Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
PANDEMI covid1-19 yang belum juga mereda di Tanah Air memang membuat ketidakpastian di segala sektor kehidupan. Situasi serupa juga terjadi di pasar saham.
Akibat pandemi menyebabkan penurunan dana kelolaan industri reksa dana, terutama dengan aset saham. Pertumbuhan negatif dana kelolaan reksa dana rata-rata di industri minus 12% sejak awal tahun ini.
Baca juga: Pasar Modal dan Perdagangan, Terpengaruh Virus Corona Tahap I
Bahkan lembaga riset reksa dana, Infovesta mencatat bahwa nilai dana kelolaan (asset under management/AUM) dari reksa dana Indonesia turun sebanyak Rp53,28 triliun secara month-to-month (mtm), dari akhir Februari lalu ke akhir Maret. Penurunan nilai AUM terbesar itu terjadi pada produk reksa dana indeks dengan penurunan sebesar 24,64% mtm.
Penurunan AUM terbesar kedua terjadi pada reksa dana pasar uang. Pada periode yang sama nilainya turun sebesar 20,70%. Penurunan terbesar ketiga terjadi pada AUM reksa dana saham yang menguap 17,70%.
Penurunan di berbagai pasar investasi itu pada akhirnya mempengaruhi produk proteksi sekaligus investasi, yakni asuransi Unit Link. Pasalnya berbagai produk investasi seperti saham, obligasi, hingga reksa dana menjadi underlying dari Unit Link.
Banyak nasabah yang bingung kenapa nilai unit link-nya bisa turun. Mereka pun bingung apakah harus melanjutkan produk ini atau menyerah.
Presiden Direktur Schroders Investment Management, Michael Tjoajadi mengatakan investor harus mengatur ulang strategi investasi sektor-sektor mana saja yang masih bisa tumbuh.
"Pada 2021 akan menjadi tantangan. Ketidak vaksin belum tersedia semua itu merupakan tantangan, demikian dengan berinvestasi. Industri yang tadinya sebelum normal akan berubah," ujar Michael, Kamis (25/6).
Meski begitu, dia optimistis bursa saham akan kembali tumbuh pesat pada tahun depan. Hal seiring dengan proyeksi membaiknya pertumbuhan ekonomi global di kisaran 6-7%.
"Investasi paling safe, investasi government bond, short term medium, long term, membeli saham melakukan investasi di unit link yang berhubungan dengan saham. Dan menjadi sangat penting fund manager yang kelola harus bisa memilih industri mana yang benefit," tegasnya.
Dia menyebutkan, pergerakan indeks saham yang menguat akan mulai terlihat enam bulan jelang 2021. Sebab biasanya pasar saham memang akan mendahului pertumbuhan ekonomi.
Berkaca pada kondisi pascakrisis 2009, indeks harga saham dan obligasi, kata dia bergerak naik di akhir 2009 yang kemudian diikuti dengan pertumbuhan ekonomi global yang pesat pada tahun berikutnya.
"Kalau pattern ini terjadi di 2020 kita bisa lihat it will be good time to invest tapi volatilitas di pasar saham dan obligasi masih akan terjadi dari akibat adanya satu atau dua negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif dan kondisi geopolitik yang akan mempengaruhi ekonomi," jelasnya.
Sementara itu, Perencana keuangan, Tejasari Assad mengatakan unit link merupakan investasi serupa saham dan reksadana saham yang pergerakannya mengikuti kondisi pasar modal. "Unit link juga underlying ke sana, seperti saham dan reksadana," ujarnya.
Meski mengalami penurunan, bagi pemilik unit link jangan lantas panik dan buru-buru mencairkan investasi unit link yang dimiliki. Sebab, menurutnya bila melakukan surrender bukannya untung tapi malah buntung.
Bahkan menurutnya, apabila unit link yang dimiliki dicairkan di tengah kondisi saat ini, dikhawatirkan nilainya tidak bisa membayar premi asuransi yang dimiliki. "Sehingga manfaatnya jadi hilang."
Dia menyarankan, jika khawatir unit link jatuh, top up atau menambah investasi bisa menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan. "Ini dilakukan supaya manfaat asuransinya tetap berjalan," pungkasnya. (RO/A-1)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Selasa, 5 Agustus 2025, diprediksi bergerak mendatar.
Pengguna dapat mengembangkan strategi investasi yang lebih dinamis seperti memasang order beli dan jual sebelum bursa saham Amerika dibuka.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Selasa 29 Juli 2025, dibuka menguat 11,02 poin atau 0,14% ke posisi 7.625,79.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Senin, 28 Juli 2025, dibuka menguat 87,25 poin atau 1,16% ke posisi 7.630,75.
PT Allianz Global Investors Asset Management Indonesia, sebuah perusahaan manajemen investasi, secara resmi mengumumkan kemitraan strategis dengan Standard Chartered Indonesia.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Rabu 23 Juli 2025, dibuka menguat 47,67 poin atau 0,65% ke posisi 7.392,41.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved