Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Proyeksi BI, Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 1,9%

M. Iqbal Al Machmudi
18/6/2020 16:04
Proyeksi BI, Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 1,9%
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat memberikan keterangan pers.(Antara/Akbar Nugroho)

BANK Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 0,9-1,9% pada tahun ini. Sebab, ekonomi domestik masih tertekan dampak pandemi covid-19.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan menurun pada kisaran 0,9-1,9% pada akhir 2020," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/6).

Perkiraan itu mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 yang diprediksi turun. Kondisi itu juga menyebabkan pelemahan kinerja ekspor, sejalan dengan kontraksi perekonomian global.

Baca juga: Penerimaan Kontraksi, Defisit APBN Capai Rp 179,6 Triliun

Adapun konsumsi rumah tangga, lanjut Perry, mengalami penurunan di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang mengurangi berbagai aktivitas ekonomi.

"Perkembangan pada Mei 2020 mengindikasikan tekanan perekonomian domestik mulai berkurang. Kontraksi ekspor tidak sedalam perkiraan sebelumnya," imbuh Perry.

Permintaaan domestik mengindikasikan level terendah, namun menuju tahap pemulihan. Seperti, penjualan semen ritel dan ekspektasi konsumen lebih dari capaian sebelumnya.

Baca juga: Tahun Depan, Harus Ada Reformasi Kebijakan Fiskal

Sehingga, BI memperkirakan proses pemulihan ekonomi pada kuartal III 2020 sejalan dengan relaksasi PSBB. Berikut, stimulus kebijakan fiskal dan moneter, serta program pemulihan ekonomi nasional.

Perry optimistis ekonomi Indonesia kembali bangkit hingga menyentuh level 6% pada 2021. "Kembali meningkat pada kisaran 5-6% pada 2021. Didorong dengan perbaikan ekonomi global dan stimulus kebijakan pemerintah dan faktor statistik," pungkas Perry.

Baca juga: Tidak Biasa, Inflasi Mei Saat Ramadan Hanya 0,07%

Data Mei 2020 menunjukan neraca perdagangan surplus US$ 2,09 miliar, atau membaik dibanding kinerja April yang defisit US$ 372,1 juta. Aliran masuk modal asing (capital inflow) juga kembali berlanjut. Itu dipengaruhi ketiakpastian pasar global dan tingginya daya tarik aset keuangan domestik, serta prospek ekonomi Indonesia.

"Aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio hingga 15 juni 2020 net inflow US$ 7,3 miliar," katanya.(OL-11)

 




Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya