Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Ekonom: Ruang Pemotongan Suku Bunga BI kian Terbatas

Fetry Wuryasti
19/2/2021 16:35
Ekonom: Ruang Pemotongan Suku Bunga BI kian Terbatas
Suasana pembangunan stasiun kereta LRT Jabodebek di Dukuh Atas, Jakarta.(Antara/Aditya Pradana)

BANK Indonesia baru saja menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5%. 

Saat ini, suku bunga acuan sudah turun 150 bps sejak awal 2020. Tentunya pada posisi terendah sejak Bank Indonesia mengunakan BI 7-Day Reverse Repo Rate.

Mempertimbangkan kasus covid-19 yang masih tinggi, proyeksi Produk Domestik bruto (PDB) untuk 2021 diturunkan dari 4,8-5,8% menjadi 4,3-5,3%. Berbagai langkah tambahan ialah pelonggaran persyaratan uang muka untuk kredit properti dan mobil. Tujuannya meningkatkan pertumbuhan kredit.

Baca juga: BI: Suku Bunga 3,5% Akan Sokong Pemulihan Sektor Ritel dan UMKM

"Ruang untuk pemotongan lebih lanjut dipandang terbatas. Sebelumnya, ruang untuk pelonggaran masih cukup besar. Kami berharap kebijakan saat ini akan dipertahankan sampai akhir tahun, dengan memperhatikan kurva pandemi," tutur ekonom DBS Group Radhika Rao, Jumat (19/2).

Diketahui, laju kasus covid-19 harian turun mencapai seperempat hingga pertengahan Februari, bersamaan dengan penurunan tingkat pemanfaatan tempat tidur (bed occupancy rate), namun kasus kematian masih tingi. Kondisi ini membuat otoritas berwenang tetap waspada.

Pemerintah sudah mulai menggulirkan vaksinasi covid-19 secara bertahap. Serta, membuka peluang bagi perusahaan swasta untuk mendanai dan mendistribusikan vaksin.

Baca juga: Generasi Z Mulai Melirik Sektor Perumahan

"Kecenderungan Bank Indonesia untuk mendukung pertumbuhan, kemungkinan dilakukan melalui langkah non-suku bunga. Seperti, ketentuan likuiditas, kebijakan makroprudensial, dorongan untuk menurunkan suku bunga pinjaman dan peran aktif di pasar obligasi," jelas Radhika.

Terakhir, Bank Sentral telah membeli obligasi senilai Rp40,8 triliun di pasar perdana pada pertengahan Februari. Dengan kebutuhan pembiayaan 2021 yang dipatok lebih dari Rp1.000 triliun, peran aktif dari pemain domestik sangat diperlukan untuk memastikan kelancaran program pinjaman.(OL-11)
 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya