Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada April 2021 sebesar US$18,84 miliar, naik 0,69% dari Maret 2021 (month to month/mtm) US$18,35 miliar. Kenaikan nilai ekspor itu jauh lebih tinggi bila dibandingkan April 2020 (year on year/yoy) yang saat itu tercatat hanya US$12,16 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan, naiknya nilai ekspor pada April 2021 terjadi karena ada peningkatan permintaan beberapa komoditas andalan Indonesia yang dibarengi dengan perbaikan harga. “Dari Maret ke April 2021 ada beberapa komoditas non migas yang mengalami peningkatan harga yang cukup besar dan di antaranya ada beberapa komoditas andalan Indonesia,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (20/5).
Dia memerinci komoditas nasional yang mengalami peningkatan nilai ekspor di antaranya yakni minyak kelapa sawit, tembaga, timah, alumunium, dan emas. Kelapa sawit misalnya, mengalami kenaikan 4,24% (mtm), dan lebih tinggi 76,5% (yoy). Begitu pula dengan komoditas tembaga yang secara bulanan mengalami peningkatan nilai ekspor sebesar 3,74%, dan 84,4% secara tahunan.
Adapun nilai ekspor migas Indonesia pada April 2021 tercatat sebesar US$0,96 miliar, naik 5,34% dari Maret 2021 yang hanya US$0,91 miliar. Bila dibandingkan dengan April 2020, terjadi kenaikan nilai ekspor migas sebesar 69,60% yang sebesar US$0,56 miliar.
Peningkatan nilai ekspor juga terjadi pada komoditas non migas yang tercatat mencapai US$17,52 miliar pada April 2021. Angka itu mengalami peningkatan 0,44% dari Maret 2021 yang sebesar US$17,45 miliar, dan naik 51,08% dari April 2020 yang hanya US$11,60 miliar.
“Kenaikan ini tinggi sekali karena pada April 2020 kita mengalami penurunan dalam karena adanya covid. Dan selama April 2021 ini peningkatan terjadi juga karena adanya kenaikan ekspor migas sebesar 69,60%, maupun kenaikan non migas sebesar 51,08%,” jelas Suhariyanto.
Baca juga : Kinerja Ekonomi Kuartal II-2021 Berharap pada Momentum Ramadan
Pria yang karib disapa Kecuk itu menambahkan, kinerja nilai ekspor pada April 2021 tersebut juga mematahkan argumen beberapa pengamat dan analis. Sebab, diperkirakan kinerja ekspor nasional pada April 2021 akan melemah setelah mengalami pertumbuhan tinggi pada Maret 2021.
Kenyataannya total nilai ekspor Indonesia pada April 2021 justru jauh lebih tinggi bila dibandingkan secara bulanan maupun tahunan. Bahkan, bila dibandingkan dengan April 2019 yang nilai ekspornya tercatat US$13,07 miliar, capaian pada April 2021 masih jauh lebih baik meski masih berada di tengah tekanan pandemi.
“Banyak yang memprediksi akan terjadi penurunan di April, tapi nyatanya tidak. Performa ekspor kita pada April ini sangat bagus sekali, impresif,” kata Kecuk.
Sedangkan bila dilihat nilai ekspor berdasarkan sektornya, pertanian tercatat mengalami penurunan 14,55% dibandingkan Maret 2021. Namun bila dibandingkan secara tahunan, eskpor di sektor pertanian masih tumbuh 18,98%.
Sementara nilai ekspor di sektor industri pengolahan tercatat tumbuh 0,56% (mtm), dan 52,65% (yoy). Demikian halnya dengan nilai ekspor sektor pertambangan yang tumbuh 2,33% (mtm), dan 51,94% (yoy).
“Di lihat dari strukturnya, ekspor kita tidak banyak berubah, bahwa ekspor non migas menyumbang 94,83% dari total ekspor kita. Catatannya, mayoritas berasal dari industri pengolahan yaitu sebesar 80,73%,” pungkas Suhariyanto. (OL-2)
Ketua Dewan Energi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pemerintah akan merevisi data angka kemiskinan nasional.
AWAL April 2025, Bank Dunia melalui Macro Poverty Outlook menyebutkan pada tahun 2024 lebih dari 60,3% penduduk Indonesia atau setara dengan 171,8 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan.
BANK Dunia resmi mengubah standar garis kemiskinan global dengan meninggalkan purchasing power parity (PPP) 2017 dan saat ini menggunakan PPP 2021.
DINAMIKA geopolitik global mewarnai beragam pemberitaan media arus utama atau media sosial kita.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi sebesar 0,37% pada Mei 2025. Angka ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di April 2025 yang mengalami inflasi 1,17%.
Neraca perdagangan Indonesia pada April tercatat surplus sebesar US$160 juta. Kendati surplus, angka ini turun drastis dibandingkan capaian pada Maret 2025 yang mencapai US$4,33 miliar.
Prediksi saya pribadi ini (perang Iran-Israel) tentu akan berdampak kepada industri-industri yang ekspor ke luar negeri.
Keberhasilan Lile Chocolate mengekspor produk cokelat balado ke Singapura menjadi salah satu contoh nyata dari semangat inovasi UMKM Padang.
Prinsip keberlanjutan kini menjadi landasan dalam strategi perluasan ekspor dan penguatan pelaku usaha domestik.
Desa Sejahtera Astra Pandeglang melepas ekspor perdana 5.000 ekor ikan mas sinyonya ke Vietnam, Minggu (31/5) pekan lalu.
PADA April 2025, kinerja ekspor Indonesia mengalami penurunan cukup tajam secara bulanan (month to month), meskipun secara tahunan masih mencatatkan pertumbuhan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved