Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Ekonom: Tekanan Pasar Obligasi Indonesia Semakin Berkurang

M. Ilham Ramadhan Avisena
21/6/2022 14:14
Ekonom: Tekanan Pasar Obligasi Indonesia Semakin Berkurang
Suasana lanskap Ibu Kota terlihat dari gedung bertingkat.(Antara)

TEKANAN pada pasar obligasi Indonesia dinilai semakin berkurang. Hal ini didukung faktor domestik dan eksternal yang berdampak pada kondisi pasar surat utang Indonesia.

"Dalam pandangan kami, tekanan di pasar obligasi sudah berkurang saat ini," ujar Kepala Ekonom dan Ahli Strategi Investasi PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan dalam keterangannya, Selasa (21/6).

Menurutnya, dari sisi domestik, tekanan inflasi diperkirakan lebih terjaga dari ekspektasi pasar sebelumnya. Hal itu didukung keputusan pemerintah untuk menjaga harga BBM Pertalite dan tarif listrik bersubsidi.

Baca juga: Mengendalikan Inflasi, BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan

Pendapatan pemerintah yang meningkat dari sektor komoditas, juga membawa angin positif bagi APBN. Sebab, bisa membiayai naiknya subsidi dan mengurangi penerbitan SBN.

"Selain itu, dengan tingkat inflasi yang lebih terjaga, kenaikan suku bunga Bank Indonesia juga dapat menjadi lebih konservatif, dibandingkan perkiraan pasar sebelumnya," tutur Katarina.

Dari sisi eksternal, pihaknya melihat kemungkinan The Fed beranjak lebih dovish seiring dengan outlook ekonomi AS yang melemah dan tekanan inflasi yang mereda. Perubahan postur The Fed yang lebih dovish dinilai menjadi katalis bagi pasar obligasi.

Adapun secara global, pelemahan pasar dibayangi komentar dari The Fed, yang menekankan komitmennya untuk menanggulangi inflasi dan mempertahankan arah kenaikan suku bunga agresif.

Baca juga: The Fed Resmi Naikkan Suku Bunga 75 Basis Poin atau 0,75%

Ketidakpastian pasar juga meningkat terhadap outlook pertumbuhan ekonomi AS. Apalagi, kenaikan suku bunga yang agresif dikahwatirkan dapat memicu resesi ekonomi.

Pun, pasar juga dibayangi kebijakan lockdown di Tiongkok, karena meningkatnya kasus covid-19. Berikut, kebijakan ‘zero Covid’ oleh pemerintah Negeri Tirai Bambu.

"Kondisi ini meningkatkan kekhwatiran gangguan rantai pasokan dunia, karena peranan penting Tiongkok dalam produksi global," tandasnya.(OL-11)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya