Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat potensi total penggalangan dana di pasar modal sepanjang semester II 2021 masih relatif menjanjikan. Tecermin dari aktivitas efek yang akan dicatatkan di bursa, khususnya saham, obligasi dan sukuk.
"Jumlah penggalangan dana berdasarkan perhitungan pipeline sampai 30 Juli 2021 untuk saham, obligasi dan sukuk, diperkirakan sebesar Rp34,4 triliun," papar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, Rabu (4/8).
Pada pipeline saham, lanjut dia, ada 25 perusahaan yang berencana mencatatkan saham di bursa. Adapun perkiraan dana yang diperoleh sebesar Rp5,5 triliun. Sedangkan dari pipeline obligasi dan sukuk, ada 23 perusahaan dengan perkiraan dana yang dihimpun Rp28,9 triliun.
Baca juga: Sri Mulyani Yakin Momentum Pemulihan Ekonomi RI Masih Kuat
Dengan masih adanya waktu sekitar lima bulan lagi sampai akhir 2021, potensi penghimpunan dana diperkirakan melebihi Rp34,4 triliun. Menyoroti porsinya, penggalangan dana saham, obligasi dan sukuk di bursa masih lebih besar pada IPO. Serta, didominasi pencatatan obligasi dan sukuk.
Hingga 30 Juli 2021, obligasi dan sukuk yang diterbitkan korporasi dan tercatat di bursa berjumlah 51 emisi. Dalam hal ini, dengan total emisi sebesar Rp54 triliun dan diterbitkan oleh 37 perusahaan.
Lalu, ada 27 perusahaan yang telah mencatatkan saham di bursa, dengan total dana dihimpun sebesar Rp7,7 triliun. Sehingga, total dana yang sudah terhimpun oleh perusahaan yang mencatatkan saham, obligasi dan sukuk mencapai Rp61,7 triliun.
Selain IPO, penggalangan dana lainnya dapat dilakukan melalui right issue oleh Perusahaan Tercatat. Hingga 30 Juli 2021, sudah ada 16 Perusahaan Tercatat yang melakukan right issue, dengan dana yang berhasil dihimpun sekitar Rp35,7 triliun.
Baca juga: Harapan Covid-19 Mulai Terkendali, Bursa Global Topang IHSG Menguat
Di samping IPO dan right issue oleh korporasi, terdapat pula pencatatan Surat Berharga Negara (SBN) di bursa. Sampai 30 Juli 2021,ada 32 seri baru (new listing) SBN yang dicatatkan di bursa. Terdiri dari pencatatan Surat Utang Negara (SUN) dan Sukuk Berharga Syariah Negara (SBSN).
Adapun jumlah SBN yang sudah dicatatkan di bursa mencapai Rp125 triliun. Beberapa di antaranya, Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPNS) yang telah jatuh tempo.
Hal umum yang melatarbelakangi calon emiten mengejar momen IPO pada semester II 2021, yakni pemulihan ekonomi dan pertumbuhan yang terus berlanjut. Ini diharapkan dapat memberikan iklim positif bagi ekosistem pasar modal Indonesia.(OL-11)
Pencatatan sukuk ini merupakan hasil dari konsistensi dan komitmen bank dalam menjawab tantangan industri perbankan syariah yang semakin kompetitif dan dinamis.
AKTIVITAS perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 23–26 Juni 2025 menunjukkan tren pelemahan di hampir seluruh indikator utama.
Hingga 28 Mei 2025, total nilai transaksi Repo di SPPA mencapai Rp100,85 triliun, dengan rata-rata transaksi harian mencapai Rp2,86 triliun.
BEI mencatat pergerakan pasar modal Indonesia selama pekan pertama Juni 2025 menunjukkan indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 0,87%.
Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Kristen Indonesia (FEB UKI) bekerja sama dengan Mirae Asset Sekuritas dan Bursa Efek Indonesia, menyelenggarakan seminar nasional
Indonesia secara global sebagai tujuan pariwisata dunia. Ini akan dimanfaatkan LFLO untuk mengubah fokus usahanya.
PEMERINTAH dinilai perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan Over Dimension Overloading (ODOL) serta mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
PEMERINTAH didorong untuk bisa mengakselerasi belanja negara untuk mendukung perekonomian di dalam negeri.
PERCEPATAN pembentukan Koperasi Desa/ Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih menunjukkan progres yang signifikan. Hingga Jumat (13/6), sebanyak 79.882 unit atau 96% dari target 80.000
DPRD DKI Jakarta merespons rencana pemerintah yang membuka peluang bagi instansi pemerintahan menggelar rapat di hotel.
Ekonom Bright Institute Awalil Rizky menilai inflasi yang rendah hingga terjadinya deflasi berulang merupakan indikasi negatif bagi perekonomian Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved