Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Bule Sabang Merauke

Fathurrozak
15/9/2024 05:30
Bule Sabang Merauke
Kristian Hansen(Dok. Kick Andy)

JIKA biasanya warga Indonesia banyak mengenal orang Denmark dari lapangan badminton yang bertanding melawan atlet kita, Kristian Hansen bukanlah warga Denmark yang dikenal orang Indonesia karena jejak olahraga tepok bulu. Sebuah video yang viral di media sosial membuatnya menjadi sorotan. Hansen ketika itu ikut membantu warga di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, membangun jembatan.

Di depan ratusan mahasiswa Universitas Tarumanagara, Jakarta, dalam program Kick Andy Goes to Campus yang tayang di Metro TV pada Minggu (15/9), Hansen mengatakan dirinya telah tinggal di Indonesia selama empat tahun belakang. Bahasa Indonesia-nya pun tergolong mengesankan. Ia belajar secara autodidak. Bahkan, saat awal menyapa, ia pun sudah bisa mengucap salam pembuka yang akrab di telinga seperti asalamualaikum hingga om swastiastu.

Hansen, atau Kris, biasa ia disapa, sebelumnya telah berkunjung ke lebih dari 50 negara sebelum ke Indonesia. Pekerjaannya di industri ekspor-impor memungkinkannya bekerja dari berbagai negara seperti Amerika, Afrika, Spanyol, dan Italia.

Baca juga : Sosok Pahlawan Pangan Masa Kini

Ia tiba di Indonesia pada Februari 2020. Beberapa saat jelang pandemi dengan kontrak baru dari pekerjaannya. Kris, seperti halnya kebanyakan ekspat, berkantor di SCBD. Sementara itu, ia menetap di Kuningan, Jakarta Selatan. Namun, baru sepekan bekerja, ia diminta untuk bekerja dari rumah (work from home/WFH) hingga delapan bulan lamanya.

“Saya mulai bosan sama kerja dari rumah. Jadi, saya pikir, oh, mungkin saya harus keliling Indonesia sedikit-sedikit dan belajar tentang Indonesia. Tapi waktu masih ada pandemi, kan, tidak bisa keliling naik pesawat, ya, karena semua tutup. Jadi saya beli motor,” buka Kris tentang awal mulanya ia dikenal sebagai kreator konten.

“Kenapa pilih motor? Kenapa enggak mobil?” Tanya Andy Noya.

Baca juga : Terus Melaju Menggapai Mimpi

Kris yang belum pernah mengendarai motor pun nekat. Ia mencari motor sebagai kendaraan barunya lewat lokapasar digital. Kris pun belajar perlahan-lahan. Motor dipilihnya karena bisa lewat jalan-jalan kecil dan gang khas Jakarta.

Setelah cukup lancar mengendarai motor, Kris lalu berencana melakukan trip singkat yang dekat-dekat dulu dari Jakarta, yakni Puncak, Bogor. Berbekal peta digital ia meluncur ke Bogor. Namun, di tengah perjalanan, sinyal hilang. Hasilnya, meski ia tetap melaju, ia nyasar. Kris pun menepi.

“Saya lihat ada sawah, ada gunung, langit biru. Saya pikir, wah, indah sekali di sini. Saya tidak bisa cari tempat ini kalau saya tidak nyasar. Itulah pertama kalinya saya terpikir mungkin bagus juga kalau saya mulai ambil gambar dan video. Nanti saya bisa share dengan teman saya dari Denmark dan jadi inspirasi mereka untuk pergi ke Indonesia. Di situ ide pertama kali untuk bikin konten,” kenang Kris.

Baca juga : Keterbatasan Ekonomi bukan Hambatan untuk Sekolah Tinggi

 

Proyek Sabang Merauke

Ia menemukan ketakjuban terhadap keindahan alam Indonesia ketika berpelesir singkat di Bogor. Kris pun kemudian melanjutkan ide kontennya sejak Desember 2020. Ia melakukan riset daring. "Ternyata sudah banyak yang jadi Youtuber, ya," pikir Kris. Namun, menurut Kris, masih ada celah yang bisa ia isi.

Baca juga : Angkasa Pura dan Kick Andy kembali Salurkan Bantuan Kaki Palsu di Bandara Soetta

Karena kebanyakan konten yang diunggah mengandalkan kecepatan, secara kualitas pun jadi kurang digarap serius. Kris pun berpikir bahwa konten yang ia produksi harus punya kualitas yang baik, termasuk tata suara dan visualnya.

Mulanya Kris masih bekerja di kantornya di bidang logistik. Sembari mengerjakan proyek kontennya. Pada pukul 04.00 WIB-06.00 WIB ia mengerjakan proyek. Lalu ke gym dan melanjutkan pekerjaan utamanya pukul 07.00 WIB-18:00 WIB. Dilanjutkan dengan makan malam singkat dan melanjutkan kerjaan kontennya hingga pukul 01.00 WIB-02.00 WIB.

Namun, setelah menimbang ulang dan membekali dirinya dengan berbagai peralatan untuk membuat konten keliling Indonesia, ia pun mantap dengan proyek yang disebutnya Sabang Merauke.

“Jadi, selama satu tahun saya kerja terus-terusan. Sampai saya sudah punya planning semua untuk proyek Sabang Merauke, saya resign dari kantor. Saya menjual hampir semua barang. Hanya tersisa motor, tas, obat-obatan, kamera, pakaian, dan tenda,” kata Kris.

Ia lalu mantap pergi dari Jakarta menuju Sabang dalam kurun enam bulan sejak Februari 2022. Kini, selama sudah lebih dari 900 hari, Kris telah berkeliling ke Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Ia masih akan melanjutkan perjalanannya menuju Maluku, lalu Pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, hingga Flores.

“Selama keliling di Indonesia, tempat mana yang Kris paling suka dan terkesan?” tanya Andy Noya.

“Oh, susah. Semua bagus. Jadi, mungkin yang paling istimewa, the most unique adalah waktu saya menginap di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, sama suku Bajo atau dan Dayak Iban,” kata Kris.

Ketika menginap bersama suku Dayak Iban di Kalimantan, Kris pun terkesan saat ia tinggal di rumah panjang dan menato bunga terung di tubuhnya.

 

Gotong royong bangun jembatan

Ketika Kris masih merencanakan proyek Sabang Merauke di Jakarta, ia sudah mencetuskan, kelak Wakatobi ialah salah satu destinasi yang harus ia datangi. Hingga tiba waktunya, ia menginjakkan kakinya di tanah Sulawesi dan berkunjung ke Wakatobi.

Kris disambut dengan cuaca yang cukup baik pada sore hari di Wakatobi. Ia lalu menuju ke penginapan dan ditawari untuk berkeliling desa. Di saat itulah, Kris melihat ada satu jembatan di perkampungan mengapung khas Wakatobi rusak.

“Saya pikir, wah ini tidak aman. Jadi, saya tanya ke yang punya homestay yang ajak saya keliling kampung itu. Ternyata kadang-kadang ada orang di  jembatan itu yang jatuh atau anak-anak terkena paku.”

Kris pun spontan mungkin dirinya bisa membantu. Namun, apa yang bisa dibantu? Ia pun disarankan si pemilik penginapan untuk mengunggah di Instagram tentang kondisi jembatan yang rusak di Wakatobi sembari membubuhkan takarir jika ingin membantu, bisa mentransfer donasi ke rekening bank.

“Selama dua hari itu, kami mengumpulkan lebih dari Rp75 juta. Lebih dari 300 orang yang sudah donasi. Setelah itu, video saya viral. Kami pun sekarang sudah mengumpulkan lebih dari Rp200 juta totalnya. Donasi yang diperoleh lebih dari 7 ribu orang bersumber dari berbagai negara, yakni Indonesia, Amerika, Prancis, dan Spanyol. Selain untuk jembatan, donasi juga digunakan untuk perbaikan masjid yang terlalu kecil dan sudah rusak,” kata Kris. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya