MENTERI Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo atau SYL mengungkapkan kekesalan terhadap importir kedelai yang dianggap menganggu pasokan pangan dalam negeri.
Dia menuturkan, kebutuhan kedelai Indonesia mencapai 3 juta ton per tahun. Dengan lahan seluas 700 ribu-1 juta hektare, produksi kedelai Indonesia hanya mampu hasilkan 1,5 juta ton kedelai. Tapi, angka impor kedelai mencapai 6 juta ton.
"Kedelai kita memang cukup, tapi sekali-kali kita injak kaki importir, sudah 15 tahun dia impor mulu. Importasinya besar sekali," kata SYL dalam Rapat Kerja Komisi IV DPR RI secara virtual, Selasa (22/3).
Melihat fakta tersebut, Mentan mengaku meminta kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membatasi angka impor tersebut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Ini yang tadi saya masuk sampaikan ke Presiden, harus ada lartas (larangan terbatas)," ucapnya.
Ia enyebut, Indonesia dinilai selama ini kerap impor kedelai karena harganya yang dianggap lebih murah dibanding membeli dari dalam negeri.
"Kita bergantung 12 tahun impor kedelai karena harga di luar itu lima ribu (per kilogram), sementara petani kita enggak bisa untung di bawah tujuh ribu," ungkapnya.
Politikus NasDem itu mengusulkan agar kedelai lokal bisa dibeli dengan Rp10 ribu per kilogram dengan menyubsidi Rp1.000.
"Saya lapor ke presiden kita beli ke petani dengan Rp10 ribu, jangan Rp9 ribu. Ada subsidi Rp1.000 yang bisa dilakukan oleh Bulog," tegasnya.
Kementan di satu sisi memastikan stok kedelai aman hingga Lebaran 2022. Stok kedelai nasional pada awal tahun ini disediakan 391.285 ton, namun kebutuhan mencapai 2,9 juta ton.
"Saya akan habis-habisan di lapangan dan coba kendalikan kedelai ini. Mohon bantuan Komisi IV mana daerah yang mau ditanami kedelai, kita bantu," pungkasnya.
Menjelang Ramadan dan Lebaran, Kementan menyiapkan antisipasi seperti strategi darurat dengan menyiapkan 300 ribu ton per bulan in-out.
Strategi lainnya menyiapkan bufferstock darurat stok kedelai sebanyak 20 ribu ton per bulan in-out hingga puasa dan Lebaran. (OL-8)