Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
EKONOM dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar B. Hirawan mengamini pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani ihwal kondisi pemulihan ekonomi pada Juli 2020 yang terbilang rapuh dan belum optimal.
"Pernyataan tersebut bukanlah sesuatu yang mengagetkan lagi bagi kita semua, khususnya di tengah pandemi ini," tutur Fajar saat dihubungi, Selasa (25/8).
Menurutnya, melemahnya penerimaan pajak di tiap sektor pada Juli 2020 menguatkan pernyataan Sri Mulyani. Sebab, kata Fajar, dunia usaha tengah berjuang untuk bertahan dari dampak pandemi.
Oleh karenanya menurunnya pertumbuhan pajak bukan merupakan hal yang mengejutkan. Apalagi, sambung Fajar, dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang digagas pemerintah turut merelaksasi kewajiban perpajakan untuk mendukung dunia usaha.
"Jadi, menurut saya wajar ada pertumbuhan negatif," terangnya.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan pemulihan ekonomi nasional masih dalam kondisi yang rapuh pada Juli 2020. Itu terlihat dari berbagai indikator realisasi penerimaan pajak yang mayoritas bergerak ke zona negatif dibanding Juni 2020.
Setidaknya hingga akhir Juli 2020 ada 3 indikator penerimaan pajak yang mengalami pertumbuhan minus yaitu Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 karyawan, PPh badan, dan penerimaan pajak di sektor perdagangan.
“Ini menggambarkan bahwa pemulihan ekonomi kita di bulan Juli masih sangat rapuh dan bahkan bisa terjadi pembalikkan kembali. Ini yang membuat kita sangat hati-hati agar pada triwulan III bisa masuk ke zona 0% itu dibutuhkan perjuangan yang berat karena kegiatan masyarakat dan kegiatan ekonomi tidak mengalami akselerasi yang cepat dari Juni. Kita akan melihat apakah di Agustus tren ini bertahan di zona mendekati 0% dan kita menjaga agar tidak terjadi resesi,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (25/8).
Fajar menilai, seharusnya pada triwulan III 2020 perekonomian nasional dapat bergerak positif atau paling tidak mendekati level 0%. Itu dikarenakan pemerintah telah mencuri start relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Juni 2020 di triwulan II.
"Relaksasi PSBB sejak awal Juni 2020 lalu telah mendorong perbaikan di sektor suplai dan demand. Kasarnya, kita sudah mencuri start di bulan Juni dalam mendorong kinerja ekonomi Q3 2020 (Juli-September) nanti," jelas Fajar.
"Jadi, dengan asumsi sektor kesehatan juga sama-sama diurusi dengan baik serta eksekusi program kebijakan PEN dijalankan dengan cepat dan tepat, menurut saya ekonomi Indonesia di Q3 2020 akan mendekati 0% (yoy) atau jauh lebih baik dari Q2 2020," sambungnya.
Lebih jauh Fajar menyebutkan, untuk mendukung pertumbuhan yang positif di triwulan III dan IV 2020 pemerintah harus bertindak cepat dan tepat.
"Jika penyerapannya baik dan didukung oleh program atau kebijakan yang tepat sasaran dari kementerian teknis, menurut saya ekonomi kita akan jauh lebih baik. Sasaran kebijakan juga harus melihat dari kedua sisi secara bersamaan, yaitu suplai dan permintaan. Tidak bisa hanya fokus pada satu sisi karena akan berat sebelah," pungkasnya. (E-1)
FAKTA melemahnya perekonomian Indonesia merupakan realitas yang harus kita hadapi.
BPD HIPMI Jaya bersama Calon Ketua Umum BPC Kepulauan Seribu, Johannes Kristianto Alves menyelenggarakan kegiatan 'JOIN Yang Berdampak' di Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu.
Keterbukaan terhadap ide dan kolaborasi lintas sektor merupakan kunci dalam mewujudkan visi Indonesia menuju 2045.
KETUA Umum Badan Pengurus Wilayah Himpunan Pengusaha KAHMI (BPW HIPKA) DKI Jakarta, Analia Trisna, menegaskan pihaknya akan memperkuat peran pengusaha muda sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi.
Krisis geopolitik, perang dagang, hingga kebijakan tarif impor Amerika Serikat menjadi tantangan di tengah target pertumbuhan ekonomi.
Revisi tiga Peraturan Menteri Investasi diharapkan mempermudah proses perizinan berusaha.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Melonjaknya angka covid-19 di negara-negara tetangga perlu menjadi sinyal kewaspadaan yang bukan hanya harus direspons otoritas kesehatan tetapi juga masyarakat.
UPAYA pengendalian resistensi antimikroba (AMR) dibutuhkan untuk mencegah kemunculan berbagai penyakit berbahaya, termasuk yang bisa menimbulkan pandemi.
Produksi masker ini. bersamaan dengan produk lain seperti kopi, keripik udang dan coklat lokal membawa Worcas mendapatkan perhatian pasar domestik internasional.
Tim akademisi dari DRRC UI merilis buku yang membahas tentang risiko dari biological hazard dapat memberi pengaruh signifikan terhadap kesehatan masyarakat global.
Epidemiolog Masdalina Pane menjelaskan belum ada sinyal bahwa virus HKU5-CoV-2 menyebabkan wabah atau pandemi baru.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved