesejahteraannya juga harus diperhatikan oleh negara.
PSSI akan mencari solusi persoalan mantan pemain tim nasional Indonesia yang dinilai belum mendapat kesejahteraan yang layak
Pram-Rano juga bakal konsen soal kebersihan dan kesehatan, yakni dengan membentuk tim putih.
Citra-Utu konsisten dan dengan penuh optimisme memaparkan pilar-pilar utama yang harus dibangun untuk menuju Taliabu Emas.
Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan Hutan lestari yang dilaksanakan dalam Kawasan Hutan Negara atau Hutan Hak/Hutan Adat yang dilaksanakan oleh Masyarakat setempat.
Di tengah krisis iklim dan krisis pangan, peran petani milenial dan pemanfaatan teknologi menjadi kunci penting bagi Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Lapis Bogor Sangkuriang, sebagai pemain utama dalam bisnis olahan talas akan mendapatkan akses yang lebih baik terhadap bahan baku berkualitas tinggi dari para petani.
YESS menjadi salah satu solusi yang terus berkomitmen dalam meningkatkan kualitas dan kesejahteraan dan memberdayakan petani di Indonesia.
Sektor pertanian adalah sektor yang menjanjikan sehingga akan membutuhkan tenaga yang sangat banyak.
Pemerintah daerah perlu turun tangan. Salah satunya berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk menginventarisasi lulusan sekolah yang belum mendapatkan pekerjaan.
Kelompok Tani Tri Cipta menyerahkan sebanyak 500 kg bawang merah. Sebelumnya, telah diserahkan pula 230 kg cabai rawit merah kepada pedagang Pasar Cimindi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved