Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PENINGKATAN pemanfaatan energi terbarukan berperan penting tidak hanya untuk mengurangi emisi karbon guna mengatasi krisis perubahan iklim, tapi juga mendukung pemulihan ekonomi dan pertumbuhan lapangan pekerjaan, termasuk dari dampak pandemi covid-19.
Berdasarkan paparan Badan Energi Terbarukan Internasional (International Renewable Energy Agency/IRENA), transformasi energi dari fosil menuju EBT akan merangsang pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) hingga 2,4%. Selain itu, fokus investasi yang mengarah kepada pemanfaatan energi terbarukan diyakini berdampak pada munculnya 42 juta lapangan pekerjaan baru secara global.
Baca juga: Negara Ini Buktikan Ekonomi Hijau Rendah Karbon Menguntungkan
Pakar Komunikasi Hijau Wimar Witoelar mengatakan pengurangan emisi karbon menjadi hal krusial dalam hal pencegahan dampak perubahan iklim yang setiap hari makin mengancam kehidupan seluruh makhluk hidup di Bumi. “Mendorong percepatan pemanfaatan energi terbarukan menunjukkan Indonesia sangat kooperatif di mata dunia untuk mitigasi perubahan iklim,” kata Wimar dalam siaran persnya, Selasa (2/3).
Indonesia memiliki kesempatan untuk memperbesar penggunaan energi terbarukan karena memiliki potensi energi terbarukan yang besar sekali yaitu mencapai 442,4 GW. Salah satu yang terbesar adalah dari energi air mencapai 75 GW (75.000 MW).
Pemanfaatan air sebagai energi listrik di Indonesia juga bisa mencapai kapasitas besar dan mampu mengurangi emisi karbon sangat signifikan. Misalnya, PLTA Batang Toru berkapasitas 510 MW di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara diatur untuk berkontribusi pada pengurangan emisi karbon sekitar 1,6 juta ton per tahun atau setara dengan kemampuan 12 juta pohon menyerap karbon.
Saat ini perubahan iklim dan pandemi covid-19 menjadi ancaman terbesar bagi kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Krisis tersebut hanya bisa ditangani secara bersama oleh semua pihak.
Dalam pesan akhir tahun, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres mengatakan bahwa ambisi utama PBB pada 2021 adalah membangun koalisi global untuk netralitas karbon-emisi nol-pada tahun 2050. Setiap pemerintah, kota, bisnis, dan individu bisa berperan dalam mencapai visi ini.
“Bersama, mari berdamai di antara kita dan dengan alam, atasi krisis iklim, hentikan penularan covid-19,” kata Guterres. (RO/A-1)
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca, beradaptasi perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perubahan iklim ditandai dengan naiknya suhu rata-rata, pola hujan tidak menentu, serta kelembaban tinggi memicu ledakan populasi hama seperti Helopeltis spp (serangga penghisap/kepik)
PEMERINTAH Indonesia menegaskan komitmennya dalam mempercepat mitigasi perubahan iklim melalui dukungan pendanaan dari Green Climate Fund (GCF).
Indonesia, dengan proposal bertajuk REDD+ Results-Based Payment (RBP) untuk Periode 2014-2016 telah menerima dana dari Green Climate Fund (GCF) sebesar US$103,8 juta.
Periset Pusat Riset Hortikultura BRIN Fahminuddin Agus menyatakan lahan gambut merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved