Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (2/6) dibuka pada level 6.002,94, dari penutupan kemarin pada level 5.947,46. Hal serupa juga terjadi pada bursa Asia yang menguat merespon data manufaktur Tiongkok yang cukup baik.
IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI) zona euro bulan Mei naik menjadi 63,1 dari bulan sebelumnya 62,9. Angka indeks di bulan Mei tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah, yang membuat pasar saham semakin bergairah menyambut pemulihan ekonomi.
Ekspansi manufaktur Tiongkok juga menunjukkan peningkatan meski tipis. Caixin/Markit melaporkan PMI manufaktur bulan Mei naik menjadi 52, dari bulan sebelumnya 51,9.
"Investor akan mencermati rilis data inflasi dan data manufaktur Indonesia," kata Analis Artha Sekuritas, Dennies Christoper, Rabu (2/6).
Pada bulan lalu IHS Markit melaporkan PMI manufaktur pada April 2021 sebesar 54,6. Naik dari bulan sebelumnya yaitu 53,2 dan mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.
Dari pasar komoditas, harga minyak naik seiring dengan optimisme OPEC+ terhadap kenaikan permintaan. Harga minyak Brent terangkat +1,93% dan WTI +2,11%.
Pada akhirnya, harga minyak kembali bergoyang, menembus level $70 per barel pada hari Selasa kemarin. Kelompok produsen minyak paling besar di dunia pada hari Selasa sepakat untuk mengurangi produksi secara bertahap di tengah kenaikkan harga minyak.
Namun pengurangan produksi minyak hanya sampai June, karena OPEC+ akan meningkatkan produksinya pada bulan Juli mendatang sebesar 2,1 juta barel per hari.
"Alhasil harga minyak mengalami kenaikan lebih dari 3% dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, dan sejauh ini harga minyak sudah naik sebesar lebih dari 30%," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus.
Namun setelah Juli 2021, OPEC+ akan dijadwalkan akan menahan produksi hingga April 2022 untuk menjag keseimbangan harga minyak. Kelompok yang didominasi oleh Timur Tengah yang bertanggung jawab terhadap 1/3 produksi minyak global tengah berusaha untuk menyeimbangkan kenaikkan permintaan dengan potensi peningkatan produksi minyak dari Iran.
"Sejauh ini kami juga belum mendapatkan angka secara pasti potensi angka peningkatan produksi di Iran, namun potensi itu sangat besar apabila tidak diimbangi dengan stok yang ada saat ini," kata Nico.
Oleh sebab itu dalam jangka waktu menengah, OPEC+ kemungkinan besar akan menyesuaikan kebijakannya untuk mencegah penambahan produksi dari Iran untuk menyeimbangkan pasar.
Kenaikan harga minyak merupakan sebuah gambaran adanya permintaan yang kuat, baik bensin maupun solar dari Amerika, Tiongkok, dan Eropa sehingga memberikan situasi dan kondisi dimana inflasi akan mengalami kenaikan.
Setelah sebelumnya minyak berjuang untuk bertahan dari harga terendahnya, sekarang minyak berjuang untuk menjaga antara permintaan dan pasokan apalagi dengan kembalinya Iran ke dalam jajaran pasar minyak internasional.
Apabila kesepakatan antara Iran dan US tercapai terkait dengan pengurangan sanksi untuk Iran, maka Iran berpotensi meningkatkan produksi minyak mentahnya sebanyak 4 juta barel per hari, dan 2,4 juta pada tahun depan.
"Namun hati hati, karena kenaikkan harga minyak masih belum stabil, namun akan menjadi sentimen positif bagi beberapa emiten yang bergerak di bidang minyak untuk jangka waktu pendek," kata Nico. (OL-13)
Baca Juga: Wall Street Bergerak Dinamis, Sektor Perawatan Kesehatan Turun
Pada Juli, negara-negara OPEC+ mencatatkan peningkatan produksi minyak sebesar 411.000 barel per hari.
Presiden Donald Trump meminta Arab Saudi dan OPEC menurunkan harga minyak untuk membantu mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
Harga minyak mentah dunia merupakan indikator penting dalam ekonomi global. Fluktuasi harga minyak mentah berdampak langsung pada berbagai sektor.
Harga minyak mencapai level tertinggi baru dalam lima bulan pada Rabu (3/4). Emas meluncur ke puncak sepanjang masa di US$2,230.15 per ons sebelum turun sedikit.
Harga minyak hari ini diprediksi mengalami kenaikan. Meski terjadi koreksi harga minyak sesekali, tetapi tren umumnya menunjukkan kecenderungan naik.
Harga minyak WTI naik +1,9% ke level US$82,6 pada perdagangan hari Senin (18/3) malam, menandai level tertingginya dalam 4 bulan terakhir.
Tiongkok mengimbau komunitas global untuk memperkuat upaya menurunkan ketegangan dan mencegah krisis regional berdampak lebih luas.
"Indonesia harus menunjukkan kesiapan dan ketanggapan dalam menghadapi dampak lanjutan dari dinamika kawasan Timur Tengah.
Pascaserangan rudal Iran ke pangkalan militer AS, harga minyak jatuh dan saham AS melonjak.
PEMERINTAH memastikan tekanan global imbas perang Ira-Israel masih dapat dimitgasi. Gejolak yang terjadi pada perekonomian masih dalam batas aman dan belum mengkhawatirkan.
Harga minyak mengalami lonjakan tajam usai Amerika Serikat menyerang fasilitas nuklir Iran.
Penutupan Selat Hormuz diprediksi bakal mengganggu suplai minyak dunia, menyebabkan lonjakan harga, dan untuk sementara waktu mencegah kapal perang AS keluar dari Teluk Persia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved