Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
STIGMA perempuan hanya bisa berkutat dengan urusan sumur, dapur, dan kasur berhasil didobrak Wilhelmina Mali Dappa. Perempuan berusia 49 tahun itu menjelma menjadi Ketua Kelompok Tani di kawasannya dan sukses memberdayakan perempuan di desa untuk bisa turut andil menggerakkan perekonomian keluarga.
Terlahir di Waitabula, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT), Mama Mina--sapaan akrab Wilhelmina--mengungkapkan di daerah asalnya perempuan yang sudah menikah sangat jarang dilibatkan untuk berkutat dengan urusan di luar rumah tangga. Perempuan selalu dianggap hanya bisa berkutat dengan urusan sumur, dapur, dan kasur.
Hingga pada 2007 dalam sebuah pertemuan warga, Mama Mina melihat adanya peluang. Saat itu ada pihak yang menawarkan bibit sayuran kepada para petani di desa. Mulanya tidak ada satu pun petani yang tertarik dengan penawaran tersebut. Banyak dari mereka menganggap bibit sayur-sayuran tidak cocok dengan kondisi tanah di NTT, tetapi Mama Mina justru tertarik.
Baca juga : Mengemudikan Helikopter di Area Perhutanan
“Jadi saat itu ada pertemuan bapak-bapak di daerah saya dan saat itu saya ikut membantu melayani kebutuhan air panas buat mereka. Saya dengar ada pihak yang mau bantu memberikan bibit. Jadi di desa saya itu belum ada yang mau tanam sayur, tetapi saya langsung tertarik dengan bantuan itu,” kata Mama Mina dalam program Kick Andy yang tayang di Metro TV, Minggu (11/8).
Dikatakan Mina, meskipun terlahir dari keluarga petani, pada saat itu dirinya belum mengetahui teknik-teknik bertani sayuran yang baik dan benar. Mina menyebut tekadnya untuk berani mengambil tawaran bibit itu karena merasa cara tersebut bisa memperjuangkan hak-hak perempuan yang selama ini dicap hanya mengerti urusan sumur, dapur, dan kasur.
“Saya merasa punya peluang sebagai seorang ibu yang ingin memperjuangkan hak-hak sebagai perempuan. Di situ saya sangat tertarik dengan bantuan bibit itu meskipun tidak tahu bagaimana cara mengolahnya,” ujar Mina.
Baca juga : Belajar Toleransi dari Ayah
Mama Mina lantas membentuk kelompok tani yang semuanya para perempuan terdiri atas 15 orang. Dia dibantu sejumlah pihak untuk belajar menghasilkan uang dari hasil pertanian. Pun diajarkan bagaimana cara bercocok tanam yang baik dan benar.
Ragam jenis sayur yang Mama Mina dan kawan-kawan tanam di lahan dari sawi, kangkung, jagung, bayam, hingga tomat. Selama sekitar satu tahun berkutat di sawah, siapa sangka kelompok tani Mama Mina berhasil meraup pundi-pundi uang. Pada fase awal, dalam sekali panen Mama Mina bisa mendapatkan uang kisaran Rp1-Rp2 juta dari hasil penjualan.
“Kalau sekarang, hasilnya dalam satu pekan bisa mencapai sekitar lebih dari Rp2 juta (tiap-tiap petani). Jadi, kalau satu bulan berarti sekitar Rp4 juta. Awalnya, sebelum bertani sayur, hanya berharap dari penghasilan suami. Dulu suami saya seorang sopir, jadi gajinya dalam satu bulan itu Rp150 ribu,” ungkap Mama Mina.
Baca juga : Rencanakan Strategi Belajar guna Gapai Cita
Melihat kesuksesan kelompok tani Mama Mina, kini banyak perempuan di desanya ingin bergabung, jumlahnya mencapai 30 orang. Tidak berhenti untuk terus memaksimalkan hasil pertanian, Mama Mina tidak hanya mendapat pemasukan dari bertani, tetapi juga menjalankan diversifikasi produk, hasil tani diolah menjadi produk siap makan.
Salah satu produk yang dikembangkan Mama Mina dan kawan-kawan ialah produk saus tomat yang diolah dari hasil kebun. Ada juga produk bubuk cabai. Untuk urusan pemasaran, Mama Mina kerap dibantu Yayasan BUMN (yayasan pembinaan dan pengembangan UMKM) di Sumba Barat Daya.
“Sampai sekarang masih terus dikembangkan hasil tani kami. Kami sekarang produksi saus tomat, saus sambal, bubuk cabai, dari hasil perkebunan kami. Biasanya kami titipkan di BUMN di Sumba Barat Daya,” tuturnya.
Baca juga : Ubah Nasib lewat Pendidikan
Mendirikan PAUD
Setelah berhasil memberdayakan para perempuan di desanya, pada 2015 Mama Mina mendirikan sekolah PAUD (pendidikan anak usia dini). Hal itu dia lakukan setelah menyadari tidak adanya fasilitas pendidikan anak usia dini sehingga anak-anak harus menempuh jarak yang jauh untuk sekolah.
Mama Mina berdiskusi dengan ibu-ibu desa sembari mengumpulkan insentif yang didapat. Akhirnya, PAUD pun berhasil dibangun dan tidak memungut biaya bagi peserta didiknya. Sejak didirikan, PAUD itu telah meluluskan tiga angkatan dengan jumlah murid yang bertambah setiap tahunnya.
“Sekarang ibu-ibu di sana sudah mulai paham pentingnya pendidikan dini. Mereka sudah menyekolahkan anak-anak dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, sampai ke jenjang yang tinggi. Jadi kalau dulu mungkin lebih banyak SD, SMP. Sekarang sudah lebih tinggi dari itu, bahkan ada yang sampai kuliah,” ucap Mina.
Pada tahun pertama, PAUD tersebut memiliki 14 murid, tahun kedua dan ketiga masing-masing 11 murid, dan tahun ini jumlah peserta didik mencapai 25 orang. Biaya untuk pengelola dan tenaga pendidik sebesar Rp10 ribu berasal dari dana desa, sedangkan biaya pribadi untuk alat peraga dan konsumsi setiap bulan berkisar Rp150-Rp200 ribu berasal dari insentif.
Dengan segala hal yang telah dilakukan Mama Mina untuk membangun desanya, pada 2023 ia terpilih sebagai wakil dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Wakoko. Pemilihan Mama Mina sebagai bagian dari BPD menandai pengakuan atas kontribusinya yang signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan lokal serta kesediaannya berperan aktif dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi arah pembangunan desa.
Mama Mina juga menerima berbagai penghargaan bergengsi yang mengakui dedikasi dan kontribusinya dalam berbagai bidang. Salah satu prestasinya ialah meraih juara 1 kelompok tani berprestasi di Sumba Barat Daya. Selain itu, ia memenangi juara lomba Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), menegaskan kemampuannya dalam mengelola kelompok petani dan koperasi secara efektif.
Pada 2015, Mama Mina diakui sebagai perempuan penggerak perubahan di Kabupaten Sumba Barat Daya oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2014-2019, Yohana Yambise. Kemudian pada 2017 menerima penghargaan dari Kementerian Koperasi di Kupang yang mengukuhkan perannya dalam memajukan koperasi dan usaha kecil di daerahnya. Penghargaan-penghargaan itu tidak hanya mengakui pencapaian pribadi Mama Mina, tetapi juga menginspirasi komunitasnya untuk terus berinovasi dan berkontribusi positif bagi masyarakat. (M-3)
Wakil Pemimpin Redaksi Metro TV Aries Fadhilah secara simbolis menyerahkan paket bantuan di tiga yayasan sekitar Kantor Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, Selasa (19/3)
Adapun paket seragam terdiri baju sekolah, baju pramuka, celana atau rok, sepatu, tas, dan peralatan keperluan sekolah lainnya dengan kisaran harga Rp1,2 juta per paket.
Rektor universitas berkontribusi nyata sebagai motor penggerak utama prestasi dan inovasi lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Saat ini jenazah yang ditemukan di kawasan Bacan Timur, Halmahera Selatan itu masih dalam proses identifikasi.
Diharapkan kerja sama Metro TV dan Alamtri terus terjalin sebagai bentuk kepedulian yang nyata untuk mengurangi angka putus sekolah
METRO TV kembali berkolaborasi dengan Adaro Group melalui Yayasan Adaro Bangun Negeri atau YABN dengan melaksanakan program Satu Seragam Sejuta Harapan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved