Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Industri Halal Berpeluang Picu Pemulihan Ekonomi Nasional

Ghani NUrcahyadi
25/6/2021 00:36
Industri Halal Berpeluang Picu Pemulihan Ekonomi Nasional
Logo Produk halal(MI/Sumaryanto Bronto)

INDUSTRI halal Indonesia diyakini akan mampu menjadi triger atau pemicu dalam pemulihan ekonomi nasional di masa pademi Covid-19 yang masih berlum kunjung reda. Optimisme itu mengemuka dalam diskusi yang digelar Forwada-Mikro Forum Syariah, Kamis, (24/6) bertajuk  “Industri Halal Jadi Trigger Pemulihan Ekonomi Nasional”.

Deputi Direktur Departemen Ekonomi & Keuangan Syariah Bank Indonesia Diana Yumanita mengemukakan, saat ini posisi Indonesia sudah masuk top player global. Berdasarkan State of the Global Islamic Economy Report 2020/2021 Indonesia berada pada 10 peringkat teratas sektor Halal Food, Islamic Finance, Muslim Friendly Travel, Modest Fashion, Pharma Cosmetics, Media & Recreation.

“Pangsa pasar Industri Halal nasional terhadap global menunjukkan Indonesia merupakan leader terutama pada industri makanan halal yang pangsanya mencapai 13% total konsumsi makanan halal dunia,” ujar Diana. 

Dia menuturkan, peluang dalam industri halal cukup besar, diantaranya besarnya potensi industri halal dan besarnya potensi keuangan syariah global itu sendiri. 

“Sementara tantangan yang dihadapi juga tidak ringan seperti begitu cepatnya penetrasi produk halal dari negara mayoritas non muslim, dan sudah lebih majunya instrumen keuangan syariah di negara lain,” jelas Diana Yumanita.

Dia menambahkan, meski terdampak pademi Covid-19, Jika diwakili oleh sektor prioritas dalam Halal Value Chains (HVC), kinerja ekonomi syariah Indonesia secara umum lebih baik dibandingkan PDB nasional. Ekonomi syariah Indonesia pada tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar-1,72%, lebih baik dibandingkan tingkat kontraksi PDB nasional.

Senada dengan Diana, Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM Eddy Satriya mengatakan, Potensi UMKM Berbasis Halal sangat besar. Hal itu karena, pertama, meningkatnya populasi muslim dunia dan Jumlah penduduk muslim Indonesia mencapai 229 juta jiwa (87,2%) dari total penduduk 273,5 juta jiwa (World Population Review, 2020). Kedua, kontribusi PDB ekonomi halal nasional yang mencapai US$ 3,8 miliar/tahun (engine of global halal economy). Ketiga, pengembangan pasar global untuk produk halal dan  keemoat jumlah pelaku UMKM dan ruang lingkup aktivitasnya sangat terkait dengan industri halal. 

Hanya saja, Indonesia harus menghadapi tantangan yang tidak mudah antara lain; belum masuknya Indonesia dalam 10 besar untuk produk makanan halal, media dan rekreasi, serta farmasi dan kosmetika. Kedua, Indonesia masih menjadi pasar produk halal dunia, karenanya kinerja ekspor produk halal perlu ditingkatkan. 

Ketiga, lanjutnya,  penguatan rantai nilai industri halal perlu terus dilakukan secara berkesinambungan, seperti industri makanan dan minuman halal, pariwisata halal, fashion muslim, dan farmasi/ kosmetik halal. Dan keempat adalah eliminasi permasalahan yang dihadapi UMKM untuk dapat mengoptimalisasi peran UMKM dalam industry halal.

“Karena saat ini UMKM kita masih menghadapi kendala seperti proses produksi belum standar, permodalan, pasar, teknologi, informasi kurang, dll,” ungkapnya.

Sementara Kepala Divisi IT Bakti Kementerian Komunikasi dan Informatika Ari Soegeng Wahyuniarti menuturkan, selaku lembaga yang bertugas menyediakan infrastruktur dan ekosistem Tehnologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam upaya mendukung industri halal di Indonesia lewat pembangunan sarana dan prasrana TIK.

Baca juga : Serapan Program PEN 2021 Sudah Lebih dari Rp200 Triliun

Sektor Industri fesyen diyakini dapat mendongkrak industri halal tanah air. Desainer, Founder Fashion Brands & Pembina Industri KreatifnAmy Atmanto mengatakan, tren global dalam pengeluaran untuk modest fashion dunia tertinggi adalah di Turki dengan total belanja 29 billion dollar, disusul UAE dengan spending 23 billion dollar dan Indonesia dengan total spending 21 billion dollar. 

Sementara total world spending untuk pakaian muslim di tahun 2018 bertumbuh 4,8% dari 270 billion dollar menjadi 283 billion dollar. Di tahun 2024 diperkirakan spending untuk Moslem dan clothing apparel akan tumbuh sebesar 6% mencapai 402 billion dollar.

“Saya menggunakan istilah modest fashion untuk mendorong mindset kita untuk dapat mengexplore wilayah- wilayah kreatif beyond traditional moslem outfit. Dengan istilah ini kita tidak dibatasi oleh konsepsi umum tentang busana muslim (gamis,abaya,kaftan),” ungkapnya.

Ketua Indonesia Halal Life Center (HLC) Sapta Nirwandar mengugkapkan, modest fashion di Indonesia masuk 5 besar, tetapi sebagai negara konsumer, sementara negara eksportir tidak masuk 5 besar dan dalam Organization of Islamic Cooperation (OIC)  Indonesia masih kalah dengan Banglades.

Modest Fashion tidak hanya IOC saja tetapi produk-produk sepeti hijab sudah diakui sebagai global fasion dan diakui band besar seperti Burberry, Gucci, Dolce,Nike, dan versace. 

“Bicara modest fashion tidak hanya baju atau hijab, HLC melakukan reset dan hasilnya ada 52 item dalam beauty bussines untuk wanita dan 31 item untuk pria,” katanya.. 

Sementara untuk produk halal food, negara non muslim masih menjadi penyuplai utama bahkan untuk negara-negara OIC. Peringkat pertama ekportir produk halal adalah Brazil, dengan 16,2 miliar dolar, diikuti India dengan nilai eksport sebesar US 14,4 miliar dolar. 

“Indonesia menjadi konsumer halal food peringkat pertama sebesar US 114 miliar dolar,”jelasnya.

Direktur Komunikasi & Aliansi Strategis Dompet Dhuafa Bambang Suherman menambahkan, sampai saat ini banyak sekali program yang dilakukan bekerjasama dengan BI dalam pembinaan UMKM hampir di seluruh Indonesia. 

“Menariknya BI tidak lagi melihat program zakat itu habis dalam satu kali penyaluran, tetapi mampu menciptakan kemampuan produksi, lalu kemudian bisa mengakses permodalan umum, ini yang kita lakukan,” ujarnya. (RO/OL-7) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya