Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Nilai Ekspor Bulan Juli Terkerek Kenaikan Harga Minyak

M. Iqbal Al Machmudi
18/8/2020 13:35
Nilai Ekspor Bulan Juli Terkerek Kenaikan Harga Minyak
ktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara(ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

BADAN Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan terjadi kenaikan dari segi ekspor pada Juli 2020 sebesar 13,73 miliar Amerika Serikat (AS) atau 14,33% bila dibandingkan dengan Juni 2020.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto, mengatakan kenaikan disebabkan karena kenaikan ekspor migas sebanyak 23,77% dan kenaikan ekspor non migas sebanyak 13,86%.

"Kenaikan migas terjadi karena nilai minyak mentah naik lumayan tinggi 84,96% yang terjadi karena volumenya juga naik 8,85%. Namun dibandingkan dengan posisi Juli 2019 turun 9,90% (yoy)," kata Kecuk Suhariyanto saat konferensi pers Data Ekspor Impor secara daring, Selasa (18/8).

Penurunan angka ekspor year on year disebabkan karena penurunan migas sebesar 49,69% dari USD15,24 miliar menjadi USD13,73 miliar. Namun di sisi lain penurunan juga terjadi di non migas sebesar 5,87% dari angka USD13,84 miliar menjadi USD13,03 miliar.

"Jika dilihat kembali perbandingan bulan ke bulan arahnya bagus naik 14,33% namun bila dilihat year on year turun 9,90%, memang situasi ini belum pulih sepenuhnya," ujar Suhariyanto

Nilai ekspor migas mengalami kenaikan dibandingkan bulan lalu sebesar 23,77% atau sebesar USD700 juta, namun turun 49,69% (yoy).

Dari sektor pertanian justru mengalami kenaikan baik bulanan dan tahunan, yaitu naik 24% (mtm) dan naik 11,17% (yoy) atau sebesar USD350 juta.

"Peningkatan cukup besar diantaranya tanaman aromatik dan rempah-rempah dari bio farma, peningkatan cukup besar sarang burung dan biji kakao. Selain itu produk perkebunan dan hortikultura juga tumbuh bagus seperti buah-buahan," jelasnya.

Industri pengolahan mengalami pertumbuhan 16,95% (mtm) dan turun 1,91 persen (yoy) atau sebesar USD11,28 miliar. Peningkatan berasal dari logam dasar mulia, minyak kelapa sawit, besi baja, pakaian jadi, dan kendaraan roda empat.

Sementara ekspor hasil pengolahan yang mengalami penurunan turun cukup tajam kendaraan motor roda empat lebih, pakaian jadi dari tekstil, dan karet.

Sementara dari sektor pertambangan dari perbandingan bulanan dan tahunan mengalami penurunan. Penurunan terjadi sebesar 7,83% (mtm) dan 31,10% (yoy) atau turun USD1,39 miliar.

"Hal ini terjadi karena nilai ekspor batu bara nilai (yoy) turun 31,2% dan volume batu bara turun 11,4%. Harga batu bara mengalami penurunan cukup curam yakni -28,47%," ungkapnya.

Komposisi ekspor sendiri 82,19% di dominasi produk indusri pengolahan, lalu pertambangan 10,14%, migas 5,13%, dan pertanian 2,54%. Suhariyanto mengatakan meski pertanian kontribusi baru 2,54% progress pertanian cukup bagus baik bulanan atau tahunan. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik