Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

OJK Mencatat 21% Serangan Siber Bayangi Sektor Perbankan

Fetry Wuryasti
17/3/2022 20:49
OJK Mencatat 21% Serangan Siber Bayangi Sektor Perbankan
Warga bertansaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di Galeri ATM Stasiun KA Juanda, Jakarta(ANTARA FOTO/Reno Esnir)

DIREKTUR Penelitian Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mohamad Miftah menyatakan sebanyak 21,8% serangan siber yang tercatat sepanjang Januari sampai September 2021.

"Sektor keuangan menempati posisi kedua sebagai target serangan siber pada 2021. Meskipun demikian, gangguan dan kerugian yang ditimbulkan oleh serangan siber di sektor keuangan masih menempati posisi tertinggi," kata Miftah Kamis (17/3)..

Ia mencatat selama Januari sampai September 2021 terdapat 920 juta serangan siber di Indonesia atau meningkat hampir dua kali lipat dibanding seluruh 2020 yang sebanyak 495,3 juta serangan.

"Serangan tertinggi pada Mei 2021 sebanyak 186,2 juta kali serangan yang berangsur turun di dua bulan berikutnya," kata Miftah..

Dari seluruh serangan siber yang terjadi, terdapat tiga jenis serangan terbanyak yang terdeteksi di Indonesia yaitu malware sebanyak 58%, aktivitas trojan 11%, dan pengumpulan informasi target sebanyak 10% dari total serangan.

Selain serangan siber, digitalisasi perbankan juga menghadapi tantangan salah satunya inovasi yang masih berfokus pada simplifikasi layanan perbankan tradisional. Di samping itu, kemampuan adaptasi nasabah yang lambat dan regulasi pemerintah yang belum lengkap juga masih menjadi penghambat digitalisasi perbankan.

Baca juga: Mendag: Ada Mafia Rakus yang Jual Minyak Goreng ke Luar Negeri

"Inovasi digital perbankan masih berfokus pada simplifikasi dan digitalisasi jasa keuangan tradisional, atau baru pada tahap digitize belum sampai pada tahap digitalize," kata Miftah.

Padahal perbankan digadang-gadang akan menjadi pusat dari ekosistem digital di masa yang akan datang. Artinya perbankan memiliki peran sebagai pusat produk dan layanan, baik layanan keuangan maupun non keuangan.

Diperkirakan ke depan akan semakin banyak institusi bank yang menerapkan open banking dengan Application Programming Interface (API) yang dikolaborasikan dengan institusi lain guna melayani nasabah.

"Di masa depan juga akan terjadi platformification, yang memungkinkan berbagai layanan dan nasabah untuk terhubung, berinteraksi, dan bertukar nilai," imbuhnya.

Adapun sejak 2019 evolusi digital perbankan telah terjadi pada aspek data, bisnis model, regulasi dan pengawasan, serta penggunaan teknologi, dan akan terus berkembang ke depan.

Terkait data, menurut Miftah, bank akan terus berkembang untuk memenuhi fungsi sebagai penyimpan data pribadi nasabah yang paling aman.

Layanan bank juga akan menjadi semakin lengkap dengan pembentukan platform sendiri, artinya bank akan menyediakan pilihan layanan bagi nasabah secara pribadi.

"Regulasi dan pengawasan juga akan berubah dari product specific ke pemantauan aktivitas institusi dan berorientasi terhadap hasil," kata Miftah.

Teknologi yang digunakan untuk mendigitalisasi perbankan ke depan juga akan bergerak dinamis guna memenuhi pergerakan ekosistem dan juga referensi dari pelanggan.

"Misalnya dengan penggunaan machine learning, Artificial Intelligence, biometrik, cloud computing, dan quantum computing," kata Miftah. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya