Headline
PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.
PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.
Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.
PEMERINTAH meyakini situasi perekonomian global saat ini masih sedikit memberikan keuntungan. Sebab, kenaikan harga sejumlah komoditas utama nasional masih cukup tinggi di level internasional.
Demikian disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir. "Indonesia justru mendapatkan windfall yang berasal dari ekspor akibat kenaikan harga komoditas dan energi dunia," ujarnya kepada Media Indonesia, Jumat (29/7).
Pelemahan ekonomi dunia sedianya memang terjadi, bahkan sejumlah negara berpotensi mengalami resesi. Namun Iskandar menilai beberapa negara mitra dagang Indonesia masih memiliki struktur perekonomian yang kuat.
Tiongkok misalnya, pekan lalu Negeri Tirai Bambu mengumumkan terjadi pelambatan pertumbuhan ekonomi di level 0,4% (year on year/yoy) pada triwulan II. Kinerja itu merosot tajam dari triwulan sebelumnya yang berada di level 4,8% (yoy).
Pelambatan itu, kata Iskandar, terjadi karena Beijing melakukan kuncitara untuk mencegah penyebaran covid-19. Karenanya, pelemahan ekonomi Tiongkok dinilai hanya bersifat sementara.
"Tiongkok mengalami perlambatan karena lockdown akibat kebijakan zero covid, sehingga tidak bersifat permanen," terangnya.
Baca juga: Sri Mulyani: Dunia Tidak Baik-baik Saja
Apalagi, baru-baru ini Tiongkok berkomitmen untuk menambah impor Crude Palm Oil (CPO) hingga 1 juta ton dari Indonesia. Komitmen tersebut disampaikan dalam pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang di Beijing, Selasa (26/7).
Itu berarti, kelapa sawit sebagai komoditas unggulan Indonesia masih berpotensi diserap oleh kegiatan ekspor. "Komoditas ekspor Indonesia sangat dibutuhkan dunia, maka demand untuk barang ekspor Indonesia masih meningkat. Sehingga Indonesia masih mendapatkan windfall untuk tahun ini, tahun yang akan datang mungkin windfall ini akan lebih kecil," jelas Iskandar.
Karenanya, dia optimistis ekonomi Indonesia masih tetap bisa tumbuh positif di kisaran 5% pada tahun ini. Selain dukungan kinerja ekspor, pemerintah juga telah melihat perbaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Diketahui konsumsi rumah tangga kerap menjadi mesin andalan pertumbuhan ekonomi nasional. Karenanya, perbaikan tersebut diyakini akan mengantarkan perekonomian Indonesia ke posisi yang cukup kuat.
"Konsumsi domestik yang meningkat akibat dibukanya pembatasan sehingga mobilitas meningkat, maka ekonomi Indonesia tetap dapat tumbuh 5,2% pada tahun 2022," urai Iskandar.
Penguatan daya beli masyarakat juga sedianya disokong oleh penambahan anggaran subsidi energi. Dengan begitu, kenaikan harga energi di tingkat global tak berimbas langsung pada harga di level masyarakat. (OL-4)
HILIRISASI berkelanjutan memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional. Setiap komoditas kelolaan diolah hingga menjadi produk hilir yang menjadi bahan baku.
Skema kerja sama merupakan bagian dari kesepakatan tarif timbal balik antara kedua negara.
Airlangga Hartarto mengungkapkan sejumlah komoditas yang tengah diperjuangkan agar mendapat tarif impor lebih rendah dari 19% saat masuk ke pasar Amerika Serikat (AS).
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa harga cokelat di pasar internasional tengah mengalami lonjakan tajam.
Sejumlah Komoditas Ekspor Indonesia Diupayakan Kena Tarif 0% ke AS
Indonesia hapus tarif 0% untuk produk ekspor AS. MoU dagang senilai USD 52 miliar mencakup energi, agrikultur, dan Boeing. Tarif ekspor RI ke AS turun ke 19%.
Meningkatnya kebutuhan gula nasional perlu diikuti daya dukung industri dan ketersediaannya di pasar. Penggunaan sistem neraca komoditas dan impor bisa menjadi alternatif.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani (NTP) pada November 2023 tercatat sebesar 116,73, naik 0,82%, dibandingkan dengan bulan Oktober 2023.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut nilai ekspor Indonesia pada September 2023 mencapai US$20,76 miliar atau turun 5,63% dibandingkan Agustus 2023.
Neraca perdagangan Indonesia diprediksi masih tetap membukukan surplus pada Juli 2023.
Surplus neraca dagang pada Januari 2023 dinilai dapat mendorong ketahanan perekonomian nasional di tengah ketidakpastian global
Perpres Nomor 32 Tahun 2022 tentang Neraca Komoditas bakal menjadi dasar acuan menentukan kebijakan ekspor dan impor. Di sisi lain, ada Perpres Nomor 66 Tahun 2021.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved