Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Sri Mulyani Sebut Pemulihan Masih Rapuh, CSIS : Itu Wajar

M Ilham Ramadhan
25/8/2020 20:55
Sri Mulyani Sebut Pemulihan Masih Rapuh, CSIS : Itu Wajar
Aktivitas di pelabuhan. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan pemulihan ekonomi pada Juli 2020 masih rapuh.(MI/Agus Mulyawan)

EKONOM  dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar B. Hirawan mengamini pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani ihwal kondisi pemulihan ekonomi pada Juli 2020 yang terbilang rapuh dan belum optimal.

"Pernyataan tersebut bukanlah sesuatu yang mengagetkan lagi bagi kita semua, khususnya di tengah pandemi ini," tutur Fajar saat dihubungi, Selasa (25/8).

Menurutnya, melemahnya penerimaan pajak di tiap sektor pada Juli 2020 menguatkan pernyataan Sri Mulyani. Sebab, kata Fajar, dunia usaha tengah berjuang untuk bertahan dari dampak pandemi.

Oleh karenanya menurunnya pertumbuhan pajak bukan merupakan hal yang mengejutkan. Apalagi, sambung Fajar, dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang digagas pemerintah turut merelaksasi kewajiban perpajakan untuk mendukung dunia usaha.

"Jadi, menurut saya wajar ada pertumbuhan negatif," terangnya.

Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan pemulihan ekonomi nasional masih dalam kondisi yang rapuh pada Juli 2020. Itu terlihat dari berbagai indikator realisasi penerimaan pajak yang mayoritas bergerak ke zona negatif dibanding Juni 2020.

Setidaknya hingga akhir Juli 2020 ada 3 indikator penerimaan pajak yang mengalami pertumbuhan minus yaitu Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 karyawan, PPh badan, dan penerimaan pajak di sektor perdagangan.

“Ini menggambarkan bahwa pemulihan ekonomi kita di bulan Juli masih sangat rapuh dan bahkan bisa terjadi pembalikkan kembali. Ini yang membuat kita sangat hati-hati agar pada triwulan III bisa masuk ke zona 0% itu dibutuhkan perjuangan yang berat karena kegiatan masyarakat dan kegiatan ekonomi tidak mengalami akselerasi yang cepat dari Juni. Kita akan melihat apakah di Agustus tren ini bertahan di zona mendekati 0% dan kita menjaga agar tidak terjadi resesi,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (25/8).

Fajar menilai, seharusnya pada triwulan III 2020 perekonomian nasional dapat bergerak positif atau paling tidak mendekati level 0%. Itu dikarenakan pemerintah telah mencuri start relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Juni 2020 di triwulan II.

"Relaksasi PSBB sejak awal Juni 2020 lalu telah mendorong perbaikan di sektor suplai dan demand. Kasarnya, kita sudah mencuri start di bulan Juni dalam mendorong kinerja ekonomi Q3 2020 (Juli-September) nanti," jelas Fajar.

"Jadi, dengan asumsi sektor kesehatan juga sama-sama diurusi dengan baik serta eksekusi program kebijakan PEN dijalankan dengan cepat dan tepat, menurut saya ekonomi Indonesia di Q3 2020 akan mendekati 0% (yoy) atau jauh lebih baik dari Q2 2020," sambungnya.

Lebih jauh Fajar menyebutkan, untuk mendukung pertumbuhan yang positif di triwulan III dan IV 2020 pemerintah harus bertindak cepat dan tepat.

"Jika penyerapannya baik dan didukung oleh program atau kebijakan yang tepat sasaran dari kementerian teknis, menurut saya ekonomi kita akan jauh lebih baik. Sasaran kebijakan juga harus melihat dari kedua sisi secara bersamaan, yaitu suplai dan permintaan. Tidak bisa hanya fokus pada satu sisi karena akan berat sebelah," pungkasnya. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik