Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Literasi Digital UMKM Jadi Kendala dalam Transformasi Digital

Insi Nantika Jelita
08/5/2021 20:45
Literasi Digital UMKM Jadi Kendala dalam Transformasi Digital
Pelaku UMKM memanfaatkan platform digital(Antara/Aji Styawan)

PENGGUNA internet di Indonesia setiap tahun dilaporkan terus tumbuh dengan perkiraan saat ini mencapai 73% atau dengan 196 juta pengguna. Namun, pengetahuan teknologi yang masih rendah dan tenaga kerja yang kurang terampil dianggap menjadi kendala digitalisasi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Pelaku UMKM sendiri sebanyak 64,2 juta menurut data Kementerian Koperasi, Usaha Keci, dan Menengah (KUKM). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Delloite Access Economics juga menunjukkan, 36% UMKM nasional masih menggunakan metode pemasaran konvensional dan hanya 18% UMKM yang dapat menggunakan media sosial dan website untuk mempromosikan produknya. 

“Digitalisasi dapat dipercepat kalau pihak-pihak yang berwenang bersinergi untuk menyediakan dan menjamin konektivitas internet yang berkelanjutan dan terjangkau,” jelas Peneliti CIPS Noor Halimah Anjani, peneliti Centre for Indonesian Policy Studies (CIPS) dalam rilis resmi, Sabtu (8/5).

Sementara itu, sebanyak 37% UMKM tercatat hanya mampu mengoperasikan komputer dan internet secara sederhana. Penelitian dari Danareksa Research Institute juga menunjukkan hal serupa, 41,67% UMKM di DKI Jakarta sudah menggunakan media sosial dan pemasaran digital dalam operasional usaha. 

Sedangkan hanya 29,18% UMKM di Pulau Jawa dan 16.16% UMKM di luar Pulau Jawa yang sudah memanfaatkan pemasaran digital.

Baca juga : Elon Musk : Hati-hati Berinvestasi di Aset Kripto

Pelaku UMKM dianggap perlu mengadopsi digitalisasi untuk menjaga produktivitas dan mempertahankan pendapatan mereka di tengah covid-19. Penetrasi penjualan digital bisa menjadi strategi utama mereka karena strategi ini dapat memperluas jangkauan pasar.

CIPS berharap kedepannya kerja sama antara pemerintah dengan pihak swasta untuk mendorong UMKM naik kelas semakin digalakkan untuk dapat membuka peluang bagi UMKM untuk meningkatkan penjualan dan operasionalnya. 

CIPS mencontohkan, salah satu sektor usaha UMKM yang terdampak oleh pandemi covid-19 adalah kuliner. Riset dari Paper.id dan SMESCO menunjukkan 43,09% UMKM di sektor kuliner mengalami penurunan omset. Terutama pelaku usaha yang menjual produk-produknya secara tatap muka seperti bisnis katering. Akan tetapi disaat yang bersamaan, UMKM kuliner dikatakan masih mampu bertahan.

CIPS menilai, ada andil pemerintah dalam hal ini oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) yang bekerja sama dengan salah satu unicorn untuk memfasilitasi pemasaran digital UMKM di bidang kuliner melalui aplikasinya dan laman Bela Pengadaan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). 

“CIPS berharap kerja sama ini tidak hanya menyasar UMKM kuliner di kota-kota besar, namun juga UMKM kuliner di daerah-daerah," tandas Halimah. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya