Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DI tengah gejolak pandemi covid-19, sektor usaha kecil dan menengah (UKM) sejatinya memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Namun, sektor UKM justru menjadi industri yang rentan. Hingga saat ini, tidak sedikit pelaku UKM yang harus menutup usahanya, karena terdampak pandemi.
Pemerintah telah menggulirkan stimulus untuk membantu pelaku UKM bertahan saat pandemi. Begitu juga dengan pemangku kepentingan lain dalam ekosistem bisnis, seperti asosiasi industri dan perusahaan teknologi. Langkah ini penting untuk meningkatkan ketahanan UKM hingga pandemi usai.
Baca juga: K/L Wajib Belanja Produk UMKM Minimal 40% dari Pagu Anggaran
Dalam kajian Transformasi UKM ASEAN 2020, United Overseas Bank (UOB) berkolaborasi dengan Accenture dan Dun & Bradstreet (D&B) melakukan survei terhadap 1.000 UKM di lima negara ASEAN. Rinciannya, Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam, untuk memperoleh pandangan terhadap dampak pandemi covid-19.
"Survei untuk melihat dampak pandemi terhadap usaha, hubungan antara UKM dan perbankan, optimisme masa depan. Serta, mencermati peluang bagi UKM di ASEAN untuk memulihkan ekonomi," papar Business Dev & Strategic Alliance Head UOB Indonesia Charles Anthony Bunaini dalam telekonferensi, Selasa (3/11).
Berdasarkan survei tersebut, sekitar 52% pelaku UKM menyatakan bahwa anjloknya penjualan sebagai kekhawatiran terbesar di masa pandemi. Kondisi itu diikuti dengan tekanan terhadap arus kas, yakni sekitar 49% pelaku UKM.
Baca juga: Pemerintah Cari Konsep Kemitraan UMKM yang Fleksibel
Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, 88% pelaku UKM melakukan efIsiensi. Lalu diikuti dengan 79% pelaku UKM yang mengurangi belanja untuk pemasaran.
"Pandemi juga menuntut UKM untuk mengevaluasi kembali strategi dan rencana investasi masa depan. Sekitar 58% UKM tidak akan melanjutkan rencana investasi pada tahun ini," imbuh Charles.
Di lain sisi, pandemi covid-19 mempercepat penyerapan teknologi pada sektor UKM. Pelaku usaha berupaya fokus pada transformasi digital untuk meningkatkan penjualan secara daring.
Baca juga: Akibat Pandemi, Pelaku UMKM Harus Ubah Orientasi Bisnis
Sekitar 65% pelaku UKM menilai teknologi sebagai investasi utama. Dalam hal ini, dengan mempriotitaskan layanan dan penjualan berbasis digital. Kemudian, meningkatkan keahlian karyawan juga menjadi opsi investasi.
Mengacu data Kementerian Koperasi dan UKM, sebanyak 9,4 juta pelaku UKM sudah melakukan digitalisasi. Kondisi ini membuktikan bahwa UKM semakin melek teknologi. Termasuk, menjual produk lewat e-commerce dan media sosial.
Head of Public Policy Idea Rofi Uddarojat mengatakan sektor e-commerce siap menjadi kanal perdagangan produk UKM. Apalagi di masa pandemi covid-19, terjadi perubahan pola perilaku konsumen. Bahkan, lanju dia, e-commerce menjadi jawaban untuk mendongkrak pendapatan UKM.(OL-11)
Perempuan diharapkan bisa mandiri secara finasial dan mampu berdaya guna sehingga dapat menyejahterakan dan meningkatkan kualitas hidup.
Program ini juga dirancang untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam sektor pariwisata desa, memberikan mereka akses yang lebih luas untuk mengembangkan potensi ekonomi mereka.
Lembata merupakan wilayah yang memiliki ragam komoditas mulai dari kopi, ikan hingga wastra, namun kurang terekspos sehingga tidak cukup meningkatkan perekonomian masyarakat
Membangun perekonomian Jabar bukan semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Itu harus dilakukan secara sinergi kolaboratif berbagai pihak.
Sektor pertanian adalah sektor yang menjanjikan sehingga akan membutuhkan tenaga yang sangat banyak.
Pemerintah daerah di Priangan Timur harus bersinergi dengan berbagai elemen untuk membangun ketahanan ekonomi.
Studi baru menunjukkan peningkatan signifikan dalam komplikasi penyakit terkait alkohol di kalangan perempuan paruh baya selama periode pandemi covid-19.
Kasus peningkatan signifikan mata minus atau Myopia Booming kini menjadi perhatian serius, terutama karena dapat berdampak buruk pada masa depan anak-anak
Sebuah studi menunjukan selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan rawat unap untuk remaja berusia 12 hingga 17 tahun karena gangguan makan.
Produk skincare dan kesehatan menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat, terutama kaum perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh tren kecantikan dan gaya hidup sehat.
Instansi di lingkungan Pemkab Tasikmalaya diharapkan bisa berkoordinasi dan bersinergi dengan gencar melakukan sosialisasi
Di Kabupaten Cianjur belum ditemukan adanya kasus covid-19. Namun tentu harus diantisipasi karena diinformasikan kasus covid-19 kembali melonjak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved