Naiknya PMI Manufaktur Modal Akselerasi Pemulihan Ekonomi

M. Ilham Ramadhan Avisena
04/4/2021 18:40
Naiknya PMI Manufaktur Modal Akselerasi Pemulihan Ekonomi
Pekerja memperhatikan proses pembuatan tisu basah(Antara/Sigid Kurniawan)

IHS Markit mencatat Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di level 53,2 pada Maret 2021, naik dari bulan sebelumnya yang hanya 50,9. Posisi indeks itu menunjukkan industri pengolahan nasional berada di zona ekspansi, sekaligus menjadi yang tertinggi sejak survei dilakukan pada April 2011.

Posisi PMI manufaktur Indonesia di zona ekspansi itu menunjukkan adanya optimisme pelaku industri pengolahan Tanah Air. Itu dapat menjadi modal untuk mengakselerasi agenda pemulihan ekonomi nasional tahun ini.

"Sebenarnya ekonomi masih tertekan saat ini, tetapi dengan peningkatan ini potensi prospek pemulihan ekonomi semakin besar. Apalagi di kuartal II, ada momentum Ramadan dan lebaran di mana umumnya peningkatan permintaan barang akan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya," kata ekonom dari Center of Reform on Economics Yusuf Rendy Manilet saat dimintai pendapatnya mengenai level PMI manufaktur Indonesia, Minggu (4/4).

Kenaikan posisi PMI itu, imbuh Yusuf, menunjukkan peningkatan output produksi industri manufaktur dalam negeri. Hal itu juga terlihat dari peningkatan dalam negeri yang selaras dengan meningkatnya impor, baik barang konsumsi maupun bahan baku.

Hal itu menjadi dasar terlecutnya optimisme industri pengolahan Indonesia. Yusuf memprediksi dampak dari keyakinan itu akan terasa di triwulan II 2021. Bahkan, tak menutup kemungkinan PMI manufaktur nasional akan stabil dan bertahan di level ekspansi hingga beberapa bulan ke depan.

Baca juga : Stimulus Rp400 M untuk UMKM Diluncurkan 20 April

Namun ada prasyarat untuk merealisasikan hal itu. Hal utama dan mendasar ialah menyangkut penangan dan pengendalian pandemi covid-19 di Tanah Air. "Tentu dengan catatan tren vaksinasi bisa dipercepat dan tidak ada peningkatan kasus covid-19 di sepanjang tahun nanti. Catatan yang penuh tantangan menurut saya," terang Yusuf.

Optimisme dari dunia industri sejatinya telah dilengkapi oleh pemerintah, salah satunya ialah berlakunya insentif Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) kendaraan bermotor dan relaksasi PPN properti. Sasarannya, imbuh Yusuf, jelas merupakan masyarakat kelas menengah ke atas.

Kelompok masyarakat yang selama pandemi mengalihkan uangnya untuk disimpan di perbankan itu diharapkan mau melakukan konsumsi dari kebijakan anyar tersebut. Bila itu terjadi, maka diperkirakan pemulihan ekonomi nasional dapat terakselerasi.

Pemerintah, tambah Yusuf, juga harus memastikan bantuan kepada masyarakat menengah ke bawah tetap berjalan. Tujuannya untuk menjaga daya beli, khususnya menjelang Ramadan.

"Di sepanjang Ramadan dan lebaran pemerintah perlu mengantisipasi inflasi harga pangan dengan kebijakan seperti operasi pasar, pengawasan alur distribusi pangan strategis, dan pengecekan secara rutin produksi pangan strategis di dalam negeri," pungkas Yusuf. (OL-7)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya