Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Membangkitkan Ekonomi Dengan Produk Lokal

Galih Agus Saputra
09/4/2021 19:21
Membangkitkan Ekonomi Dengan Produk Lokal
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada taping Kick Andy di Grand Studio Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat.(MI/Romy Pujianto)

PANDEMI yang telah berlangsung setahun belakangan telah menghantam berbagai lini. Akan tetapi, kondisi tersebut juga dapat menjadi momentum kebangkitan ekonomi, yang mana dapat ditempuh dengan membeli produk lokal dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Salah satu tokoh publik yang gencar memromosikan produk lokal ialah Ridwan Kamil. Gubernur Jawa Barat tersebut menjelaskan dewasa ini kondisi ekonomi turut dipengaruhi daya beli masyarakat.

Masyarakat kelas menengah hingga bawah, dalam pandangannya, di masa ini tidak punya banyak uang untuk belanja. Sementara kelas menengah hingga ke atas, juga banyak yang sedang menahan diri untuk pengeluaran masing-masing.

"Akibatnya UMKM tidak ada yang beli. Yang bangkrut banyak, yang PHK banyak. Maka saya bilang kalau ekonomi mau bangkit, belanja itu sebagai bela negara dan membeli produk UMKM. Kenapa UMKM? Kalau teknologi seperti mobil, motor, HP, atau laptop kita impor. Tapi kalau di luar teknologi, semua kita ada," katanya, dalam acara Kick Andy, Kamis, (8/4).

Dalam syuting episode 'Taji Produk Dalam Negeri' itu, Ridwan turut mengenalkan beberapa produk UMKM dari Jawa Barat. Diantaranya, ada sepeda lipat Kreuz buatan Yudi Yudiantara, sepatu Exodos57 karya Gally Magido Rangga, dan Batik Trusmi dari Sally Giovanny.

Upaya Yudi dalam membuat sepeda lipat dimulai dari usaha aksesoris sepeda. Pada 2020, ia melihat peluang dan tak disangka karyanya mendapat respon baik ketika pertama kali dirilis ke publik. Lebih dari itu, Presiden Joko Widodo pun turut membeli sepeda yang tiap unitnya dibanderol dengan harga Rp. 8 hingga 15 juta tersebut.

"Tahun 2020 itu kita (materialnya) sudah 60%. Tahun ini kita bikin part-partnya lagi sendiri, yang dikerjakan vendornya UMKM dan ada di Bandung. Jadi sudah hampir 70% untuk tahun ini," tutur Yudi.

Sementara itu, perjalanan Gally memroduksi sepatu Exodos57 sendiri dimulai pada 2000. Kala itu ia merantau dari Poso ke Bandung untuk mengadu nasib. Jatuh bangun telah dirasakan Gally mulai dari mengamen hingga akhirnya berhasil membuat sepatu dengan harga Rp. 400 ribu hingga jutaan rupiah.

Gally mengusung slogan 'local movement pride' untuk produk Exodos57. Hal itu juga terlihat dalam tiap seri sepatu yang ia buat, yang mana menggabungkan produk berkualitas seperti kulit hingga kain nusantara. Sepatu Gally kini juga sudah dikoleksi Presiden hingga aktor maupun musisi.

Gally berharap Eksodos57 kedepannya dapat hadir di mata dunia, yang mana semua bahan baku dan produksinya berasal dari Indonesia. Lebih dari itu, ia juga kerap memanfaatkan karyanya ini untuk menjadi media berbagi dengan korban bencana alam.

"Waktu itu kami produksi hanya 100 pasang. Dan 100% penjualannya kami donasikan untuk korban bencana yang ada di daerah saya, di Palu," tutur Gally, yang menceritakan salah satu sepatu berjudul 'Kearifan Lokal II' yang salah satunya juga menjadi koleksi Ridwan tersebut.

Pahit getir membangun bisnis turut dirasakan Sally. Namun, berbekal dengan moto 'proses tak pernah mengkhianati hasil' perempuan berusia 32 tahun itu akhirnya dapat membangun Batik Trusmi yang kini memiliki omset ratusan juta rupiah.

Dengan usahanya yang terus berkembang, kini Batik Trusmi sudah memiliki toko di beberapa kota. Ia juga sudah menyerap kurang lebih 500 karyawan, dan menggandeng 200 pengrajin batik.

Tak hanya itu, usaha Saly kini juga merambah kegiatan sosial seperti mendirikan yayasan dan santunan rutin setiap bulan kepada mereka yang membutuhkan. Ia juga biasa membeli tanah untuk dibangun, hingga kemudian diwakafkan.

"Batik itu kalau menurut aku, jutaan jari begitu. Orang-orang berkarya di sini karena satu kain batik itu tidak hanya dikerjakan satu pengrajin. Ada yang khusus menggambar, membatik, hingga mewarnai jadi banyak sekali. Bisa membuka lapangan pekerjaan sambil melestarikan budaya batik itu sendiri," terang perempuan asal Cirebon tersebut. (OL-13)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya