Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
PT Pertamina (Persero) berhasil melakukan lompatan besar dengan sukses melakukan uji coba produksi Green Diesel D100 sebesar 1.000 barel per hari di Kilang Dumai, Riau, pada Juli 2020 lalu.
Produksi D100 menggunakan bahan baku 100% minyak sawit tersebut menjadi kado Pertamina menjelang HUT Ke-75 Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2020.
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menyampaikan dalam pidato kenegaraan pada Jumat (15/8)lalu, bahwa upaya besar telah dan sedang dilakukan dalam membangun kemandirian energi.
"Tahun 2019, kita sudah berhasil memproduksi B20, dan tahun ini (2020) sudah mulai B30, sehingga bisa menekan impor minyak," ujar Jokowi.
Jokowi mengapresiasi Pertamina yang telah bekerja sama dengan para peneliti ITB untuk memproduksi katalis merah putih sebagai komponen utama dalam pembuatan D100 yang akan menyerap minimal 1 juta ton sawit produksi petani per harinya.
“Hilirisasi bahan mentah yang lain juga terus dilakukan secara besar-besaran. Batubara diolah menjadi metanol dan gas dan beberapa kilang dibangun untuk mengolah minyak mentah menjadi minyak jadi, dan sekaligus menjadi penggerak industri petrokimia yang memasok produk industri hilir bernilai tambah tinggi," ujarnya.
Menurut Jokowi, hal ini akan memperbaiki defisit transaksi berjalan, meningkatkan peluang lapangan kerja dan mulai mengurangi dominasi energi fosil.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengatakan Indonesia punya semua yang diperlukan. "Tinggal kemudian bagaimana kita secara smart mengolah sumber daya ini menjadi energi yang bisa menciptakan kemandirian dan kedaulatan energi nasional," ungkapnya dilansir dari keterangan resmi, Minggu (16/8).
Menurut Nicke, bahan bakar ramah lingkungan D100 menjadi ikhtiar Pertamina mewujudkan Nawacita yakni mengoptimalkan sumber daya dalam negeri untuk membangun ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional.
Nicke menambahkan, Green Diesel D100 memanfaatkan sumber daya minyak sawit yang melimpah di dalam negeri sebagai bahan baku utamanya, sehingga bahan bakar tersebut memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang sangat tinggi.
"Dengan demikian, produksi D100 ini sekaligus juga akan menekan defisit impor bahan bakar minyak dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Nicke.
Uji coba produksi Green Diesel di Kilang Dumai sendiri, imbuh Nicke, sudah dimulai sejak 2014 dengan melakukan injeksi minyak sawit jenis Refined, Bleached, and Deodorized Palm Oil (RBDPO) secara bertahap.
Dimulai dari injeksi 7,5% RBDPO pada Desember 2014, kemudian 12,5% pada Maret 2019, dan terakhir 100% pada Juli 2020.
Dalam uji coba performa melalui road test sepanjang 200 km, D100 yang dicampur dengan Solar dan FAME, terbukti menghasilkan bahan bakar diesel yang lebih berkualitas dengan angka cetane number lebih tinggi, lebih ramah lingkungan dengan angka emisi gas buang yang lebih rendah, serta lebih hemat penggunaan bahan bakar.
"Selain pengolahan minyak sawit di Kilang Dumai, Pertamina juga akan membangun dua standalone biorefinery lainnya yaitu di Cilacap Jawa Tengah, dan Plaju Sumatera Selatan," sambungnya.
Standalone biorefinery di Cilacap nantinya dapat memproduksi green energy berkapasitas 6.000 barel per hari, sedangkan di Plaju berkapasitas 20.000 barel per hari.
Kedua standalone biorefinery itu akan memproduksi Green Diesel dan Green Avtur dengan bahan baku 100% minyak nabati.
Selain Green Diesel, Pertamina juga telah berhasil melakukan uji coba produksi Green Gasoline di Kilang Plaju dan Cilacap sejak 2019 dan pada 2020 sudah mampu mengolah bahan baku minyak sawit hingga sebesar 20% injeksi.
"Mengolah minyak sawit menjadi Green Diesel sebenarnya sudah juga dilakukan oleh beberapa perusahaan lain di dunia, namun mengolah minyak sawit menjadi Green Gasoline dalam skala operasional baru pertama kali dilakukan di dunia, dan itu oleh Pertamina," kata Nicke.
Nicke menambahkan produksi Green Diesel D100 itu diproses dengan bantuan katalis yang dibuat oleh putra-putri bangsa sebagai hasil kerja sama Research & Technology Center Pertamina dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Produksi D100 di kilang Pertamina dengan bahan baku minyak sawit yang melimpah di dalam negeri serta menggunakan katalis Merah Putih menjadi wujud inovasi anak bangsa. Menjadi kebanggaan bagi Pertamina dapat menciptakan solusi untuk Indonesia," tuturnya.
Pertamina bersama ITB dan PT Pupuk Kujang juga telah menandatangani kerja sama perusahaan patungan (joint venture) untuk membangun pabrik katalis nasional pertama di Indonesia dengan target penyelesaian pada 2021.
Secara global, menurut Nicke, mulai 2030, pertumbuhan energi baru dan terbarukan diprediksi akan lebih tinggi dibandingkan energi fosil.Oleh karena itu, lanjutnya, sangat tepat, jika sejak saat ini atau 10 tahun sebelumnya, Pertamina telah mulai menyiapkan pabrik katalis Merah Putih ini untuk mewujudkan kemandirian energi nasional.
Ke depan, ia mengatakan Pertamina tidak hanya mengembangkan green energy dari CPO atau sawit, tetapi juga dari sumber daya lainnya seperti algae, gandum, sorgum dan sebagainya.
"Pertamina akan terus mendayagunakan segala sumber daya alam domestik, untuk mendukung kemandirian dan kedaulatan energi nasional," pungkas Nicke. (E-1)
PT Pertamina berhasil meraih penghargaan tertinggi sebagai Pembina UMKM Paling Berdedikasi dalam ajang UMKM BUMN Award 2025.
RUU BUMN Perubahan diajukan karena adanya urgensi nasional pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Rini menjelaskan bahwa Tom Lembong pernah menugaskan PT PPI untuk mengendalikan harga gula melalui kerja sama dengan produsen gula dalam negeri.
Mulai dari masa awal kemerdekaan yang fokus pada konektivitas dasar antarwilayah, hingga era Orde Baru yang membangun jalan nasional, pelabuhan, dan irigasi.
Perjalanan usaha sering kali berawal dari kecintaan pada tradisi keluarga. Inilah yang dialami Ratna, pemilik Baker’s Gram, sebuah UMKM di bidang kuline.
PENGAMAT badan usaha milik negara (BUMN) Toto Pranoto menyoroti peran penting PT Pegadaian untuk terus tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.
PT Astra Agro Lestari mendorong peran pemuda dalam mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kawasan perkebunan kelapa sawit.
Turunnya harga tersebut dapat memengaruhi semangat petani dan pekerja. Apalagi hal itu bisa berdampak beruk roda berekonomian warga sekitar.
Gapki mengambil langkah strategis dengan menggandeng Indonesian Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) dalam upaya memperkuat posisi dan citra industri sawit Indonesia di kancah global.
PT Astra Agro Lestari mencatatkan kinerja yang positif dan juga menunjukkan pencapaian tanggung jawab sosial melalui Laporan Keuangan dan Laporan Keberlanjutan.
Hal ini merupakan wujud pemberdayaan ekonomi masyarakat di daerah-daerah sentra sawit maupun daerah non-sentra sawit.
Di tengah permintaan pasar yang terus meningkat, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, pertumbuhan produksi kelapa sawit dalam lima tahun terakhir justru stagnan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved