Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) bergerak cepat guna melakukan penanganan terhadap Spodoptera frugiperda atau Fall Armyworm (FAW) yang merupakan hama jenis baru di Indonesia yang menyerang tanaman jagung.
Hama baru ini dikenal dengan sebutan ulat grayak (Spodoptera frugiperda J.E. Smith) atau Fall Armyworm yang merupakan serangga ngengat asli daerah tropis, sebelumnya hanya ditemukan pada pertanaman jagung di Amerika Serikat, Argentina, dan Afrika.
Tak hanya turun ke lapangan, Kementan pun masif melakukan sosialisasi terkait cara mengetahui dan menangani hama Spodoptera Frugiperda melalui Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani.
Baca juga : Optimalkan Lahan Tidur, Kementan Siapkan Keerom Jadi Sentra Komoditas Jagung Nasional
Menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman diupayakan dengan pengendalian yang memperhatikan prinsip-prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Hal ini sesuai arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo bahwa seluruh jajaran Kementan terus berupaya mengawal dan menuntaskan masalah-masalah pertanian seperti hama dan penyakit demi menjaga ketersediaan pangan nasional.
“Prinsipnya, kendalikan hama ini dengan pestisida hayati, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Apa yang ada dapat dimanfaatkan sebagai pengendali, seperti agensia hayati, ramuan herbal atau campuran bahan alami," kata Suwandi pada webinar BTS Propaktani bertajuk Pengelolaan Hama Spodoptera Frugiperda Tanaman Jagung yang dihelat kemarin Senin (6/6).
Baca juga : Panen Jagung di Kalsel, Mentan SYL Dorong Pertanian Jadi Penguat Ekonomi Negara
"Cari bahan sekitar agar bisa hemat biaya. Penggunaan pestisida kimiawi adalah cara terakhir jika tidak ada solusi ,” jelas Suwandi.
“Harapannya dengan adanya paparan informasi mengenai pencegahan dan pengendalian hama FAW ini menjadi pembelajaran dan bisa dipraktekkan oleh petani jagung dan yang lainnya,” sambung Suwandi.
Sementara itu, Akademisi UGM, Suputa menyampaikan hingga saat ini dilaporkan sebanyak 76 famili tumbuhan yang terdiri dari 353 spesies telah menjadi inang Spodoptera frugiperda. Inang utamanya adalah Poaceae, Asteraceae, dan Fabaceae.
Baca juga : Mentan Minta Industri Serap Jagung dari Petani Lokal
“Pencegahannya, jangan menanam jagung di luar musim dan hindari penanaman jagung yang terlambat. Bila terpaksa atau keadaan memaksa maka taburkan tanah atau debu atau pasir halus atau abu kayu atau abu gosokatau blawu pada bagian tengah tanaman muda,” ungkapnya.
Suputa menekankan perlu dilakukan pemantauan mingguan sejak benih mulai tumbuh dan lakukan tindakan segera/aksi cepat begitu menemui FAW. Lakukan pengamatan terhadap larva pada bagian tengah tanaman bagian dalam dan lakukan pengamatan gejala serangan.
“Serangan seringkali pada daun bagian tengah tanaman kadang juga pada tongkol. Untuk pengendalian semprotkan insektisida pada bagian tengah tanaman pada pagi buta atau sore menjelang malam hari, malam hari lebih bagus,” jelasnya.
Baca juga : Menko Perekonomian Nilai Positif Bibit Jagung Hibrida Kementan
Willing Bagariang, Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Ahli Muda Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) menjelaskan hama Spodoptera Frugiperda dapat terbang jauh sejauh kurang lebih 100km/malam.
Spodoptera Frugiperda memiliki kemampuan bertelur yang tinggi, dan bersifar polifag. Ngengat ini juga dapat hidup pada wilayah tropis/sub tropis. Jika sudah masuk, tidak dapat dieradikasi.
“Pengendalian Spodoptera frugiperda tidak disarankan hanya mengandalkan pengendalian secara kimia tetapi perlu menerapkan sistem pengelolaan hama terpadu,” paparnya.
“Lakukan pergiliran insektisida untuk mengurangi terjadinya resistensi hama terhadap insektisida dan memperhatikan tingkat efektivitas dan faktor risiko insektisida. Lakukan pengamatan rutin untuk memantau gejala serangan awal S. frugiperda sehingga pengambilan keputusan pengendalian tepat waktu,” tambah Willing. (RO/OL-09)
Pengadilan tinggi turut mengubah uang pengganti yang dibebankan kepada SYL, yakni menjadi Rp44.269.777.204 ditambah 30.000 dolar Amerika Serikat.
Bantahan SYL dalam nota pembelaanya soal fee 20% dinilai masuk akal
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) memastikan memberikan perlindungan terhadap mantan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Firli Bahuri tersangka dalam kasus dugaan penerimaan gratifikasi, suap, dan pemerasan, tidak hadir dalam pemeriksaan di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan.
Usai diperiksa KPK, Arief mengaku, dicecar 10 pertanyaan oleh penyidik dari KPK terkait kasus korupsi yang menjerat eks Mentan Syahrul Yasin Limpo.
Juru Bicara KPK, Ali Fikri, menjamin KPK akan menginformasikan jadwal pemeriksaan Kepala Badan Pangan Nasional atau Bapanas, Arief Prasetyo Adi, berikutnya.
TUMBUHAN air eceng gondok memang seringkali dianggap hama. Anggapan itu tidak sepnuhnya salah, namun bagaimana mengubah enceng gondok bisa menjadi sumber penghasilan dan solusi lingkungan?
Alang-alang terbukti menjadi rumah alami bagi serangga parasit, yakni musuh alami yang mampu menekan populasi hama pengganggu tanaman padi.
Kalau dengar kata serangga, yang terlintas di benak orang biasanya semut, kecoa, atau nyamuk. Padahal serangga memegang peran kunci dalam hampir semua proses ekologi.
Ulat grayak musim gugur (fall armyworm) telah menjadi hama global yang mengancam ketahanan pangan di lebih dari 80 negara.
Selain membawa bakteri penyebab penyakit, kecoa juga memiliki kemampuan bertahan hidup yang luar biasa, bahkan dalam kondisi ekstrem.
Bagi pemula yang ingin memiliki tanaman minim perawatan, ini 5 pilihan tumbuhan hias yang dikenal tahan terhadap hama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved