Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Ekonomi Triwulan I Diprediksi Minus 1%

M Ilham Ramadhan Avisena
27/4/2021 17:30
Ekonomi Triwulan I Diprediksi Minus 1%
Warga memesan sayuran melalui platform media sosial toko Sayurand Fresh di Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.(Antara/Candra Yanuarsyah.)

CENTER of Reform on Economics (CORE) Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2021 masih di zona negatif yakni -1% hingga -0,5%. Perbaikan baru terjadi di triwulan II dengan prediksi ekonomi bakal tumbuh di kisaran 4% hingga 5%.

"Jadi ini masih di bawah target pemerintah. Full year kan prediksikan dengan kacamata sekarang itu 3% sampai 4%," ujar Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal dalam CORE Media Discussion bertema Mendobrak Inersia Pemulihan Ekonomi secara virtual, Selasa (27/4).

"Itu karena pertumbuhannya tidak diikuti oleh pemulihan konsumsi rumah tangga yang menjadi penyumbang terbesar produk domestik bruto (PDB). Konsumsi rumah tangga masih relatif terbatas, sangat lambat, meski ekspor tumbuh tinggi," sambungnya.

 

Dalam empat bulan pertama di 2021, kata Faisal, mobilitas masyarakat memang mengalami sedikit peningkatan. Kunjungan ke tempat-tempat hiburan dan wisata jarak dekat mulai meningkat.

Hanya, peningkatan mobilitas itu tidak diikuti oleh peningkatan konsumsi masyarakat. Misal, indeks penjualan riil hingga triwulan I 2021 masih -17% secara tahunan. Lalu tingkat inflasi inti yang menggambarkan daya beli masyarakat justru minus alias deflasi.

"Inflasi inti justru dalam satu tahun terakhir sampai awal 2021 belum ada demand full inflation. Bahkan di Maret masuk untuk pertama kali sejak awal 2020 masuk ke zona negatif, atau deflasi -0,03%. Jadi belum terlihat indikasi peningkatan dari sisi konsumsi yang cukup kuat," kata Faisal.

Lemahnya konsumsi masyarakat juga disebabkan dari optimisme keyakinan konsumen. Faisal bilang dari beberapa golongan masyarakat, hanya satu golongan yang optimistis, yakni masyarakat dengan pengeluaran di atas Rp5 juta per bulan.

Kebijakan relaksasi pajak yang dikeluarkan awal Maret 2021 dinilai hanya akan berdampak sekadarnya pada peningkatan konsumsi. Sebab, kebijakan itu temporer dan sebelum pandemi industri otomotif juga telah melemah.

Apalagi kontribusi sektor otomotif pada PDB relatif kecil, yakni berkisar 3%. "Stimulus yang diberikan untuk PPnBM kami perkirakan masih belum sustainable. Pertama, kalau dilihat dari sisi respons dari konsumen, rerata memang memanfaatkan diskon yang diberikan pemerintah, tidak murni dari demand karena kebutuhan," imbuh Faisal.

"Kita juga bisa lihat stimulus ini diberikan dengan tahapan. Ini berarti peningkatan penjualan kendaraan roda empat juga akan turun sejalan dengan penurunan diskon. Ini memang bisa meningkatkan penjualan pada tahun ini, tapi kemudian ketika masa diskon habis kami perkirakan akan kembali ke kondisi semula sebelum diberikan stimulus," pungkasnya. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya