Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PANDEMI covid-19 yang merebak di Indonesia sejak Maret 2020 memberi dampak buruk bagi perekonomian nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pergerakan ekonomi Tanah Air sepanjang 2020 tercatat -2,07%. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di 2019 sebesar 5,02%.
Minusnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 merupakan yang terendah sejak 1998 di kisaran -13,1% karena terjadi krisis moneter. Dampak pandemi tidak semata dirasakan Indonesia. Pertumbuhan negatif juga terjadi pada negara-negara lain yang secara resmi telah merilis angka pertumbuhan ekonomi nasional. Misal, ekonomi Amerika Serikat tercatat -3,5%, Singapura -5,8%, Hong Kong -6,1%, Uni Eropa -6,4%, dan Korea Selatan -1,01%.
"Jadi Indonesia tidak sendiri. Pandemi ini betul-betul menyebabkan kontraksi yang sangat buruk di berbagai negara," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (5/2).
Dari 17 sektor lapangan usaha yang ada, tujuh di antaranya masih mengalami pertumbuhan positif selama 2020. Ketujuh sektor itu ialah jasa kesehatan dan kegiatan sosial 11,60%; infromasi dan komunikasi 10,58%; pengadaan air 4,94%; jasa keuangan dan asuransi 3,25%; jasa pendidikan 2,63%; realestat 2,32%; dan pertanian, kehutanan, dan perikanan 1,75%.
Suhariyanto menuturkan, pandemi secara nyata mengubah perilaku konsumsi masyarakat. Kesadaran masyarakat terkait masalah kesehatan karena pandemi meningkat ditandai dengan tumbuhnya sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Pun demikian peningkatan kebutuhan untuk bekerja di rumah dengan memanfaatkan teknologi yang tercermin dari pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi.
Dari enam komponen pengeluaran yang ada, pengeluaran konsumsi pemerintah menjadi satu-satunya komponen yang tumbuh positif sebesar 1,94%. Lima komponen lain masih tumbuh negatif seperti impor -14,71%; eskpor -7,70%; pembentukan modal tetap bruto -4,95%; pengeluaran konsumsi LNPRT -4,29%; dan pengeluaran konsumsi rumah tangga -2,63%.
Diketahui pemerintah menggelontorkan anggaran sebesar Rp695,2 triliun dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di 2020. Uang tersebut digunakan untuk menangani pandemi dan memulihkan perekonomian melalui penyaluran bantuan sosial hingga mendukung dunia usaha. Itu pula menjadi alasan konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan positif.
Suhariyanto menuturkan secara persentase pertumbuhan konsumsi pemerintah itu terlihat tidak signifikan alias sedikit. Itu karena dalam penyaluran bantuan sosial berbentuk tunai yang dilakukan pemerintah masuk ke kategori konsumsi rumah tangga.
"APBN untuk perlindungan sosial dalam bentuk cash, itu ditangkapnya sebagai konsumsi rumah tangga. Jadi itu menyebabkan pengeluaran konsumsi pemerintah seolah-olah hanya tumbuh 1,94%," jelasnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan, pertumbuhan ekonomi nasional sekitar -2,07% dan bertambahnya penduduk Indonesia di 2020 membuat produk domestik bruto (PDB) Indonesia mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Tercatat PDB per kapita atas harga dasar berlaku di 2020 sebesar Rp56,9 juta atau US$3.911,7. Ini turun dari 2019 yang sebesar Rp59,1 juta atau US$4.174,5.
Pandemi covid-19, imbuh Suhariyanto, bukan tantangan mudah untuk dihadapi. Namun dengan optimisme, kerja sama, dan kepatuhan pada protokol kesehatan diharapkan dapat mendorong perbaikan ekonomi nasional di 2021. Belum lagi berbagai indikator ekonomi juga telah menunjukkan perbaikan di awal tahun ini.
"Nilai PMI dari IHS Markit pada Januari 2021 meningkat ke level 52,2. Ini berarti sektor industri sudah bergeliat. Jadi betul ada tantangan, tapi juga banyak data atau indikator yang menunjukkan perbaikan. Saya pikir kita semua sepakat kelancaran program vaksinasi dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan menjadi kunci penting untuk memulihkan perekonomian. Karena itu kita harus optimistis, bekerja sama, dan patuh menerapkan protokol kesehatan," pungkasnya. (OL-14)
Data ekonomi yang disampaikan pemerintah tidak boleh bertentangan dengan realita di lapangan.
KETUA Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menilai target pertumbuhan ekonomi 5,4% dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% pada RAPBN 2026 akan sangat berat dicapai jika tak diiringi dorongan besar.
Terbukti memberikan resiliensi perekonomian nasional, stimulus akan dilanjutkan pemerintah di semester II 2025.
APINDO dorong penguatan UMKM melalui program AUM, DSC, dan kerja sama pentahelix untuk meningkatkan daya saing usaha lokal di tengah tantangan global.
OBSESI untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi 8% agar Indonesia keluar dari middle income trap (MIT) masih terasa berat.
Teknologi vaksin mRNA, yang pernah menyelamatkan dunia dari pandemi covid-19, kini menghadapi ancaman.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
Studi Nature Communications ungkap pandemi Covid-19 mempercepat penuaan otak rata-rata 5,5 bulan, meski tanpa infeksi. Siapa yang paling terdampak?
Studi terbaru mengungkapkan vaksinasi anak mengalami stagnasi dan kemunduran dalam dua dekade terakhir.
Diary, merek perawatan kulit (skin care) asal Bekasi, sukses menembus pasar Vietnam dan Jepang berkat inovasi produk, strategi digital, dan semangat pantang menyerah.
Produksi masker ini. bersamaan dengan produk lain seperti kopi, keripik udang dan coklat lokal membawa Worcas mendapatkan perhatian pasar domestik internasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved