Harga Gula Jadi Perhatian Kemendag di Masa Ramadan dan Lebaran

M. Ilham Ramadhan Avisena
04/4/2021 20:20
Harga Gula Jadi Perhatian Kemendag di Masa Ramadan dan Lebaran
Pekerja mengemas gula di gudang Bulog Meuaboh(Antara/Syifa Yulinnas)

DIREKTUR Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Syailendra mengungkapkan, ketersediaan stok dan harga bahan pangan pokok akan aman di masa Ramadan dan lebaran. Namun komoditas gula di beberapa wilayah mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi. 

Oleh karena itu pihaknya mendorong distributor gula segera memasok komoditas tersebut ke pedagang. "Gula kami cek produsen dan distributornya siapa, wilayahnya sampai mana saja. Begitu gula daerah tersebut mengalami kenaikan, kami akan meminta mereka bergerak.  Kami sudah bagi itu," tuturnya kepada Media Indonesia.

"Sekarang prosesnya tinggal saya memantau itu terus. Jadi kalau tidak bergerak turun, harus kami intervensi lagi. Saya rencana panggil saja terus produsen dan distributornya," sambungnya.

Naiknya harga gula di beberapa wilayah, kata Syailendra, terjadi karena panjangnya rantai distribusi komoditas tersebut. Namun dia menegaskan, harga komoditas itu tetap harus mengacu pada batas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan, yakni Rp12.500 per kilo gram.

"Dia mau potong rantai distribusi, atau mengurangi margin di setiap lini distribusi, terserah. Pokoknya harus. Karena barang sudah tersedia cukup. Kami juga sudah koordinasi dengan teman-teman di seluruh provinsi," tegasnya.

Syailendra menambahkan, kebutuhan bahan pangan pokok umumnya meningkat pada Ramadan dan lebaran. Selain gula, komoditas lain seperti cabai juga diprediksi akan meningkat permintaannya. Hal itu kerap diikuti dengan kenaikan harga.

Berdasarkan informasi yang diterimanya, kenaikan harga cabai diprediksi akan terjadi pada akhir Maret. Syailendra bilang, pihaknya akan mengecek informasi tersebut ke sentra-sentra produksi cabai.

Baca juga : Naiknya PMI Manufaktur Modal Akselerasi Pemulihan Ekonomi

"Sebenarnya pada beberapa sentra juga sudah ada kecenderungan turun harga cabai. Harga cabai di tingkat petani terkadang memang ada yang berkisar di angka Rp80 ribu sampai Rp90 ribu per kg. Angka ini sudah turun dibanding minggu lalu sekitar hampir 11%. Harga cabai ini kami harapkan bisa turun mudah-mudahan sampai Rp50 ribu sampai Rp60 ribu per kg di saat Ramadan nanti," jelasnya.

Lebih lanjut, Syailendra mengatakan, komoditas yang memiliki HET sejauh ini hanya gula. Komoditas seperti cabai dan daging selalu mengacu pada preferensi masyarakat. Daging misalnya, sejatinya ketersediaan daging cukup banyak dan mencukupi.

"Tetapi kami tidak bisa menafikan saat Ramadan dan lebaran, rata-rata permintaan daging segar yang akan naik. Daging kalau dari eks bakalan Australia harganya sudah tinggi. Oleh karena itu tidak banyak yang berani impor karena khawatir susah dijualnya," imbuh Syailendra.

"Makanya saya bersama dirjen dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, minggu lalu keliling mengecek stok sapi lokal wilayah Jawa Tengah-Jawa Timur, stoknya banyak," sambungnya.

Selain itu, Kemendag turut mengajak perusahaan BUMN pangan sebagai off taker daging. Tujuannya untuk menjaga stabilitas harga kala permintaan meningkat. Dus, stok daging dapat segera dipasok dengan harga terjangkau kepada masyarakat.

"Sebenarnya daging yang naik hanya sekitar Jakarta yang mencapai rata-rata Rp120 ribu per kg. Sedangkan di daerah seperti Lamongan harga daging sapi sekitar Rp 105 ribu per kg. Seandainya masyarakat memilih daging beku, tentu lebih murah di supermarket," jelasnya.

Lebih lanjut, Syailendra bilang, sedianya pemerintah daerah telah meluncurkan pasar murah. Pemerintah pusat turut membantu melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk mendorong pasar murah.

Namun pasar murah itu bersifat sementara selama Ramadan dan lebaran. Kemendag, kata Syailendra, akan tetap fokus pada stabilisasi harga di pasar.

"Sebenarnya pengertian pasar murah itu harga yang dijual paling maksimal seusai harga acuan. Paling tidak harus di bawahnya sedikit. Menanggulangi bila terjadi lonjakan harga di pasar sambil memberikan kesempatan masyarakat mendapatkan harga barang kebutuhan pokok yang lebih kompetitif. Tetapi pasar murah ini tidak untuk jangka panjang," pungkas Syailendra. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya