Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DEWASA ini, tidak sedikit anak muda yang mencoba peruntungan di dunia bisnis. Mereka berharap kesuksesan. Mirisnya, tidak banyak yang paham bahwa mencapai kesuksesan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak sedikit pula di antara mereka yang justru lari saat diterpa masalah, padahal itu bukan hal yang semestinya dilakukan.
Pemuda asal Makassar yang juga CEO Tambakmi (PT Kreatif Laut Indonesia), Fikrang, menjadi contoh bagaimana semestinya pebisnis muda bersikap. Meski sempat diterpa masalah dan bisnisnya nyaris bangkrut, pria berusia 27 tahun itu tidak lari dan tetap bertanggung jawab.
Berbicara dalam program Kick Andy episode Percaya Proses yang tayang di Metro TV pada Minggu (29/9), Fikrang bercerita bagaimana proses perjalanannya di dunia bisnis. Ia sempat membuka bisnis di bidang kuliner hingga akhirnya menjadi penambak udang, jatuh bangun sudah dirasakan betul oleh Fikrang.
Baca juga : Drama Kudeta di Kadin
Cerita jatuh bangun bisnis Fikrang berawal saat dirinya menginjak mahasiswa akhir di Universitas Hasanuddin jurusan perikanan (sekitar 2018). Saat itu Fikrang melihat ada peluang bisnis besar, yakni melalui program 1000 startup digital Kemenkominfo. Saat itu tentu dia berharap bisa mencapai sukses dengan mengembangkan aplikasi berbasis peer-to-peer lending.
“Saya dan dua teman pun mencoba inkubasi dengan inovasi kelola dana investor bernama Vintex. Kami sebagai pihak tengah untuk menyalurkan ke pelaku, pembudi daya, dan pedagang perikanan. Kami kelola dana investor. Ada pedagang butuh modal, kami buatkan proyeksi, kurasi, lalu buka proyek investasi,” Kata Fikrang.
Mulanya usaha itu berjalan dengan menjanjikan dan terus mengalami perkembangan yang signifikan. Sampai akhirnya ia tersandung saat pandemi covid-19. Saat itu ada mitra yang bergabung dan membawa kabur uang investasi. Dampaknya, petambak yang mereka bantu pendanaannya mengalami kegagalan dan investor pun marah-marah.
Baca juga : Terus Melaju Menggapai Mimpi
“Anak berusia 21 tahun waktu itu, ditelepon kanan kiri. Momennya pas banget satu keluarga terkena covid-19 dan kakak kena masalah pinjaman online. Belum lagi bapak minta tolong saya buat selesaikan semua masalah. Posisinya waktu itu keluarga tidak tahu kalau saya bangkrut lagi,” kata Fikrang.
Sebagai anak muda yang baru terjun ke dunia bisnis, tentu ada perasaan untuk lari dari tanggung jawab. Dia bahkan mengaku sempat terpikir untuk bunuh diri agar masalah selesai. Namun, untungnya dia mengurungkan niat itu dan mencoba untuk menghadapi semua masalah yang terjadi.
Dikatakannya, hal pertama yang dibenahi bukan bisnis, melainkan mental. Saat itu mentalnya jatuh karena saat itu Fikrang masih bergabung dengan program 1000 startup digital Kemenkominfo. Langkah pertama yang dia lakukan ialah berkonsultasi dengan mentor. Dia bahkan sempat berkonsultasi dengan ustaz untuk memperbaiki kondisi mentalnya.
Baca juga : Keterbatasan Ekonomi bukan Hambatan untuk Sekolah Tinggi
“Kenapa waktu itu mental dulu yang diperbaiki, karena kalau mentalnya sudah bagus, baru kita bisa berpikir jernih soal bisnisnya. Saya pun sempat menghilang beberapa saat, tapi ini bukan melarikan diri, ya. Hanya menenangkan diri sejenak,” kata Fikrang.
Setelah tenang secara mental, barulah Fikrang dipertemukan dengan mentor baru yang lebih fokus terhadap pemecahan masalah bisnis. Selama sekitar enam bulan Fikrang berdiskusi sembari menyelesaikan satu per satu masalah yang dihadapinya.
“Dari situ saya baru berani bertemu investor karena saya enggak mau hanya sebentar di dunia bisnis. Untungnya saat itu investor dapat memaklumi apa yang terjadi dengan bisnis saya dan saya diberi keringanan untuk mengembalikan dana dalam tempo dua tahun dan sudah selesai,” kata Fikrang.
Baca juga : Berdayakan Perempuan Desa lewat Pertanian
Tidak kapok berbisnis
Setelah lepas dengan masalah di bisnis lamanya, pemuda yang saat ini berusia 27 tahun itu pun memilih bisnis menambak udang. Ide itu muncul karena berkaitan dengan penelitiannya saat masa kuliah yang menyoroti sulitnya petambak udang keluar dari kemiskinan.
Saat itu, berdasarkan hasil penelitian Fikrang, dia menemukan bahwa permasalahan pembudi daya tambak bukan pada udang, melainkan pada bagaimana mereka mengelola udang. Dari sanalah dia mendirikan bisnis tambak udang dengan mengaplikasikan hasil penelitiannya yang mana dia menambahkan bantuan teknologi untuk mengatasi hal tersebut.
“Usaha saya ini saya beri nama Tambak Milenial karena sistem pengontrolannya saya menggunakan internet of things (IoT). Jadi, di tambak pakai sistem IoT sehingga kami bisa menghitung dengan pasti, misalnya berapa jumlah udang dalam kolam, berapa berat udang dalam kolam, tanpa harus bermain kira-kira. Dari sana kami bisa menghitung apa yang harus dilakukan untuk memaksimalkan udang, bahkan perkiraan keuntungan yang bisa didapat,” jelas Fikrang.
Bermula hanya memiliki satu kolam tambak udang berukuran 25 meter, siapa sangka bisnisnya Fikrang berkembang pesat dan mendapat pendanaan dari investor yang membuatnya kini memiliki 14 kolam tambak udang. Dalam satu kali panen, Fikrang bisa mendapat 2 ton udang dari satu kolam.
Tambak Milenial yang dikembangkan oleh Fikrang kini mampu menggerakkan ekonomi lebih dari 60 kartu keluarga dengan keuntungan bisa mencapai Rp98 juta sekali panen. Namun, dia belum puas dengan hasil itu. Fikrang pun sekarang sedang melakukan pengembangan sistem bagaimana agar masa panen bisa lebih cepat.
“Sekarang kami buat bersama Bank Indonesia untuk kembangkan teknologi yang bisa percepat panen untuk imunitas udang. Dengan Tambak Milenial ini, kalau memang ada kematian, bagaimana agar 10 hari udang bisa dipanen lagi. Kalau tambak tradisional, tidak bisa panen,” tuturnya.
Fikrang pun menitipkan pesan kepada anak-anak muda Indonesia yang ingin memulai bisnis untuk tidak mudah menyerah dan harus berani menghadapi segala masalah yang dihadapi dalam berbisnis.
“Untuk teman-teman yang mau mulai bisnis, terutama mahasiswa, kalian patut beruntung di era sekarang, di era yang betul-betul didukung oleh pemerintah, kampus, untuk melakukan usaha. Jadi manfaatkan itu. Jangan jadi anak muda yang lembek, anak muda yang menyerah. kalau mau hidup, hiduplah dengan melawan arusm jangan seperti ikan mati yang mengikuti arus,” tukasnya. (Rif/M-4)
Wakil Pemimpin Redaksi Metro TV Aries Fadhilah secara simbolis menyerahkan paket bantuan di tiga yayasan sekitar Kantor Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, Selasa (19/3)
Adapun paket seragam terdiri baju sekolah, baju pramuka, celana atau rok, sepatu, tas, dan peralatan keperluan sekolah lainnya dengan kisaran harga Rp1,2 juta per paket.
Rektor universitas berkontribusi nyata sebagai motor penggerak utama prestasi dan inovasi lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Saat ini jenazah yang ditemukan di kawasan Bacan Timur, Halmahera Selatan itu masih dalam proses identifikasi.
Diharapkan kerja sama Metro TV dan Alamtri terus terjalin sebagai bentuk kepedulian yang nyata untuk mengurangi angka putus sekolah
METRO TV kembali berkolaborasi dengan Adaro Group melalui Yayasan Adaro Bangun Negeri atau YABN dengan melaksanakan program Satu Seragam Sejuta Harapan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved