Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Pertumbuhan Kredit 2021 Diproyeksikan 7%-9%

M. Ilham ramadhan Avisena
27/4/2021 23:00
Pertumbuhan Kredit 2021 Diproyeksikan 7%-9%
Konsumen bertransaksi dengan QRIS(Antara/Novrian Arbi)

DIREKTUR Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah Redjalam memproyeksikan pertumbuhan kredit pada 2021 ini akan berada di kisaran 7% hingga 9%. Angka itu lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya, yakni berkisar 11% hingga 12%.

"Keseluruhan tahun ini kita perkirakan pertumbuhan kredit tidak akan melewati 10%, paling di kisaran 7% hingga 9% di tahun ini," ujarnya dalam CORE Media Discussion bertema Mendobrak Inersia Pemulihan Ekonomi secara virtual, Selasa (27/4).

Itu karena penanganan pandemi covid-19 belum secepat yang dibayangkan di akhir 2020 dan progres vaksinasi terbilang lambat. Ancaman gelombang kedua dinilai akan memengaruhi kepercayaan masyarakat untuk mulai beraktivitas dan melakukan konsumsi.

Oleh karena itu, kata Piter, pemerintah perlu melahirkan dan mempertahankan kebijakan yang dapat mendorong konsumsi masyarakat. Sebab, itu merupakan salah satu yang dapat dilakukan guna menahan pelemahan konsumsi yang merambat pada perekonomian.

"Kita berharap pemerintah saat ini sangat menyadari bahwa untuk memulihkan perkeonomian perlu kebijakan countercyclical," tuturnya 

Sejak pandemi merebak, tingkat konsumsi masyarakat terus mengalami penurunan. Padahal kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) berkisar 56%. Penurunan konsumsi di tengah pandemi bukan semata karena masyarakat kehilangan daya beli, tapi juga karena menahan konsumsinya.

Hal itu tercermin dari tumbuh tingginya Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan yang kemudian diikuti penurunan pertumbuhan penyaluran kredit yang negatif. Tercatat, sejak Maret 2020 hingga Desember 2020, pertumbuhan kredit tumbuh minus 2,4%, sedangkan DPK tumbuh positif dua digit.

Baca juga : Ekonomi Triwulan I Diprediksi Minus 1%

"Ini sesuatu yang mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi di perekonomian kita," terang Piter.

Sebab, pertumbuhan kredit sangat erat kaitannya dengan penyaluran dan permintaan kredit. Kebijakan moneter setahun terakhir terbilang sangat longgar dan likuiditas perbankan berada di atas kecukupan. Namun permintaan kredit tidak mengikuti hal tersebut.

"Demand kredit menurun sebab kondisi perekonomian kita dalam hal ini di tengah pandemi mengalami penurunan luar biasa," tutur Piter.

Perbankan, imbuhnya, juga akan sangat selektif dalam menyalurkan kreditnya. Sebab, risiko di tengah pandemi begitu tidak pasti dan perlu menjadi pertimbangan dasar dalam penyaluran kredit.

"Bank akan sangat selektif dalam menyalurkan kredit, sebab risiko dari penyaluran kredit sangat tinggi, loan at risk perbankan melonjak hingga di atas 20%. Itu sangat tinggi walupun NPL perbankan masih terjaga di kisaran 3%," jelas Piter.

"Penurunan pertumbuhan kredit harus dilawan dan harus ada kebijakan lawan arah atau counter siklus," pungkasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik