Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Indonesia Harus Lebih Agresif Tingkatkan Penggunaan EBT

Atikah Ishmah Winahyu
10/9/2020 01:01
Indonesia Harus Lebih Agresif Tingkatkan Penggunaan EBT
PLTS yang digunakan untuk pertanian(Antara/Enis Efizudin)

MENTERI Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, Indonesia harus lebih agresif dalam meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan pada kehidupan sehari-hari. Dia mengungkapkan, sampai saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil.

Tingkat ketergantungannya pun cukup tinggi, misalnya pada minyak bumi sebesar 32 persen, batu bara 32 persen, dan gas bumi 28 persen.

“Total lebih dari 90 persen masih menggunakan bahan bakar fosil yang artinya, penggunaan energi terbarukan masih di bawah 10 persen. Ini tentu tidak sustainable,” kata Bambang dalam webinar The Development of Brazilian Bioethanol Based Biofuel, Rabu (9/9).

Dia menuturkan, sejak 2014 lalu Indonesia telah menjadi importir minyak karena jumlah produksi lebih sedikit dibandingkan jumlah konsumsi. Berdasarkan data, jumlah produksi di Tanah Air saat ini hanya sebesar 808 ribu barel per hari, sedangkan jumlah konsumsinya mencapai 1,79 juta barel per hari.

Baca juga : Miliki Panas Bumi Terbesar, Pemerintah Cari Terobosan

“Hasilnya, kita harus impor minyak bumi 145 juta barrel dan kita juga impor minyak mentah 113 juta barel. Kita selalu ekspor minyak mentah kita karena harganya sangat lebih tinggi dibandingkan harga minyak yang kita impor dari Timur Tengah,” ungkapnya.

Bambang mengatakan, untuk mencapai target penggunaan energi baru dan terbarukan sebesar 23 persen pada 2025 dan 31 persen di 2050, maka Indonesia harus segera berubah dan membagi penggunaan bahan bakar fosil dengan sumber energi ramah lingkungan.

Adapun potensi sumber energi ramah lingkungan yang dimiliki Indonesia antara lain tenaga air sebesar 95 Gigawatt (GW), panas bumi 28,5 GW, bioenergi 32,6 GW, biofuel 200 kBph, solar 207,8 GWp, tenaga angin 60,6 GW, dan ombak 17,9 GW.

“Indonesia mungkin memiliki potensi panas bumi terbesar, namun investasi pada energi panas bumi sangat mahal dan berisiko. Lokasinya juga selalu berada di area pegunungan yang terpencil, sehingga menjadikan sumber energi ini sangat mahal. Tentu saja kita juga punya solar, angin, dan ombak tapi ini adalah intermittent energy sources, jadi kita harus bergantung pada sumber energi terbarukan yang lebih stabil seperti biofuel,” tandasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya