Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Inflasi Jakarta pada Maret 0,06%

Putri Anisa Yuliani
01/4/2021 17:58
Inflasi Jakarta pada Maret 0,06%
Pedagang melayani pembeli ayam potong di Pasar Minggu, Jakarta, beberapa waktu lalu.(Antara/Aditya Pradana Putra.)

SEPANJANG Maret 2021, inflasi Jakarta terpantau sebesar 0,06%. Angka ini tergolong rendah bila dibandingkan bulan sebelumnya dan jauh di bawah inflasi Maret tahun lalu. Laju inflasi tahun kalender tercatat 0,38% dan inflasi tahun ke tahun (yoy) 1,11%.

"Pergerakan harga sebagian besar kelompok pengeluaran pada Maret 2021 terbilang relatif stabil, tidak banyak terjadi perubahan harga. Dari sebelas kelompok pengeluaran, lima di antaranya mengalami deflasi yang relatif rendah dan tiga kelompok pengeluaran tetap stabil," kata Kepala BPS DKI Jakarta Buyung Airlangga dalam keterangan resmi, Kamis (1/4).

Hanya dua kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi. Inflasi Jakarta kali ini dipicu oleh kenaikan harga pada kelompok pengeluaran makanan, rokok dan tembakau, serta penyedia makanan dan minuman/restoran. Meski demikian kenaikan harga tersebut teredam oleh penurunan harga pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lain.

Selama triwulan pertama 2021, inflasi Jakarta terekam tetap rendah. Membuka 2021, inflasi Jakarta tercatat 0,18%. Angka ini turun menjadi 0,14% pada Februari dan kembali melemah di bulan berikutnya yaitu 0,06%. Rendahnya inflasi Jakarta menunjukkan bahwa harga-harga di Jakarta dalam tiga bulan terakhir cukup stabil.

"Bila dibandingkan dengan inflasi Maret dua tahun terakhir, inflasi Jakarta Maret tahun ini jauh lebih rendah," tutur Buyung. Pada Maret 2019, inflasi Jakarta sebesar 0,15% sedangkan pada Maret tahun lalu inflasi Jakarta cukup tinggi yaitu 0,33%.

Pada 2019, inflasi Jakarta cukup tinggi hampir mencapai 0,50%. Tapi pada 2020 angka inflasi relatif menurun bahkan mengalami deflasi.

Kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau disinyalir karena kurangnya pasokan barang yang terjadi pada beberapa komoditas dalam kelompok ini seperti daging ayam ras, bayam, kangkung, dan cabai rawit. Peningkatan harga pada kelompok pengeluaran penyedia makanan dan minuman/restoran juga terkait naiknya harga bahan makanan.

Meski begitu, berbagai upaya dilakukan untuk menjaga kestabilan harga. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu menggelar pasar murah untuk komoditas langka ataupun harganya meroket. Hal ini dilakukan agar harga kembali normal. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya