GUBERNUR Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut bank berstatus BUMN masih memasang suku bunga dasar kredit yang lebih tinggi dari perbankan lainnya.
Secara total, penurunan suku bunga kredit perbankan masih terbatas, hanya sebesar 83 basis poin (bps) ke 9,7% sepanjang 2020 lalu. Padahal, suka bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sudah turun sebanyak 125 bps selama 2020. Pun, likuiditas menjadi longgar.
Penurunan ini juga mendorong rendahnya rata-rata suku bunga pasar uang antar bank overnight menjadi 3,04%. Suku bunga deposito tenor satu bulan juga turun sebesar 181 bps ke 4,27% pada Desember 2020.
Baca juga: Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga Acuan
"Lambat turunnya suku bunga kredit perbankan disebabkan tingginya suku bunga dasar kredit (SBDK) di perbankan," ungkap Perry dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/2).
Di tengah penurunan suku bunga dan penurunan suku bunga deposito satu bulan, SBDK perbankan baru turun sebesar 75 bps menjadi 10,11%. Hal ini menyebabkan tingginya spread SBDK dengan suku bunga BI7DRRR dan deposito satu bulan masing-masing sebesar 6,36% dan 5,84%.
Baca juga: Menteri BUMN Rombak Direksi PT KAI
Dari sisi kelompok bank, SBDK tertinggi tercatat pada bank BUMN sebesar 10,79%. Kemudian, diikuti oleh Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar 9,8%, bank umum swasta nasional sebesar 9,67% dan kantor cabang bank asing (KCBA) sebesar 6,17%.
Dari sisi jenis kredit, SBDK kredit mikro tercatat 13,75%, kredit konsumsi non-KPR sebesar 10,85%, kredit konsumsi KPR 9,7% dan kredit ritel 9,68%. Sementara SBDK kredit korporasi tercatat sebesar 9,18%.
"Bank Indonesia mengharapkan perbankan dapat mempercepat penurunan suku bunga kredit. Sebagai upaya bersama untuk mendorong kredit pembiayaan bagi dunia usaha dan pemulihan ekonomi nasional," pungkas Perry.(OL-11)