DBS Group: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Meningkat pada Akhir 2021

Fetry Wuryasti
29/11/2021 17:54
DBS Group: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Meningkat pada Akhir 2021
Pedagang sayur melayani pembeli di kawasan Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (25/10/2021).(Antara/Hafidz Mubarak A.)

BANK Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di tingkat terendah di 3,5% pada Kamis (18/11) melanjutkan kebijakan yang dilakukan sejak 21 Maret. Inflasi yang terjaga, stabilitas di pasar keuangan dan rupiah, obligasi negara termasuk mata uang dan obligasi dengan kinerja di atas rata-rata, dan kebutuhan untuk melindungi prospek pemulihan, telah menurunkan tekanan untuk menormalkan kebijakan dalam waktu dekat.

"Perkiraan kami tidak berubah. Pertumbuhan diperkirakan meningkat pada triwulan ke-4 versus triwulan ke-3--dari pascaterdampak pembatasan mobilitas ketat--secara lebih kuat pada akhir 2021. Inflasi tetap berada dalam kisaran target 2%-4% tahun ini dan tahun depan," kata Senior Economist DBS Group Radhika Rao, Senin (29/11).

Pertumbuhan kredit bank terus membaik mencatatkan kenaikan 3,2% YoY pada 21 Oktober dibandingkan dengan -1,9% pada paruh pertama 2021. Ini juga diuntungkan oleh unsur basis dan mendorong penyesuaian penurunan lebih lanjut dalam suku bunga pinjaman.

"Proyeksinya yaitu defisit transaksi berjalan yang membaik tahun ini dan tahun depan. Langkah-langkah kebijakan makroprudensial yang mendukung yaitu pelonggaran persyaratan uang muka untuk kredit perumahan dan mobil diperpanjang hingga 2023," kata Radhika.

Bank Indonesia telah membeli obligasi senilai lebih dari Rp143 triliun (0,9% dari PDB) dari pasar perdana sejak awal tahun ini. DBS Group memperkirakan memasuki tahun 2022, Bank Indonesia akan berupaya untuk mempertahankan stabilitas rupiah dan kinerja obligasi yang di atas rata-rata.

Baca juga: Proyek Penangkap Karbon Senilai Rp43 T akan Dibangun, Ini Bocorannya

Pada tahun ini saat Bank Sentral AS mulai mengurangi pembelian aset dan memperketat suku bunga dengan angka inflasi kuat. Rupiah telah terdepresiasi 1,3% terhadap dolar AS sejak awal tahun, dibandingkan dengan rekan-rekan Asia yang lebih lemah, termasuk mata uang baht (-8,2%) dan ringgit (-3,8%). (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya